11 : Pantai dan Bola Voli #1

186 23 3
                                    

Claire mengikat rambutnya menjadi satu. 'Seperti ekornya Horse' kata sang kakek, menyamakan cucunya dengan kudanya. Gadis itu tersenyum melihat pantulan dirinya di kaca. Memang tidak secantik Mary, tapi meski begitu ia tetap percaya diri.

Ia obrak-abrik lemari itu, mengeluarkan topi pantai. Kemudian topi baseball bertuliskan'UMA'. Kemudian celana kolor. Kemudian kemeja dan kaos oblong.

"Mencari apa?".

Claire menengok ke arah suara itu. Gray. Laki-laki itu ikut duduk di samping istrinya memperhatikan lemari.

"Baju renang" jawab Claire sambil melanjutkan obrak-abriknya. "Aku ingat membawanya.. tapi lupa menaruh di mana".

"Ini?" tanya Gray yang langsung dilihat Claire.

Claire memalingkan wajahnya lagi kini dengan rona merah. "Itu celana dalamku".

"Ah, maaf". Spontan Gray melepaskannya.

Claire mengobrak-abrik lemari lagi tapi sekarang Gray hanya melihat saja.

"Ketemu!" seru Claire. Ia angkat baju renang one piece itu layaknya trofi. Warnanya merah dengan model yang ditali di belakang leher. Kakaknya, Pete, yang memberikannya beberapa tahun lalu sebagai hadiah kelulusannya dari SMU. Entah sekarang masih pas atau sudah kekecilan dan Claire akan mencobanya sekarang. Ia lirik lelaki yang masih duduk di sebelahnya dengan kaki bersila. "Gray" panggilnya.

"Hmm?".

Claire meringis, menunjukkan gigi-giginya. "Tiba-tiba saja aku ingin memanggilmu".

Gray tergelak, ia acak-acak rambut istrinya gemas.

Kalau dipikir-pikir... beberapa bulan yang ia lalui di tempat ini, apa yang sudah ia capai? Claire terlalu fokus dengan semua pekerjaan rumah, sampai-sampai.. ah iya, sejak awal dia memang tidak punya tujuan.

Sampai titik ini pun, perasaannya masih sama.

Dia tidak sedih, juga tidak bahagia.

Dia tidak berambisi, juga tidak merasa malas.

Ia lirik laki-laki yang nyaris masih 'asing' baginya, yang mana laki-laki itu pasti menganggapnya 'asing' juga. Sungguh, mereka belum mengenal satu sama lain ketika mereka disumpah dan diikat dengan cincin kawin yang sampai saat ini-dan semoga sampai selamanya- melingkari jari manis mereka. Tapi tidak ada yang disalahkan. Mereka yang memilih jalan mereka sendiri.

Laki-laki itu akan berusaha mengakrabkan diri dengannya, juga keluarganya. Dan tentu saja Claire akan berusaha mengakrabkan diri juga.

Laki-laki itu akan memperlakukannya dengan pengertian juga penuh penghargaan. Dan tentu saja Claire akan menghormati dan menghargainya juga.

Gray orang baik, dan Claire bersyukur dengan itu.

"Gray, aku mampir ke perpustakaan dulu. Kamu dan kakek bisa ke pantai duluan". Claire mengemasi barang-barang yang ingin dia bawa ke dalam tas olahraga. Kemudian ia serahkan tas olahraga itu ke Gray dan mencangklong tas kanvas di bahunya sendiri.

"Oke" Gray menerima tas olahraga itu.

"Sampai ketemu di pantai!" Claire melambaikan tangannya ke kakek dan suaminya sebelum meninggalkan rumah.

***

Beberapa orang sudah merebahkan diri, mengeksposkan diri terhadap matahari. Beberapa membasahkan diri dalam air laut. Beberapa memasang net di tengah lapangan voli. Sementara dua orang saling melempar tatapan membunuh satu sama lain.

Kai ada di sana, berlindung di bawah payung pantai. Sesekali meneguk kaleng soda dan posisinya yang duduk di dekat kotak pendingin membuatnya mendominasi stok minuman dingin di sana.

INNOCENCE, MARRIAGE, AND MINERAL TOWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang