4th D-ecison

128 8 2
                                    

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°•°•°•°•°•


Kendaraan beroda empat itu memasuki pekarangan rumah Irena. Gadis itu segera turun, apalagi saat melewati pintu depan ia melihat sepasang sepatu milik Mamanya ada disana. Irena langsung melepas sepatu kets putihnya yang kotor. Ia segera masuk mencari keberadaan Mama.

Mama pasti marah kalau ia langsung ke dapur tanpa meletakkan peralatan sekolahnya. Irena berhambur ke kamar. Ia tersenyum begitu memasuki dapur, Mama sedang menyeduh teh disana, wanita itu terlihat memakai daster batik. Pasti beliau sudah pulang sejak tadi sore.

"Ma.." Panggil Irena, Astri-Mama Irena menoleh. Wanita itu langsung terlihat emosi begitu melihat baju anaknya basah. Tidak hanya itu saja, rambut-rambut Irena basah bahkan gadis itu masih mengenakan seragam sekolah yang lusuh.

"Kamu hujan-hujanan Ren?" Itulah perkataan pertama yang keluar dari bibir Astri.

"Ah." Irena menoleh ke bajunya yang sedikit basah, ia tidak kehujanan. Bahkan ia baru menyadari bahwa baju yang ia pakai sedikit basah. "Irena ngga hujan-hujanan Ma, tadi aku nungguin Pak Dadang jemput di teras bimbel, karena tempatnya sempit dan anginnya kenceng jadi kecipratan air hujan. Tapi beneran Ma, aku ngga hujan-hujanan."

Gadis itu sangat hafal dengan sikap Mamanya. Astri memang paling tidak suka jika Irena kehujanan. Sedari kecil Irena dilarang ketika bermain hujan. Kata Mama-takut masuk angin, kalau sakit nanti ia sendiri yang susah.

"Kamu kok sampai jam segini baru pulang? Dari mana aja?"

"Kemarin kan ada bimbel yang nawarin percobaan belajar, ya udah aku nyoba. Ternyata sampai semalem ini. Baru masa percobaan Ma, dan aku kayaknya ngga kuat kalau harus pulang malam terus. Mungkin minggu depan aku udah berhenti ikut bimbel itu."

Astri mengangguk. "Ya sudah kamu mandi dulu, Nak. Mama udah bawain makanan buat kamu di situ." Ia menunjuk makanan dibalik tudung saji. "Mama ke kamar dulu, kalau ada apa-apa nyusul aja ke sana."

Irena mengangguk, Mama pergi dengan membawa secangkir teh. Kalau kalian bertanya dimana Papa Irena? Herman-Papa Irena mengolah sebuah perusahaan yang bekerja dalam bidang elektronik tepatnya berada di kota Bekasi. Herman biasanya akan pulang sebulan sekali atau ketika sedang ada acara penting di Bandung.

Sedangkan Astri, ia membuka sebuah butik yang bertempat di salah satu mal ternama Bandung. Sebuah toko tentu jam buka bisa pagi dan malam. Jadi jangan heran jika Mama jarang pulang, walaupun sudah memperkerjakan karyawan. Tetap saja Astri harus memantau perkembangan bisnis yang ia rintis sejak Irena bayi.

Walau begitu, mereka sekeluarga selalu menjaga komunikasi dengan baik. Mereka bertiga selalu menjaga komunikasi dengan bertelepon setiap hari.

•••

INSIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang