Ibu nampak sungkan saat Amel menyiapkan segala keperluannya untuk mereka makan malam di rumah keluarga Evan."Apa nggak masalah nduk kita kesana? Kok ibu merasa nggak enak ya?" Ibu nampak gelisah ketika dia telah menyiapkan semua keperluan sang ibu untuk pergi ke rumah besan.
Amel tahu kekhawatiran yang melanda ibunya. Karena ia pun merasakan hal yang sama. Bukan tanpa alasan, Amel tentu tahu alasan apa yang membuat hatinya merasa seperti itu. Ibu mungkin belum tahu bagaimana perangai keluarga Evan yang lain, tapi tidak menutup kemungkinan dengan adanya pertemuan ini, ibu menjadi tahu semuanya kan?
"Ibu ragu atau bagaimana? Kalau ibu merasa begitu, Amel bisa batalkan. Kita bisa mencari alasan dengan kondisi ibu?"
"Bohong itu dosa, Mel. Lagipula ibu juga nggak enak sama neneknya Evan."
"Tapi kalau ibu merasa nggak berkenan ya nggak apa-apa..." Amel mencoba menenangkan. Meski ia tidak bisa menetralisir gemuruh di dadanya.
Bagaimana kalau ibu tahu bahwa sebagian keluarga Evan tidak menyukainya? Hanya nenek pria itu yang menerima baik kehadirannya.
"Mereka pasti sudah menyiapkan hidangan spesial buat kita kan?"
"Pasti, Bu. Nenek Evan itu baik sekali..." ucap Amel bersemangat.
"Ibu percaya itu. Yasudah, kita tinggal menunggu suamimu saja kan? Sudah sampai mana dia?"
"Katanya sih sebentar lagi, Bu. Sabar ya..."
"Mel.." panggil Ningsih lirih.
"Ya, Bu..."
Wanita itu tersenyum lembut.
"Ibu merasa sangat beruntung memiliki menantu seperti Evan, suamimu. Ibu berharap, kalian berjodoh dunia dan akhirat."
Amel merasa terenyuh dengan ucapan ibunya, sekaligus merasa bersalah. Tetapi dalam hati, Amel mengaminkan doa tersebut. Hingga kemudian suara klakson menginterupsi keduanya.
"Itu Evan datang, Bu..."
Amel siap berdiri, namun tangannya di cekal oleh ibunya.
"Mel," panggil ibunya. Wanita itu mendongak untuk menatap putrinya.
"Iya, Bu..."
"Ibu harap, kamu bisa menjaga pernikahanmu tetap utuh. Ibu sangat berharap kalian selalu bersama hingga akhir hayat. Ibu sangat percaya pada Nak Evan. Dia pria yang baik..."
Amel mengangguk dengan tenggorokan tercekat. Ibu begitu percaya, sementara ia dilanda dilema.
***
"Selamat datang, Besanku..." Maria memeluk ibunda Amel yang di sambut dengan pelukan hangat dari wanita itu.
Perkenalan singkat itu terjadi, meski orang-orang disana nampak terpaksa dengan keadaan ini. Termasuk Intan.
Erlangga mau tidak mau harus menyambut besannya, yaitu ibu Amel.
"Silahkan duduk. Maaf karena hidangannya sangat sederhana..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SAH (Menikah Dengan Mantan)
RomanceAmel di tawari uang senilai dengan jumlah yang harus ia bayar pada rentenir, sementara itu Evan ingin imbalan dari gadis di depannya, tentu saja... tidak ada yang gratis di dunia ini, Evan ingin Amel menjadi pengantinnya. "Kita tidur seranjang lagi...