18th Liburan Ngebabu di Rumah

82 6 0
                                    

           ▪️▪️▪️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   
        ▪️▪️▪️


        Cahaya dari lampu LED menyinari kamar Irena. Menandakan bahwa pemilik kamar belum tidur, karena biasanya Irena tidur dengan lampu yang remang-remang. Gadis itu duduk di depan meja belajar, ia fokus terhadap layar laptop asus kesayangannya. Melalui YouTube ia melihat berbagai vidio Super Junior bertahun-tahun lalu.

Boyband Korea yang sudah aktif sejak lama lalu tersaingi dengan grup baru. Kemudian lagu boyband itu diputar di tengah maraknya band baru—benar-benar sensasinya sangat berbeda. Irena menyukai Super Junior sejak duduk di bangku SD. Meski sekarang sudah banyak boyband baru, sekalipun ia suka, ia tak akan dengan mudah move on dari Suju.

Hingga tersadar, ia melirik jam dinding. Sudah menunjukkan 10 malam. Irena mematikan laptopnya, ia bangkit berdiri membereskan gelas dan piring yang tadinya berisi camilan. Ia keluar dari kamar, berniat untuk membersihkan piring itu ke dapur.

Saat Irena melewati kamar orangtuanya, ia mendengar suara Astri yang marah. Beberapa hari ini Irena menyadari kegelisahan diantara mereka. Sekalipun Herman ada di rumah.

"Itu salah Papa yang selalu manjain anak itu. Papa yang kasih dia banyak fasilitas, sepeda motor, laptop, ponsel, dan banyak barang lainnya. Itu malah bikin Irena semakin bebas. Kenapa dulu harus kita kasih motor, toh banyak kan anak-anak SMA yang ke sekolah naik bus. Lihat Pa, sekarang Irena punya banyak sekali kenalan. Ia sering pulang malam karena ikut banyak forum."

"Ma, Papa kasih dia motor karena kita sibuk kerja. Ngga ada yang nganter dia kalau mendadak bepergian."

"Sekarang hasilnya, Irena terlalu idealis Pa. Itu karena Papa dulu ngajarin dia buat bermimpi tinggi. Anak itu udah ngomong ke Mama, kalau mau ikut IUP. Sudah cukup Pa selama ini pengeluaran kita cuman buat dia terus, memangnya kita tidak perlu investasi untuk kebutuhan lain? Dari kecil dia sering ikut bimbel, masih mending kalau nilai dia bagus, bahkan sampai sekarang pun dia peringkat bawah di kelas. Mama aja ngga yakin Skor TOEFL dia bagus, masa iya dia mau ikut IUP Pa."

Suara wanita itu benar-benar frustasi. "Semua itu butuh biaya yang mahal Pa. Memang kebutuhan kita cuman buat dia aja. Mama juga pengen bisnis Mama itu berkembang, tolong jangan kasih dia fasilitas yang berlebihan. Kuliah program reguler saja sudah cukup."

*IUP (international undergraduate program)

"Tapi Ma, Irena itu anak kita satu-satunya. Sebagai orang tua, Papa bakal kasih apapun yang terbaik buat dia. Papa serahkan semua pilihan pada Irena, Papa akan selalu dukung dia."

"Tolong Papa realistis, biaya pendafataran IUP aja setara penghasilan Papa seminggu . Itu baru pendaftaran, belum lain-lainnya."

"Irena memang diberi fasilitas lebih, tapi ia bisa memanfaatkan itu semua dengan baik. Justru Mama yang selama ini menghamburkan uang. Mama masih aja ngotot pertahanin bisnis Mama, padahal bisnis itu udah susah buat berkembang. Kenapa Mama ngga nyoba kerja di tempat Papa, itu akan lebih efektif."

INSIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang