“ Only time will tell. ”
Raya menggeleng-geleng, pulpen ditangannya dia ketuk berkali-kali ke meja kampus. Mina dibelakangnya yang lagi makan diem-diem nyolek leher Raya tapi tetep gak diubris sama temennya.
"Na Jaeraya."
Panggilan itu sontak membuat punggung seluruh mahasiswa diruangan menegak. Mina langsung menyembunyikan tupperware dan membungkam mulutnya agar tak ketahuan. Tapi bodohnya, yang dipanggil masih diem sambil ngetukin pulpen.
"Chittapon, temen kamu kenapa?" tanya Dosen sekali lagi.
Ten yang dipanggil langsung nengok, ngelambai ke depan wajah Raya. Raya masih bengong sampai temennya itu memukul pelan pipinya. Raya sadar.
"syut... " siul Ten pelan, membuat kata isyarat lewat mata. Raya yang langsung mengerti diam, mengerjapkan matanya terus memukul pelipis. "Ah pak, maaf. Kepala Raya pusing soalnya tadi dia mau makan tapi gak sempat."
Untung dosen yang sedang mengajar mereka mengerti, dia juga langsung ngambil beberapa berkas dimejanya.
"Oh oke, lain kali sarapan dulu ya. Sekarang sampai disini saja, selamat siang."
Mina sama Jihyo langsung berhambur, apalagi Jihyo yang mastiin Raya gak kenapa-napa.
"Ayo makan, Doyoung belum jemput lo kan?"
Raya mengernyit, menyenggol Ten untuk memberitahu kepada kedua temannya.
"Drama doang biar gak diomelin." Kata Ten menjelaskan, dia langsung ngambil tas selempangnya. "tapi ayo ke kantin fakultas. Gue belum sarapan beneran nih."
Mereka mengangguk langsung pergi dari ruangan berjalan ke kantin fakultas. Raya masih aja diem bikin temennya bingung. Ya emang sih Raya suka diem tapi gak sampai bengong begini.
"Ten." panggil Raya waktu mereka duduk dikantin. Ten yang dihadapan Raya mengangkat alisnya.
"bentar, lo mau apa? Soto ya?"
Raya menggeleng, "es teh aja. Gue gak mood makan."
"Gue soto, Hyo." setelah itu Ten sama Raya ngasih uangnya ke Jihyo yang memesan, Mina berhambur ke kamar mandi karna perutnya yang mendadak mules. "kenapa?"
Raya meringis, menggaruk tengkuknya yang tak gatak. "anu... Lo tau gak Doyoung nyembunyiin apaan?"
"Nyembunyiin apaan?"
"Dih gue nanya!" greget Raya hampir meremas rambut Ten kalau laki-laki itu gak terkekeh.
"gak tau Ray, serius." katanya meyakinkan. "Daritadi tuh lo mikirin Doyoung?"
"Iy—"
"Kak Eray?"
Raya sama Ten langsung menoleh waktu anak laki-laki pake seragam sekolah menyapa Raya. Raya menganga, Jeno ngapain disini? Mana pake seragam lagi.
"Loh, lo ngapain???" tanya Raya bingung, nadanya juga sedikit kaget.
"Abis nemenin bang Mark lomba debat."
"Terus lo ngapain difakultas psikolog?" tanya Ten. Dia kenal Jeno soalnya temennya Haechan.
"Ketemu sama lo." katanya nyengir. Jeno gak ketularan Jaemin kan? "Gue mau balik sih. Mau bareng?"
Raya diam. Terus mengangguk-angguk mengiyakan, dia langsung bangkit dari tempatnya. "ayo." ajaknya langsung.
Jeno menganga, "s-sekarang?"
"Iya. Keburu Doyoung dateng."
"LOH ES TEH LO GIMANA??"
Raya berdecak, emang ya yang namanya Chittapon Leechaiyapornkul ini gak bisa ngomong santai.
"Lo ambil aja." abis itu Raya narik pergelangan tangan Jeno. Dari kantin fakultas sampai parkiran motor banyak mata yang merhatiin mereka berdua. Ah, pasti.
Untung aja Jeno bawa motor beat punya papanya bukan motor punyanya. Laki-laki itu memundurkan motornya, "Pelan-pelan ya."
Mereka keluar gedung fakultas. Ah Raya lega rasanya. Jeno bawa motor juga kelewat pelan malah, gak lepas merhatiin Raya dari spion. Gadis itu lagi senyum tipis.
"Jen." panggil Raya tapi Jeno gak mengubris. "JENOOO!"
"HAH? Lo manggil gue kak? Gak kedengeran kemakan angin."
Gara-gara Jeno, Raya jadi majuin kepalanya bertumpu dibahu lelaki itu. Bibir Jeno langsung melawan gravitasi alias tersenyum simpul. Padahal, dia mendengar jelas panggilan Raya apalagi bawa motor lambat begini. Modus aja.
"Maaf ya."
"Untuk?"
Raya diam sebentar, "karna sakit gue gak bisa nemenin lo malam mingguan."
Jeno terkekeh mengangguk-angguk. "Waktu itu gue sempet tampil di cafe, lagunya cocok buat lo..."
"Lagu Garis terdepan yang nyanyinya Fiersa Besari."
Raya manyun, "Lagu indie ya?" yang detik berikutnya membuat Jeno ketawa.
"Bukan. Denger aja, tapi kalau lo kesinggung, gue mau minta maaf."
Raya langsung membuka ponselnya mengetikan nama lagu yang tadi disebut Jeno sebelum ia lupa. Memasukan ke playlist yang isinya request-an temen-temen.
"Kak, lo punya rasa sama bang Doyoung?"
"Sahabat doang."
Jeno tersenyum, jantungnya semakin berdebar saat ingin berbicara. Rasanya canggung setelah itu.
"Kak." panggil Jeno lagi yang dijawab dehaman Raya. Sebelum melanjutkan, Jeno menelan ludahnya dahulu. "Gue gak minta dibales."
"hah?"
"Gue cuma mau bilang, gue suka sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Terdepan
Fanfiction[#김도영's] ❝ aku lah orang yang selalu ada untukmu, meski hanya sebatas teman. ❞ - garis terdepan, Fiersa Besari. @ahjusyit, 2O20