▪️▪️▪️
"Be strong ok."
"I know you can pass it." Megan mengelus pundak Irena.
"Gue cuman pengen ngerasain punya orang tua yang bisa ngelus-elus gue. Yang biasa diajak jadi tempat cerita perihal urusan gue."
"Keluarga gue juga ngga sebahagia itu. Tapi walau begitu kita tetap harus bersyukur punya mereka." Megan bahkan mengalami permasalahan keluarga yang lebih parah dari ini. Ia melihat perceraian dan pernikahan orang tuanya bersama orang lain.
"Dan setiap keluarga itu pasti punya masalah." Kini Kak Yin yang ikut berbicara.
Mereka berkumpul di kamar Megan. Tadi Irena yang menghubungi Kak Yin untuk datang ke rumah Megan. Irena paham dengan mentalnya sendiri, ia memerlukan dukungan dari orang-orang yang bisa mengertinya.
Saat ia tahu bahwa Papanya ada di rumah. Bukan rasa aman yang ia dapat. Lagi-lagi ia melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Sekuat mungkin ia menulikan telinga, ia tidak bisa. Apalagi ketika Mama selalu menyalahkan Irena atas semua masalah yang menimpa keluarga.
Gadis itu mengangguk. " Yah, kalian bikin aku sadar. Kalau memang ngga semua keluarga itu harmonis."
Irena juga paham. Betapa perihnya beban Kak Yin, dia yang baru saja ditinggalkan Ayahnya. Ia tak pernah membayangkan bagaimana rasanya. Serumit apapun masalah keluarga Irena, Papa selalu mendukung Irena. Hanya Papa-lah system support terbesar dalam hidup Irena. Meski Sang Mama selalu meremehkan mimpi Irena.
"Ya memang, tapi harmonis tiap orang kan beda-beda. Ada yang merasa segitu aja udah harmonis. Ada juga yang merasa kalau segitu kurang harmonis."
"Dan gue ngerasa kalau keluarga gue ngga pantas dikatakan harmonis."
Irena jadi sadar kalau masa SMA-nya hanya tinggal beberapa bulan. Semua tengah sibuk dengan persiapan ujian. Megan resmi akan melanjutkan pendidikannya ke Sichuan University. Megan memang sempurna, itulah yang Irena lihat sebelum ia tahu cerita sebenarnya tentang keluarganya.
•••
Bu Rina menerangkan bagaimana materi Trigonometri yang menjadi kisi-kisi Try Out pertama. Semua siswa fokus kepada papan tulis, karena memang matematika menarik untuk beberapa siswa. Kecuali Bhima, cowok itu sedari tadi celingukan ke meja belakangnya.
Beberapa siswa aktif menebaki soal, si empunya malah gagal fokus.
Rullif yang kali ini satu meja dengan Bhima, menyadari keanehan cowok itu. "Lo kenapa?"
Bhima mengerutkan keningnya. "Adit ngga berangkat?"
"Dari pagi emang dia ngga berangkat, di surat izin tulisannya sakit." Bhima berohria, ia baru tahu itu. Semalam atau tadi pagi ia tak sempat mengecek kamar Adit. Bahkan mereka tak berpapasan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIGHT
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Irena, Bhima itu cuman cowok brengsek yang kebetulan mampir dalam kehidupannya. Karena memang mereka dipertemukan sebagai teman sekelas. Irena selalu menghindar dengan sikap Bhima yang sok manis. Bukan karena ia sombong, tapi ia ha...