21 . Pundung

222 37 6
                                    

[ hey aku boleh minta vote nya buat semangat? ]

“ why you dont know cant hurt you. ”

Jaemin ngebuka pintu kamar Raya, dia menatap kakaknya itu malas sambil menunjuk ruang tamu dengan dagunya.

"Ada bang Sehun, Kai sama Chan." katanya melas. Raya yang sibuk nulis catatan kuliah nya menoleh, tertawa mendadak karna ekspresi lelaki itu.

"Galau ya lo? Sampai gak mau sekolah. Mana kusut banget tuh muka, putus?" emang Raya nih kalau ngomong suka sembarangan. Jaemin yang ngedengernya berdecak malas, mukanya nambah kusut.

"Sotak."

Raya tertawa kencang sebelum Jaemin pergi ninggalin dirinya. Sebenarnya jalan udah gak sesusah awal, malah udah lancar banget gak ada beban tapi ya tetep aja Raya gak mau ngampus. Baru juga tiga hari keluar dari rs udah bergelut sama otak aja. Untung ada Jihyo yang rajin dan berkenan memberi catatannya.

Raya jalan ke ruang tamu, meregangkan tangannya dan mendapatkan pelukan hangat dari Sehun, Kai dan Chanyeol. Ah mereka sahabat Raya, Sehun dan Kai apalagi soalnya satu geng.

Tiba-tiba dari dapur keluar batang hidung Doyoung membawa nampan gelas sambil sedikit membanting ke meja dan melirik sinis ke adegan utama teletabis didepannya. Mereka refleks melepaskan, menatap Doyoung bingung.

"Kok ada lo Doy?" bingung Raya padahal dirumah ada mama sama papa. Doyoung menaikan bahunya, ngambil satu gelas es jeruk di nampan dan berjalan menaiki tangga. Oh, nemenin Jaemin.

"Calon suami cemburu."

"AMINNNN"

Chanyeol ketawa paling depan, omongannya Sehun diaminin.

"Gak mau sama gue aja?" tanya Kai, menaikan kedua alisnya dua kali. Raya bergidik ngeri sambil menggelengkan kepalanya.

"Geli."

Mereka asik berbincang sambil bermain play station punya Raya dan Jaemin, bagian Raya sama Kai sih soalnya Sehun daritadi ngeluh sama basecamp yang sepi gak ada Raya. Raya nanggepin tanpa menghilangkan fokus dari layar.

"Ah ya, lo sama Jennie gimana?" tanya Raya menyenggol tangan Kai. Tapi Kai malah membanting stir dipermainan motor balap nya, dia berdecak menghempaskan stick ps ke sofa disebelahnya.

Sehun yang ada dibawahnya tertawa kencang, Chanyeol sama Raya bingung saling tatap sampai pembalap Raya ikut jatuh karna terabaikan. Kai menoyor kepala Sehun dari belakang.

"YEPOSOOOOOO~" teriak Sehun tanpa menghilangkan tawanya. "Gokil si pertanyaan lo bisa buat dia kalah."

"Gila lo. Ada apaan si emangnya?" pertanyaan Chanyeol mewakili Raya.

Kai langsung menutup wajahnya dengan bantal sofa saat suara Sehun kembali terdengar.

"Kalah balap dia, diputusin terus baru tau juga ternyata ceweknya antek si lawan."

Raya dan Chanyeol menahan tawanya, poor Jongin.

"Terus—"

"SUMPAH YA LO BISA DIEM GAK HUN?!"

"Apa apa???" Chanyeol dan Raya terpancing. Kai pasrah, pasti setelah ini dia dibully.

"frustasi dia ampe kobam, digaplokin emaknya. Bapaknya mah nyantuy orang udah capek punya anak kek dia."

Tawa mereka baru pecah membuat Kai menekan bantal sofa.





Teman-teman Raya baru pulang sebelum isya berarti sebelum makan malam. Tempatnya dibersihin sih, bekas makanan dirapihin lagi sama mereka bertiga ya walaupun ujungnya Doyoung yang baru mau menampilkan wajahnya membersihkan ruang tamu. Ah, idaman banget kamu Doy.

Pas makan malam Raya ngelirik Doyoung yang sibuk sama makanannya, papa angkat suara karna kesal tidak ada suara yang keluar.

"Betah Raya?"

Raya yang sibuk ngelirik Doyoung langsung terbelalak, beralih kepada papanya sambil menegakan bahu.

"A-apa?"

"Sehun masih jagain kamu kan?"

Raya mengangguk-angguk, "masih kok."

"Jagain kok dibiarinin balapan." ujar Doyoung pelan hampir berbisik. Raya menoleh, tapi tetep aja yang didapetin cuma muka flatnya Doyoung.

"Kamu jangan ada-ada, papa ijinin kamu karna percaya sama Sehun juga. Kalau Kai mah..." Papa langsung memasang wajah jelek sambil melambaikan tangannya.

Raya terkekeh, "Nikahin aku sama Sehun dong pa."

ting!

Semua mata tertuju kepada Doyoung. Tadi itu suara sendok yang kehentak saat Doyoung memotong steak yang dibuat mama. Doyoung berdeham pelan, "sorry."

Papa mengangguk mengerti lalu menatap Raya lagi, "Atur kalau itu mah. Tinggal di omongin sama—"

Srekkk

Suara kursi bergeser. Doyoung meminum airnya lalu berdiri, "Doy lupa masih harus nyelesaiin makalah. Duluan ya ma, pa."

Mata mereka mengikut pergerakan Doyoung yang berjalan cepat dan menghilang ditelan jarak. Papa, mama sama Raya saling tatap berbeda dengan Jaemin yang menaikan bahu tak peduli memilih melanjutkan makannya.

"Bau-bau kebakaran." ujar papa ikut melanjutkan makannya. Sekarang garpunya menunjuk Jaemin. "Kamu juga kenapa diem-diem aja?"

"Heh ditanya tuh jawab!" kata Raya sambil menendang tulang kering adiknya. Jaemin menjauhkan kakinya dari Raya.

"Apaan si orang gapapa."

"Diputusin?"

"gak."

"cewek kamu main sama cowok lain?"

"ngaco nih papa, udah lah Jaemin udah gak mood makan."

Jaemin pundung. Cara perginya sama kaya Doyoung, berjalan cepat ke arah tangga bedanya dia sambil menghentakan kakinya ala-ala anak kecil ngambek.

"HEH NANA!"

"NANA SIAPA GAK KENAL."

papa tertawa puas, mama bukannya ikut ketawa malah ngegerutu. "Anaknya sakit hati malah digodain."

"Loh, papa salah nih?" sekarang papa mulai menurunkan alat makannya.

"Ya salah lah. Kasian tuh si nana jadi—"

"Udahlah gak mood makan juga."

Papa pergi, ikutan pundung. Ngehentakin kaki tapi jalannya lelet berbanding sama Jaemin. Mama sama Raya menatap punggung papa sambil bergeming lalu saling melempar tatapan dan detik selanjutnya mereka berdua bergidik ngeri.

Eh tunggu—Raya jadi bingung, hari ini hari patah hati laki-laki ya? Kok ada empat orang yang pundung sih???






Jaemin pundung :

Jaemin pundung :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Garis TerdepanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang