[ hey, aku boleh minta votenya buat semangat? ]
" as so you, so you reap. "
Raya bete, Doyoung belum dateng padahal ini udah jam setengah sebelas malam melebihi setengah jam dari waktu balap motor dimulai. Tau gitu, Raya pergi aja tadi.Ting!
Sehun :
woi Eray
lo seriusan ga dateng?Jaeraya :
gatau
otw dehRaya berdecak sebal dia berlari ke dalam kamarnya mengambil jaket kulit hitam kebanggaan dan mengganti celananya dengan jeans yang sewarna. Dia mengambil kunci motor, dompet dan ponsel setelah memakai sepatunya Raya berlari ke pintu rumah yang tepat didekat pintu kamarnya. Kamar Raya letaknya disebelah kanan pintu utama.
Baru buka pintu, tubuh Doyoung menghalangi jalannya. Raya berdecak sebal lagi.
"Mau kemana?"
"Nonton balapan."
Raya hendak berjalan ke sebelah Doyoung tapi dihalangi lagi. Ke sebelah kiri Doyoung ngikut ke kanan lagi dihalang lagi.
"DOY GUE MAU PER—"
Doyoung menyambar kunci motor Raya yang ada ditangannya dimasukan dikantung celana. Dia menarik Raya masuk rumah dan mengunci pintu. Nasib kunci pintu sama kaya kunci motor dan nasib Raya bukan dikantung melainkan digenggaman Doyoung.
"Udah gue bilang jangan ikut balap."
"Gue gak pernah ikut." Ucap Raya tegas tapi Doyoung malah naikin satu alisnya. Raya menghembuskan nafas, "Iya pernah enam kali."
"Bangga?"
"Bangga lah orang gue menang terus."
"Lo tau itu balap liar?"
"Namanya juga geng motor ya balap liar lah."
Doyoung mengangguk pasrah lalu menarik Raya ke dalam kamarnya melepaskan sepatu dan mengambil celana yang tergeletak dilantai.
Doyoung membalikan badannya menatap Raya yang berdiri diambang pintu.
"Buka jaket lo."
Raya membulatkan matanya, jantungnya mendadak berpacu dua kali lebih cepat. Tapi tetep aja dia buka jaket sambil mengalihkan wajahnya ke arah jendela.
"Ada anak geng mau pergi pakai baju frozen?"
Raya tau Doyoung abis meledeknya pas liat kaos Raya warna biru bergambar elsa. Itu baju tidur tentunya. Ini alesan jantung Raya berpacu, dia malu.
"Pakai celana lo lagi nih, gue mau masak air."
Doyoung keluar kamar melewati Raya begitu saja, Raya berbalik memanggil Doyoung.
"eum D-doy."
Doyoung ikut berbalik.
"G-gak jadi deh."
Raya langsung menutup pintunya keras.
Setelah ganti kostum, Raya berjalan ke arah dapur. Ramennya udah siap, Doyoung benar-benar buat lima bungkus Ramen. Tapi tatapan Doyoung lebih dingin.
"Terimakasih Doyoung nya aku." Kata Raya duduk dibar makan dapur lalu mencium pipi Doyoung.
Doyoung abis dicium mah langsung senyum sumringah. Dia ngeluarin sprite satu liternya terus ngambil tiga gelas dideket panci ramen, juga ngambil tiga mangkuk kecil bersama sumpit.
Raya ngerasa ada yang aneh, dia natap gelas sama mangkuk kecil. Jumlahnya tiga?!
"Lo ngambilnya kebanyakan." Raya turun dari kursi, hendak mengembalikan gelas, sumpit sama mangkuk tapi ditahan sama Doyoung.
Laki-laki itu malah menggendong Raya untuk duduk dimeja bar kembali.
"Nggak, orang pas."
"Kita cuma ber—"
"JAEMIN RAMENNYA UDAH JADI."
Raya melotot ke Doyoung, apa-apaan?!
Double kill
Tripple kill
Savage!
Tatapan Raya beralih ke arah tangga, Jaemin lagi turun sambil main game. Tangga rumah sekitar 8 meteran dari dapur, ngelingkar gitu deh.
Raya udah dongkol pas liat muka Jaemin yang berbinar ngeliat ramen penuh dipanci besar.
"Kok lo ajak Jaemin sih?!"
Doyoung duduk dihadapan Raya, membiarkan Jaemin bergabung dengan mereka.
"Lo tadi hampir kabur." Doyoung mengambil ramen dari panci. "Makanya gue ajak Jaemin."
"Pelit banget sih lo ama gue."
Raya gak bisa ngedip. Jaemin ini emang adeknya, tapi ya gimana ya sifatnya nyebelin banget. Kalau berbagi makanan sama dia sih mau mau aja TAPI MASALAHNYA INI RAMEN. Raya tuh gak bisa hidup tanpa Ramen!!!
"Jaemin, lo ngambilnya 4 seruput aja ya?"
Jaemin bodo amat yang penting dia bisa makan, udah lama gak makan ramen. Setiap stok ramen yang ada dirumah pasti lemarinya dikunci sama Raya, kuncinya ditaruh dibeha sambil bilang kalau semua ramen didunia ini tuh milik dia. Hanya milik Raya.
Pernah tuh Jaemin beli Ramen dua keluaran terbaru tahun lalu, ditaruh dibar dapur samping kompor elektriknya eh paginya kok ada ditong sampah tuh bungkus?
Gapapa sih ya kalau satu doang, ini dua-duanya. Jaemin kesel, nyamperin kamar kakaknya tapi yang dia dapetin cuman panci yang udah kosong. Sisa satu helai mie disana. Gak tau dirinya lagi Raya sendawa tepat diwajah Jaemin.
"Sinting." Katanya, nyender dikursi putar komputernya.
"LO YANG SINTING JINGAN!!"
Makanya Jaemin kapok beli ramen, mending indomie aja yang murah dikit.
"Jaemin, gue nyuruh lo cuma empat!"
Jaemin menoleh ke Raya, "muka gue keliatan peduli?"
"Ini ramen gue tau?"
"Tahun lalu ramen gue yang lo makan tau?"
"Ngga."
"Bang," panggil Jaemin. "Ini yang beli pake uang siapa?"
"Gue lah."
Jaemin smirk, "Sama. Gue juga gak tau ini ramen lo. Gue taunya ini ramen bang Doyoung."
Raya galau.
Jaemin rn ;
"Mampus. Adu bacot sama gue sih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Terdepan
Fanfiction[#김도영's] ❝ aku lah orang yang selalu ada untukmu, meski hanya sebatas teman. ❞ - garis terdepan, Fiersa Besari. @ahjusyit, 2O20