Telinga Cliff menangkap suara dua perempuan. Mereka sedang bercakap-cakap pelan. Salah satu dari suara itu meninggalkan rasa manis pada indera pengecapnya.
"Oh, dia sudah bangun!".
Hanya bayangan dua sosok buram yang dilihat Cliff pertama kali. Cahaya itu menyilaukan pandangannya. Tapi beberapa kedipan saja, mata Cliff sudah terbiasa.
"Sudah merasa baikan, Cliff?" tanya Claire.
Cliff mengangguk saja. Pikirannya belum mampu mencerna apa-apa yang baru saja terjadi. Tapi begitu sadar, lelaki itu spontan terperanjat hingga terduduk. Pandangannya menyebar kepada seluruh ruangan yang serba putih, serta Ann dan Claire yang memandanginya dengan khawatir.
"Aku.. di mana?".
Suara tirai yang disibakkan menarik perhatian ketiga orang yang ada di ruangan itu. "Oh, kamu sudah sadar". Dokter memasuki ruangan lalu memeriksa keadaan Cliff yang jadi gugup atas kedatangannya. "Demammu sudah agak reda, tapi aku masih akan tetap menahanmu di sini sampai beberapa hari lagi" ujar Dokter.
"Untung Gray dan Mary cepat-cepat membawamu kemari!" seru Ann, matanya entah sejak kapan sudah berkaca-kaca.
"Terima.. kasih" Cliff mengangguk dengan suara lemah. Kesehatannya belum benar-benar pulih, jadi ia akan menuruti Dokter untuk tetap tinggal di klinik. Urusan biaya.. Cliff langsung memandang Dokter khawatir. Dokter pun balas memandang, menunggu Cliff menuangkan isi hatinya. "Biaya..".
"GRATIS!" seru Ann dan Claire kompak.
Dokter yang baru membuka mulut demi menjawab rincian biaya jadi menutup mulutnya kembali. Asal klinik tidak merugi, ia biarkan siapa saja membayar tagihannya.
Baik Ann, Claire, Gray, Mary, dan bahkan Popuri -kelompok yang sadar dengan keberadaan Cliff di Mineral Town- sepakat untuk menanggung pengobatannya.
.
"Kamu langsung pulang?" tanya Ann setelah mereka menutup pintu klinik dan turun dari undakan tangganya.
"Iya.. Ah! Aku mampir ke perpustakaan sebentar" ujar Claire sembari membenarkan totebag kanvas di bahunya.
"Oh.. Aku lihat kalian dekat. Kamu dan Mary maksudku".
Dari mata sayu Ann, Claire jadi ingin mengorek pikiran perempuan itu. Mencari apa-apa yang tiba-tiba membuat ekspresinya berubah.
"Aku juga merasa begitu. Mary orang yang menyenangkan" jawab Claire dengan senyum tulus.
Ann mengangguk samar, senyumannya terasa hambar. Sebentar Ann membuka mulut hendak mengatakan sesuatu, tapi lagi-lagi ia mengurungkan niatnya. Hal itu tentu membuat alis Claire terangkat heran. Membuat si rambut pirang meloloskan pertanyaan, "Ada apa?".
"Tidak.. hanya saja.. semoga pendapatmu tentang Mary tidak pernah berubah". Ann kembali mengembangkan senyumnya bak kerupuk yang bertemu minyak panas. Perempuan itu segera melambaikan tangannya dan berlalu pergi, buru-buru, demi membantu ayahnya mengurus penginapan.
***
Gray mengedipkan matanya berkali-kali. Memandang takjub sekaligus heran pada istrinya yang tengah duduk dan fokus sendiri di depannya. Sambil mengunyah makan malam, tangannya yang lain sibuk membolak-balik buku berjudul "Jenis Tamanam dan Cara Merawatnya" karya Basil. Belum lagi tumpukan buku dengan topik serupa yang ikut menghiasi meja makan bersama lauk pauk.
"Claire" panggil sang suami akhirnya. Gray menjeda kegiatan makan malamnya, mencari celah demi menggapai perhatian istrinya.
Alih-alih menyerahkan perhatiannya, Claire malah membalas dengan deheman.
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWN
أدب الهواةFanfiction game Harvest Moon Boy & Girl / More Friends of Mineral Town Fanfiction game Story of Seasons : Friends of Mineral Town Gadis kota itu menuruti permintaan sang kakek. Perjodohan dengan laki-laki yang tidak dikenalnya, dan tinggal di kota...