Pdf ebook & kbm aplikasi sdh tersedia.. pdf bisa di order via wa di 088973689642
Ada promo spesial lho!
***
Amel menatap lurus jalanan yang ada di depannya, sementara Evan masih fokus menyetir kendaraannya."Makan dimana?" Evan bersuara, memecah sunyi di antara mereka.
"Terserah," jawab Amel tanpa menoleh.
Evan tersenyum. "Kenapa sih cewek selalu aja begitu, di tanya mau makan dimana, jawabnya terserah. Cowok tuh bukan cenayang loh, Mel. Yang tahu segala isi hati cewek," kata pria itu, tetap fokus menyetir.
"Aku sih makan apa aja oke, Van."
"Oke, punya rekomendasi tempat yang bagus dan enak?"
Amel nampak berfikir keras, lantas ia ingat sesuatu. "Belok kanan, Van. Puter balik, aku tahu tempat makan yang lumayan menurut aku," kata Amel memberi interuksi.
Evan menurut, mengikuti arahan dari Amel dan sesuai petunjuk dari gadis di sampingnya. Mereka berhenti di salah satu tempat makan lesehan, makanan sunda yang menurut Evan tidak terlalu ramai. Selesai memesan makanannya, mereka menunggu sambil duduk di lantai.
Evan pikir, Amel akan membawanya ke Mall, mencari tempat makan yang enak ala anak seumurannya, kuliner yang viral jaman sekarang.
"Sering kesini?"
"Nggak juga," jawab Amel.
"Sama mantan?"
"Sorry?"
"Mantan kamu, Mel?"
"Sorry ya, Van. Aku kesini sama Ibu, bukan sama mantan, apa sih mantan? Aku bahkan nggak punya mantan."
Mantan terakhirku, ya kamu. Mana ada Amel pacaran lagi. Setelah putus dari Evan, Amel benar-benar menutup diri dari lelaki, meski banyak yang mendekati, tapi Amel belum menemukan yang menurutnya cocok.
Evan mengangguk. "Jadi, cuma aku mantan kamu?" Tanya Evan dengan sedikit bangga.
Amel terlihat membuang muka, menyembunyikan rasa malunya. Kelihatan banget ya dia nggak laku?
Bukan seperti itu sih. Hanya saja, Amel nggak mau menghabiskan waktu cuma buat pacaran yang nggak penting.
Setelah lulus SMA, Amel memilih fokus bekerja. Ia menabung untuk memenuhi kebutuhannya beserta sang ibu. Soal asmara, Amel santai saja. Nggak terlalu memikirkan.
Dan kalau di pikir-pikir, ternyata Amel menyandang status jomblo paling lama. Tidak terlintas sedikit pun untuk menikah, bukan karena ia takut akan cinta atau trauma, Amel belum menemukan seseorang yang mau menerima nya, dan juga menerima ibunya. Karena jika Amel menikah, itu artinya sang suami pun harus ikut memboyong ibunya untuk tinggal bersama.
Dan apakah Evan mau jika sang ibu ikut bersama mereka jika nanti mereka menikah?
"Van," panggil Amel, si empunya nama langsung menatap Amel.
"Ya, kenapa?"
"Kalau kita menikah, ibu ikut kita kan?"
"Kamu mau ibu ikut tinggal sama kita?"
Amel mengangguk, "Ibu nggak punya siapa-siapa selain aku, Van. Jadi, boleh kan kalau ibu ikut sama kita?"
Evan tersenyum. "Amel, ya boleh dong. Aku nggak keberatan, kok."
"Terima kasih, Van..," ucap Amel dengan tulus.
"Kenapa kamu sentimentil gitu sih, itu udah kewajiban aku, Mel..," kata Evan sambil mengusap puncak kepala Amel. Gadis itu diam saja dengan perlakuannya, mungkin karena Amel merasa terharu jika pada akhirnya dia menemukan seseorang yang menerima ia apa adanya. Dan juga menerima ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAH (Menikah Dengan Mantan)
Roman d'amourAmel di tawari uang senilai dengan jumlah yang harus ia bayar pada rentenir, sementara itu Evan ingin imbalan dari gadis di depannya, tentu saja... tidak ada yang gratis di dunia ini, Evan ingin Amel menjadi pengantinnya. "Kita tidur seranjang lagi...