Sore ini Irena berjalan sendirian, kakinya menapaki jalan trotoar yang dipenuhi daun kering yang berjatuhan. Gadis itu mengembuskan napas pajang, menikmati udara sore yang segar. Ia berhenti sejenak untuk mengikat rambutnya yang tergerai. Irena melanjutkan jalannya, gadis berponi itu merasa kesal. Entah kesal karena apanya? Ia mulai merasa lelah dengan dirinya maupun lingkungan sekitar.
Irena bingung bagaimana caranya menghindar dari Bhima terutama ketika membahas topik itu. Dia merasa bingung tentang perasaannya kepada Bhima. Cowok pemilik senyum manis dan mata teduh itu beberapa hari ini mengacaukan pikirannya. Pesona Bhima sudah Irena kagumi sejak kelas 10, sewaktu PLSB dulu. Hanya kali ini terasa beda. Tentang ucapan Bhima tadi, Irena rasanya ingin mengelak. Bayangan Bhima dekat dengan banyak perempuan terus melintas di kepalanya.
Ia tahu, Bhima memang cowok baik hati yang sering membantu banyak orang. Dia yang menjabat posisi penting di setiap organisasi membuatnya berinteraksi dengan banyak orang termasuk perempuan. Bahkan Megan bilang Bhima itu terlalu baik hati kepada anggota organisasi, mungkin ada yang tidak bisa membedakan mana yang sekadar teman atau lebih.
Irena mengerutkan kening, jangan-jangan dirinya termasuk dalam perempuan yang baper terhadap Bhima. Kalaupun nanti Irena punya pasangan, ia akan setia hanya 1 orang dan ia akan menuntut balasan pada pasangannya untuk setia pada dirinya. Irena tidak suka diduakan atau dijadikan nomor sekian. Ia ingin menjadi satu-satunya"Gue paling ngga suka berbagi!" Ia berteriak lantang dan menendang kaleng minuman di depannya.
Menghentakkan sepatu ketsnya dan mendengkus kasar.
Tiba-tiba ia mendengar suara gemerusuk dari pohon besar pinggir jalan yang tak jauh darinya. Gadis itu menoleh dan mengikuti sumber suara itu. Irena bersembunyi di balik pohon. Segerombolan siswa SMA berseragam putih, mereka yang melepaskan almamater abu-abu. Mereka merundung seorang cowok dengan memojokkan di tembok.
"Gue udah peringatkan sama lo, ngga usah ikut campur urusan gue." Seorang cowok berperawakan tinggi yang menjadi pimpinan mereka.
Lelaki yang mereka pukuli itu mengusap darah di sudut bibir dan tersenyum sarkas. "Lo yang ngga punya adab. Lo bersikap kasar sama itu cewek, jelas gue ngga bisa diem."
"Mulut lo kalo ngomong sok pahlawan banget, lihat kan sekarang lo babak belur kayak gini. Lemah lo!" Ia kembali mencibir.
"Setidaknya gue bukan jadi sampah yang ngga punya empati sama perempuan."
Ucapan itu membuatnya terselut emosi. Tangan cowok itu sudah mengepal kuat. "Halah bacot lo!"
BUKK!
"IKUT GUE! LARI!" Usai melayangkan balok kayu ke bahu cowok perundung itu. Irena langsung menginstruksi Si cowok yang hampir dihajar habis-habisan. Ia menarik pergelangan cowok itu dan berlari secepat mungkin. Melihat belakang mereka yang dikejar, membuat Irena 10 kali berpikir bagaimana cara menghindar. Ia membelokkan langkahnya di depan bangunan tua yang rapuh. Lalu bersembunyi di balik tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIGHT
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Irena, Bhima itu cuman cowok brengsek yang kebetulan mampir dalam kehidupannya. Karena memang mereka dipertemukan sebagai teman sekelas. Irena selalu menghindar dengan sikap Bhima yang sok manis. Bukan karena ia sombong, tapi ia ha...