15th Sesempit Itukah Dunia?

92 6 2
                                    

▪️▪️▪️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪️▪️▪️

             "Kamu kenapa sih Ren, ketawa sendiri dari tadi?" Perkataan itulah yang terlontar dari bibir Kak Yin. Merasa waktu istirahat selesai bimbingan, Irena tidak seperti biasanya.

Gadis berkucir kuda dengan poni yang dibiarkan menutupi dahi itu cekikian sendiri dengan ponselnya. Irena memang pribadi yang ceria, dia suka asyik sendiri. Termasuk ketawa sendiri, mungkin seperti orang pada umumnya ketawa hanya karena melihat meme di instagram. Tetapi kalau diamati, Irena bukan seperti orang yang tertawa hanya untuk meme receh. Ia tersenyum-senyum dengan pipi yang merona.

"Oh." Ia menyelipkan anak rambut di telinga sembari menegakkan duduknya. "Aku kepikiran sama seseorang."

"Kemarin kan aku ke rumahnya Bhima, ketemu adik-adik dia, ketemu Bunda sama Ayahnya dia. Keluarga Bhima seru semua, heran aja kenapa bisa punya anak kayak Bhima."

"Kenapa emang?"

"Bhima itu terlalu abstrak. Ibarat benang yang udah belibet, ibarat lain itu kayak kanvas yang ditumpahin cat warna-warni, ngga jelas bentuknya." Irena kembali tertawa, "Pengen lihat foto dia ngga?"

Kak Yin mengangguk. "Boleh."

Irena menyodorkan ponselnya. Ia membuka galeri, di situ ia menyimpan foto Bhima yang sudah diunduh dari instagram.

Hanya beberapa detik Kak Yin melihat 3 manusia di foto itu, mereka mengenakan almamater hitam SMA Taruna Arsa. Di sebelah kiri Adit, di bagian tengah Bhima, lalu bagian kanan Sendy.

"Bhima yang teng..." Ucapan Irena terpotong.

"EH BUSET!" Ponsel Irena melayang di udara, hampir saja mendarat di lantai namun dengan sigap Irena menangkap.

"ITU BHIMA!"

"Eh santai woi! Hp gue jangan dilempar." Irena memekik tak kalah histeris dengan Kak Yin.

Kak Yin tidak melempar ponsel Irena, ia hanya refleks karena terkejut melihat foto seorang cowok berkacamata di ponsel itu.

"WEE, DIA ANAK ALGAGIS GAK SIH?"

"ASTAGA DUNIA SEMPIT AMAT YAK."

"Ah iya, aku lupa bilang kalau Bhima itu penerima beasiswa dari Algagis." Ia mengerutkan kening. "Kenapa? Kakak kenal?" Sebenarnya Irena juga tahu kalau Kak Yin alumni penerima beasiswa Algagis, bahkan hingga sekarang pun ia masih aktif di ikatan alumni Algagis Foundation. Tetapi Algagis itu banyak anggotanya, bahkan Kak Yin itu angkatan di atasnya.

Gadis itu tersenyum tipis. "Iya kenal."

"Hah?" Irena membulatkan bibirnya. Ia tertawa, dunia memang sempit. "Menurutmu dia gimana Kak?"

"Hmm, aku ngga terlalu dekat sih. Dia kayak agak pendiam gitu dulu, cuman bagus kok dia orangnya aktif. Mungkin karena aku ngga terlalu deket aja. Cuman pas awal-awal aku lihat dia, wah kek lumayan nih anak."

INSIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang