28. Kabar yang membawa duka

2.5K 370 16
                                    

"Selamat pagi, sayangku..." Evan mengecup pipi Amel pagi itu. 

Sementara Amel menggeliat. "Hai... pagi juga, Van..." 

Amel mengulas senyum tipis saat dilihatnya Evan membenamkan wajahnya di ceruk leher perempuan itu, sementara Amel mengusap usap rambut suaminya. 

"Pagi ini boleh nggak aku di masakin telur dadar!" Pinta Evan serak. 

"Sepagi ini?" Tanya Amel lirih. 

"Hmm... tiba-tiba aku pengin makan telur dadar buatanmu pakai nasi hangat. Sepertinya enak. Perutku lapar..." 

Amel langsung bangkit dari posisinya dan gerakan itu membuat Evan juga bangun. 

"Aku masak sekarang kalau begitu..." 

"Nanti saja," cegah Evan ketika dilihatnya Amel hendak beranjak. 

"Kamu bilang lapar. Lagian sudah jam 6... aku bersih-bersih dulu sebentar setelah itu buatkan makanan buat kamu..." 

"Aku masih ingin berduaan lho..." 

"Semalam udah, Van. Mau nambah lagi?" 

Evan tersenyum menggoda. "Kamu mau?" 

Amel menggeleng. "Enggak. Pinggangku sakit..." keluhnya jujur. 

"Oiya? Kalau begitu jangan. Kamu nggak boleh kelelahan."

"Itu kamu tahu... aku bersih-bersih dulu. Setelah itu kamu juga harus mandi dan nyusul ke bawah. Oke?" 

"Siap, sayang!!" Jawab Evan penuh semangat dan membiarkan Amel berlalu ke kamar mandi. 

***

Pukul 7, Amel dan Evan sudah di meja makan dengan dua piring nasi serta lauk telur dadar beserta sambal kecap buatan Amel. 

"Masakan kamu enak," puji Evan sambil menyuapkan kembali nasi dan telur ke mulutnya. "Aku memang nggak salah pilih istri!" Dengan mulut penuh Evan masih melayangkan pujian untuk istrinya. 

Amel mengulum senyum, merasa senang dengan pernyataan Evan pagi itu. "Terima kasih. Aku merasa terharu dengan pujian kamu..."

"Beneran, Mel. Aku beruntung sekali bisa berjodoh sama kamu..." Evan terus meyakinkan Amel sambil menyuapkan makanan ke mulutnya sementara wanita itu terkekeh. 

"Berhenti membual, Van! Makan saja," tegur Amel. 

Evan nampak tidak tersinggung dan semakin lahap makan. 

"Selamat pagi semuanya," Zoya datang menyapa keduanya dengan riang. Hal yang jarang sekali terjadi menurut Amel. Biasanya Zoya akan memilih diam di samping suaminya, keceriaan ini membuat bulu kuduk Amel meremang seketika. 

"Pagi juga," Evan menimpali. 

"Makan apa, Van? Sepertinya enak..." Zoya melirik piring Evan dan Amel sambil duduk di kursi, di ikuti oleh Evran. 

"Nasi sama telur dadar buatan Amel. Kalau mau ambil saja.. ini masih banyak..." 

"Boleh, Mel?" Tanya Zoya sopan. 

"Kalau kamu suka ya silahkan.. aku masak banyak karena Evan sedang ingin makan itu..."

"Kalau begitu aku akan coba..." sahut Zoya. Kemudian perempuan itu menoleh ke sampingnya. "Kamu mau? Sekalian ambil nasi?" 

Evran menggeleng. "Nggak ah. Kamu saja..."

Zoya mengangguk paham. "Mbak... ambilkan nasi hangat ya. Jangan banyak-banyak," teriak Zoya pada pembantunya. 

SAH (Menikah Dengan Mantan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang