Happy Reading
***
Seperti senja yang di tunggu oleh banyak orang demi melihat keindahannya, seperti itu juga Evan mengharapkan Amel. Meski sebentar, senja selalu bisa memanjakan mata.
Amel adalah salah satu mantan Evan. Satu-satunya gadis yang memutuskan hubungan mereka. Bukan tanpa alasan gadis itu memutuskan Evan, selain mendapat terror dari fans pria itu, Evan yang bisa di bilang playboy pun membuat gadis itu jengah.
Sejak di putuskan oleh Amel, Evan sama sekali tidak bisa Move On.Itu dulu, lagipula kejadian itu sudah berlalu, namun Evan kembali mengingat Amel saat salah satu teman nongkrongnya memberi tahu pria itu bahwa Amel sedang membutuhkan uang. Ya, Amel sempat meminta tolong salah satu teman Evan untuk meminjam uang.
Karena tidak mau menunggu lama, Evan meminta alamat Amel dan segera menemui gadis itu. Amel terkejut mendapati Evan menemuinya, tentu saja, hubungan mereka sudah berlalu, Amel pikir Evan sudah melupakannya.
Evan tidak bisa melupakan kebaikan ibu Amel. Masakan wanita itu sangat lezat menurutnya. Dan tidak lupa, jika Ibu Ningsih adalah salah satu penjual nasi uduk dekat sekolah Evan. Pria itu tidak melupakan wanita paruh baya dengan senyum lembut yang menenangkan itu adalah penjual nasi uduk terlezat yang pernah ia nikmati.
Evan adalah siswa terpopuler pada masanya, bersama dengan Geng-nya kala itu, Evan selalu nongkrong di warung Nasi Uduk Bu Ningsih jika ia melewatkan sarapan pagi di rumah.
Ya, di sana lah Evan tahu bahwa Bu Ningsih memiliki putri cantik yang sebaya dengannya, salah satu siswi yang tidak menggilai Evan.Amelia Ananta
Gadis berpawakan mungil itu memiliki paras yang cantik, meski terlahir dari keluarga sederhana, Evan memuji kecantikan Amel yang menurutnya alami, tanpa skincare Amel tetap memukau.
Evan menyukai senyum gadis itu. Senyum yang bisa membuat jantungnya berdebar kencang. Senyum yang bisa membuat mood nya membaik. Ya, salah satu alasan Evan berhenti bolos sekolah adalah karena ia tidak ingin di cap nakal oleh Amel. Walau nyatanya, Evan populer karna kenakalannya, karena alasan itulah yang membuat Evan di pindah sekolahkan oleh orangtuanya.
Amel perempuan yang berbeda, menurutnya. Keseharian Amel di habiskan untuk belajar dan membantu ibunya. Tidak mempunyai ayah membuat Amel harus hidup serba cukup. Itu yang Evan tahu saat ia pernah menjalin hubungan bersama Amel.
Pria itu berhenti mengenang masa lalunya bersama Amel saat ia melihat si gadis berjalan mendekatinya, alih-alih tersenyum saat melihat wajah tampan Evan, Amel justru memasang wajah masam.
"Kenapa jauh banget sih ketemuannya, Van?" Gerutu Amel sambil membanting tas di meja, membuat beberapa pengunjung Kafe melihatnya.
Evan terkekeh, sama sekali tidak merasa bersalah. "Capek ya, pesen minum dulu, mau?"
Amel menggeleng. "Langsung aja deh, Van. Aku mau lihat isi perjanjian kita."
Evan mengangguk, lantas menyodorkan map yang sudah ia siapkan. Tanpa menunggu lama, Amel langsung menerimanya dan membuka isinya, membaca tiap poin yang Evan tulis.
"Pertama, menikah kontrak dengan syarat harus menikah secara resmi, di akui oleh Agama dan Negara," Amel berkata lirih sambil mengangguk, setuju dengan syarat yang Evan tulis. "Poin kedua, Harus tidur di kamar yang sama. Tidak boleh pisah kamar. Ketiga, manjain suami, seperti mau di peluk saat tidur," Amel mendesis sambil melirik Evan sinis, sementara pria itu pura-pura tidak tahu, padahal sedetik pun Evan tidak melewatkan ekspresi kesal Amel membaca poin yang ia buat. "Keempat, harus izin kepada suami saat pergi kemana pun, dan kapan pun. Tidak boleh membangkang, harus menurut pada suami." Amel membanting kertas tersebut dengan perasaan kesal dan dongkol.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAH (Menikah Dengan Mantan)
RomanceAmel di tawari uang senilai dengan jumlah yang harus ia bayar pada rentenir, sementara itu Evan ingin imbalan dari gadis di depannya, tentu saja... tidak ada yang gratis di dunia ini, Evan ingin Amel menjadi pengantinnya. "Kita tidur seranjang lagi...