38th Perjalanan Menuju

25 1 0
                                    

°•°•°•°•°•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°•°•°•°•°•

          Irena baru saja selesai mengerjakan tes UTBK, dia keluar dari gedung Kampus Ganesha dan berjalan di trotoar sembari menunggu angkot lewat. Gadis itu mengamati suasana kampus yang ramai oleh peserta lain yang baru datang untuk ujian sesi selanjutnya. Ada juga beberapa mahasiswa yang datang ke kampus untuk yah mungkin mengurus organisasi atau mengerjakan tugas.

"Irena!"

Ia menoleh ke sumber suara. "Adit! Bukanya elo dapat sesi pagi ya, kok masih di sini."

"Gapapa, nongkrong aja di sekitar sini. Lihat suasana kampus jadi pengen cepet-cepet jadi Maba." Jawab cowok itu sembari berjalan di samping Irena.

"Lo ambil jurusan apa Dit?"

"Ada pokoknya, sori gue ngga bisa cerita sekarang. Biar besok aja pas benar-benar diterima gue bakal cerita. Yang jelas kampus impian gue di luar kota."

Irena mengangguk, bagaimanapun juga ia harus menghargai privasi Adit. "Apapun jurusan lo, semoga lo bisa diterima dan ilmu yang lo pelajari ngga cuman berguna buat lo tetapi bagi banyak orang."

"Makasih Ren, gue berharap lo juga bisa diterima di kampus impian lo."Gadis itu tersenyum sebagai ucapan terima kasih. "BTW, tadi gue ke sini bawa motor, lo mau nebeng ngga?"

Ia menggeleng, "Ngga usah Dit, makasih. Gue masih ada urusan lain."

"Yaudah kalau gitu, hati-hati di jalan."

Ia mengamati Adit yang berjalan menjauh darinya. Tidak lama kemudian angkot yang ia cari sudah lewat. Segera Irena menaiki kendaraan itu. Sebenarnya Irena berbohong soal dia ada urusan lain. Karena faktanya ia tidak mampir kemana-mana, Irena langsung pulang, hanya saja bukan ke rumahnya dulu tetapi ke rumah barunya yang ada di Jalan Baratayudha. Bukan berarti ia tidak mau Adit mengetahui rumahnya yang sekarang, tetapi ia sedang malas menjelaskan alasan kenapa ia pindah rumah.

Dia turun di sekitar Jalan Baratayudha, gadis itu lalu berjalan di gang menuju rumah. Dari depan pagar, ia mengamati rumah minimalis itu. Iya, tidak sebesar dan seluas rumahnya dulu. Tetapi jika Irena amati rumah ini tidaklah buruk, asalkan masih ada jendela dan halaman rumah, itu sudah cukup bagus untuknya. Ia mendorong pagar kecil ini, dia berjalan melewati halaman ini.

Irena melihat Papa yang membawa masuk barang-barang lalu Pak Dadang baru saja datang dengan pick up yang membawa barang-barang besar lainnya.

Papa sedang membawa rak buku Irena, "Biar Irena aja yang bawa, biar aku ngurus barang-barang aku Pa."

"Makasih ya Nak."

"Mama kalau masih capek istirahat aja di kamar." Tidak ada respon dari Mama, wanita itu terlihat pucat karena banyak pikiran. Astri lantas meninggalkan anak dan suaminya di depan rumah, ia mungkin istirahat di kamar.

INSIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang