" times cures all things. "
"Thinkie winkie itu ada satu Jaeee!"
"Ada dua Tuy, dua!"
"Satu terus warnanya ungu."
"Ada dua, thinkie yang ungu winkie yang hijau."
"Yang hijau dipsie dih."
"Apasih orang winkie."
"Itu dipsie Ya Allah, Allahuakbar, Lailahailallah..."
"Gue searching nih ya!"
"Okeee!"
Ini udah seminggu setelah insiden balapan dan masalah itu. Raya juga semakin dekat sama Yuta. Sekarang aja mereka baru selesai belanja bulanan disuruh mamanya Yuta.
Ah ya, kalau kalian tanya Raya masih sedih Jawabannya of course soalnya selama seminggu ini Doyoung gak pernah nunjukin wajahnya ke hadapan Raya. Kalau ketemu pun paling pas Raya pulang kampus dan Doyoung mau berangkat jemput Sejeong.
Raya jadi semakin yakin kalau dia emang bener-bener gak penting.
Selebihnya gak ada perubahan. Entah itu Raya dan Doyoung maupun Raya dan keluarganya. Raya masih enggan makan bersama. Masih mandi subuh-subuh atau gak mandi dan berujung dipaksa mandi dirumah Yuta kalau gadis itu bablas tidur.
Hari-hari Raya cuma diisi sama Yuta. Raya sarapan diluar ditemenin Yuta, makan siang beli dikantin dan makan dimobil Yuta atau diajak makan dirumah lelaki itu entah siang atau malam. Yuta gak berhenti buat merhatiin pola makan sama tidur Raya.
Gak ada Jihyo sama Mina lagi, kecuali Ten yang masih aja nyoba deket sama Raya padahal Raya udah berkali-kali ngusir temennya itu. Tentang Jeno, sebenarnya dia kadang menanyai Raya dimana, udah makan atau belum, Mark juga sama. Tapi Raya jawab seadanya.
"LAH KOK DIPSIE? SETAU GUE WINKIE YA!"
Yuta tertawa menunjukan kemenangannya. Bibir bawah Raya langsung maju bersamaan dengan tangannya yang dilipat dibawah dadanya. Yang bikin Raya gemes hari ini adalah hoodie kebesaran Yuta yang dipakai karna Raya mandi dirumah lelaki itu.
Yuta tiba-tiba berhenti yang otomatis Raya ikut berhenti, dia menghadap ke arah Raya nunjukin wajah bodohnya lagi mikir.
"Kenapa sih?" Tanya Raya bingung sambil noleh ke arah laki-laki itu.
"Ngadep gue dulu." Ucap Yuta. Raya nurut terus menghadap laki-laki yang bawa dua kantung plastik besar dikedua tangannya. "Lo... tau gak teletabies sukanya apa?"
"Pelukan."
Yuta terkekeh sambil mengangguk, dia meregangkan tangannya membuat Raya terkekeh.
"Lo minta dipeluk?" Tanya Raya.
Yuta mengangguk tapi setelahnya kaget waktu Raya tiba-tiba loncat memeluk lehernya. Tangan Yuta yang sedang memegang kantung besar itu menangkap kedua kaki Raya, melingkarkannya dipinggang. Raya juga kaget tiba-tiba Yuta ngegendong dia padahal laki-laki itu lagi bawa belanjaan.
"Gini aja." Kata Yuta. Dia menghadap seperti sebelumnya. "Wajah lo tenggelemin dileher gue."
"Kenapa emangnya?"
"Gue kedinginan."
Raya mengangguk menuruti perkataan Yuta. Dia menenggelamkan wajahnya diantara pundak dan leher lelaki itu. Kaki Yuta menahan kaki Raya sebelum akhirnya kembali berjalan.
"Jangan dongak." Bisik laki-laki itu. "Kalau gak nurut pocky punya lo gue makan."
"Iya Iya!"
Untung mall sepi hampir pake banget. Senyum Yuta mengembang.
Dia berjalan dengan santai padahal sebenarnya dia baru saja melewati Doyoung dan Sejeong yang baru keluar dari Hokben dengan tatapan kaget.
Yuta membuka pintunya lalu menurunkan Raya di jok samping kemudi sebelum menaruh belanjaan dijok belakang. Raya tersenyum tipis ngelirik Yuta yang sudah duduk disampingnya menyalakan mesin mobil. Tapi senyuman itu langsung berubah waktu Yuta nyalain ac dan mengibaskan tangannya.
"Tadi katanya lo kedinginan!" Sentak Raya memukul lengan Yuta.
"Anu... pas ke basement gerah banget." Mana lo juga berat lagi.
Raya mengangguk-angguk. Dia memainkan ponsel Yuta yang sedari tadi ditaruh dihoodienya. Game apa? Game cacing. Komputernya udah terlalu malas untuk disentuh.
"Tuy, kata tante beli sate padang dulu."
Yuta mengernyit, "dih apaan siang-siang gini beli sate padang?!"
Raya terbahak. Bener juga kata Yuta.
"Kalau gak ada ayam bakar aja."
Yuta menunjukan tangan bersimbol ok. Raya mengganti posisi duduknya menghadap Yuta. Ditatapnya lekat lelaki itu.
"Gue mau nanya."
"Tanya aja." Jawab Yuta santai. Mereka baru aja keluar dari mall. Yuta menarik seatbeall Raya lalu memasangnya, tapi gadis itu masih belum merubah posisinya membiarkan tangannya dibalik seatbeall. "Jadi nanya gak? Kok malah liatin gue?"
"Kenapa lo manggil gue Jae?"
Yuta tersenyum, dia mengetuk-ngetuk stir kemudi terus melirik Raya. "Waktu gue kenalan sama lo, gue gak sempat denger nama lo. Gue cuma tau Ray doang."
"He'eum, terus terus?"
"Johnny nyebut Jaeraya waktu nyuruh gue jemput lo. Gue bingung mau manggil apa. Tadinya gue mau manggil lo Jaera tapi malah jadi Jae."
Raya lega akhirnya bisa tau kenapa Yuta manggil dia Jae.
"Boleh kan gue manggil lo Jae?"
Tentu Raya mengangguk antusias. Karna yang memulai panggilan Raya itu Doyoung. Doyoung yang dengan sksd nya berinisiatif memanggil Raya.
"Gue anggap itu panggilan kesayangan."
Yuta langsung noleh sambil melotot. Kaget lebih tepatnya. Raya yang ngeliat ekspresi laki-laki itu langsung terbahak kencang hingga air matanya hampir keluar.
Yuta baru sadar. Selama seminggu ini Raya jarang tertawa tapi hari ini dia sudah lebih dari lima kali terkekeh.
Gimana kalau gue sayang lo beneran?
aaaaaa sorry baru sempet update😩🔫
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Terdepan
Fanfiction[#김도영's] ❝ aku lah orang yang selalu ada untukmu, meski hanya sebatas teman. ❞ - garis terdepan, Fiersa Besari. @ahjusyit, 2O20