7. Kalimat Manis

5.5K 557 54
                                    


"Kamu simpan barang-barang kamu di situ aja," kata Evan begitu sampai di kamar mereka.

Iya, di kamar Evan lebih tepatnya. Mereka baru saja sampai di rumah milik pria itu.

Rumah yang bahkan sudah tidak asing di mata Amel karena gadis itu pernah berkunjung sebelumnya.

Hanya kamar ini saja yang masih asing bagi Amel. Kamar Evan yang memiliki nuansa maskulin itu membuat bulu kuduk Amel meremang. Pikirannya jauh berkelana tentang ranjang yang ada di sana, mereka akan tidur bersama lagi?

Bagi Amel, tidur seranjang dengan lelaki masih membuatnya merasa aneh atau lebih tepatnya tidak nyaman. Semalam saja, kalau tidak mengantuk berat, mungkin Amel akan membuat membuat banyak alasan agar tidak melayani Evan.

"Van..." panggilan Amel membuat Evan yang baru saja masuk membawa tas Amel langsung menyahut.

"Ya, kenapa?"

"Hmmm..." Amel nampak kehilangan kata-kata, entahlah kalimatnya seolah hanya berkumpul di tenggorokannya saja. Bagaimana ia mengungkapkannya ya?

"Kenapa, Mel?" Evan balik bertanya dengan sabar ketika di lihatnya Amel nampak gugup.

"Kita tidur seranjang lagi?" Amel menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Merasa kikuk dengan pertanyaannya sendiri.

Kenapa ia malu? Bukankah dia harus menanyakan hal ini agar tidak terjadi salah paham?

Ada banyak kamar di rumah ini, Amel bisa menempati salah satunya!

"Kamu mau kita pisah ranjang?"

Amel melongo, kemudian mengibaskan tangannya, "Bukan gitu maksud aku!"

Kata pisah ranjang terdengar ambigu! Seakan mereka bertengkar hebat, lalu tidak ingin kembali tidur di ranjang yang sama.

"Ya, terus gimana?" Evan benar-benar tidak mengerti.

"Kita pisah kamar aja?" usul Amel. "Gimana?" Amel menatap penuh harap.

Evan semakin mengerutkan keningnya. "Loh kenapa harus pisah kamar?" Evan bertanya bingung. "Ranjangku cukup kok buat kita berdua," ucap pria itu, sedikit mengulas senyum tipis kala melihat Amel sedikit gelagapan.

Amel menggeleng lemah. "Bukan gitu, Van..."

Duh, gimana ya Amel menjelaskannya?!

"Ya gitu gimana sih, Mel? Ga paham aku," jelas Evan, pura-pura tidak mengerti. Sebenarnya, Evan paham dengan arah pembicaraan mereka.

Gadis itu mendesah pelan. "Kita kan cuma nikah kontrak," ujar Amel sambil bercicit di akhir kalimat, hatinya merasa tidak nyaman mengucapkan kalimat itu, bukankah dulu itu keinginannya?

Lantas, kenapa rasanya ia tidak nyaman jika pernikahannya hanya di atas kertas?

"Yang kontrak itu kan perjanjiannya, nikahnya Sah kok, Mel! Nggak salah kalau kita tidur bareng."

Amel menatap Evan dengan sorot yang dalam. Ketenangan dalam ucapan pria itu membuat Amel terdiam.  Merasa kalah telak dengan ucapan Evan.

Pernikahan mereka Sah, secara hukum atau agama. Yang kontrak hanya perjanjiannya saja.

Amel termenung.

Benar juga.

Tidak ada salahnya mereka tidur bersama. Pernikahan mereka SAH.

"Tapi kan..." ucapan Amel menggantung kala Evan berjalan mendekatinya.

"Tapi apa lagi? Udah nggak usah di bahas lagi, sekarang buruan kamu beresin barang-barang yang menurut kamu penting, abis itu kita pergi..."

SAH (Menikah Dengan Mantan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang