Amel mengeratkan genggaman tangannya pada jemari Evan. Pria itu bisa merasakan kegugupan yang melanda istrinya. Ketika turun dari mobil, Amel sudah merasa tidak nyaman saat melihat rumah besar di depannya.Benar kata Dini, dia hanya upik abu. Atau bahkan butiran debu di mata Evan dan keluarganya.
"Tenang saja. Nenekku baik kok..."
Amel menoleh dengan wajah cemas. "Tapi papahmu tinggal disini juga kan?" Gadis itu tidak bisa menutupi kecemasan yang melandanya.
Bagaimana jika salah satu keluarga Evan menentang pernikahan mereka? Ketakutan itu merayapi benak Amel. Meski pernikahan mereka tanpa di landasi oleh cinta, ketakutan itu benar-benar menggerogoti perasaan wanita itu.
Evan mengangguk. "Iya, mereka semua tinggal disini... termasuk kakakku.
Mendengar jawaban Evan, Amel merasa menggigil. Semuanya tinggal disini? Lalu tanggapan apa yang akan dia terima kalau Evan mengungkapkan jati dirinya sebagai istri pria itu? "Apa mereka akan menerimaku?"
Evan mengangguk. "Kalau enggak, ada aku di sisimu... tenang saja," sahut Evan menenangkan, tapi sama sekali tidak membuat Amel merasa tenang. Akan ada banyak pasang mata yang akan menganggapnya aneh bukan?
"Ayo masuk," ajak pria itu sambil menarik paksa Amel yang nampak enggan masuk namun harus tetap mengekori Evan.
Amel mengangguk, sejenak gadis itu menarik nafasnya dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Hal ini tidak membantu banyak memang, hanya mengurangi sedikit rasa gugupnya.
Pintu terbuka, semua mata yang ada disana memandang ke arah mereka. Kebetulan, anggota keluarga sedang berkumpul di ruang tamu.
"Lihat siapa yang datang?" Evran, kakak lelaki Evan tersenyum sinis ketika menyambut adiknya datang. Pria itu berdiri, begitupun dengan perempuan di sampingnya.
Sikap tersebut semakin membuat Evan mengeratkan genggaman tangannya pada Amel. Dan gerakan itu sedikit mengusik hati Amel.
Kenapa seolah ada bermusuhan di antara mereka? Tatapan sinis pria itu menunjukan segalanya!
"Evan..." wanita tua itu berdiri, lantas menghampiri cucunya. "Cucuku... ya ampun.. Evan.. sini sayang!" Maria memeluk Evan penuh kerinduan. Sudah hampir 2 minggu ini Evan tidak berkunjung ke rumah. Dan kedatangan Evan tentu membuatnya senang.
"Selamat malam, Nek..." sapa Evan ramah. Amel mengangguk kikuk pada wanita tua yang menatapnya tanpa berkedip.
"Siapa dia?" Maria melirik gadis di sisi Evan. Perempuan itu menatap penuh selidik pada keduanya. "Pacar kamu, Van?"
"Perkenalkan, ini Amel..." beritahu Evan.
"Nama yang cantik, seperti orangnya!" puji Maria tulus. "Saya Maria, nenek Evan..."
"Amel, Nek..."
"Siapa dia, Evan?"
Evran mendekat bersama seorang perempuan di sisinya. Dan kalau tidak salah melihat, Amel seperti mengenal perempuan itu! Tapi dimana?
"Apa dia pacarnya?" Zoya, istri Evran menyambar. Keingintahuan itu membuatnya bertanya meski harus di hadiahi tatapan tidak suka dari suaminya.
Evan tersenyum senang, genggaman di tangannya semakin erat. Kemudian Evan mengangkat tangan Amel, memperlihatkan cincin yang melingkar di jari manis keduanya.
"Dia istriku," pengakuan Evan berhasil membuat semua mata di sana melotot seketika.
Baik Maria, Zoya ataupun Evan terkejut mendengar pengakuan sepihak dari Evan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAH (Menikah Dengan Mantan)
RomanceAmel di tawari uang senilai dengan jumlah yang harus ia bayar pada rentenir, sementara itu Evan ingin imbalan dari gadis di depannya, tentu saja... tidak ada yang gratis di dunia ini, Evan ingin Amel menjadi pengantinnya. "Kita tidur seranjang lagi...