▪️▪️▪️
"Sampai sini aja, Bhim."
Bhima menghentikan langkahnya dan menatap gadis di sampingnya itu. Setelah dari pasar malam, mereka berdua memutuskan untuk naik bus yang kebetulan lewat, setelah berhenti di halte dekat perumahan Cempaka, Bhima menemani Irena berjalan menuju rumahnya.
"Loh kenapa emang?"
Irena menggaruk kepalanya. "Gue mau ke rumah tetangga gue, rumahnya yang cat hijau itu." Ia menunjukkan jarinya pada rumah yang dimaksud.
Tapi rumah itu terlihat sepi, namun Bhima tak menghiraukan itu. "Gapapa?"
Ia mengangguk. "Lo balik aja, itu gojek lo udah sampai." Karena tak lama kemudian seorang berjaket hijau hitam menghampiri mereka, Bhima segera naik.
"Gue balik dulu."
"Iya, hati-hati." Irena tersenyum dan melambaikan tangannya.
Setelah motor itu menghilang, Irena memastikan kembali apa Bhima benar-benar telah pergi. Ia lalu membuka ponselnya, membuka aplikasi go-jek. Hingga tak lama kemudian, sang pengendara telah sampai.
"Alamat sesuai di aplikasi ya, Neng?"
Gadis itu membenarkan helm-nya. "Iya, Pak. Langsung jalan aja, keburu larut malam."
Motor itu melaju, meninggalkan kompleks perumahan Cempaka. Sekitar lima belas menit berlalu, jalanan masih ramai. Lalu memasuki gang perumahan, ia melihat beberapa orang berjalan di sekitar jalanan gang. Motor itu berhenti di depan rumah sederhana bercat krim.
Irena melihat rumah ini sudah tampak sepi, para pengaji sudah berhamburan pulang. Tinggal beberapa orang yang membereskan tikar dan makanan di teras. Hari ini adalah peringatan satu tahun kepergian Ayah Kak Yin. Irena melirik arloji di pergelangan tangan. Sudah pukul 10 malam, pantas acara yasinan sudah selesai.
Ia melangkahkan kaki ke depan rumah, dan tersenyum tipis karena ia tahu momen ini tidak pantas untuk dia tertawa atau terlihat ceria.
"Irena, ayo masuk." Ibu Kak Yin mempersilahkan gadis itu untuk masuk. Semua tikar yang digunakan untuk mengaji telah digulung. Semua peralatan yang tadi digunakan untuk mengaji telah dibereskan. Kak Yin mengajak Irena masuk ke dalam kamarnya.
"Maaf ya kak kalau aku telat datang kesini." Titahnya.
"Santai aja. Kamu habis dari mana emang?"
Irena diam sejenak. "Habis nyasar ke tempat Bhima, aku tadi di marahin Mama lagi."Kata Irena, terpaksa ia harus berkeluh kesah di depan Kak Yin. "Mama bilang kalau aku itu anak durhaka yang selalu nyusahin orang tua."
Irena tak bisa menyembunyikan air matanya, ia paling benci ketika Mama memarahinya. "Apa aku jahat? Aku sama sekali ngga ada niatan buruk, aku cuman ingin menggapai mimpiku dengan kuliah di Jogja. Ini udah mendekati ujian nasional dan SBMPTN. Aku cuman pengen dapat dukungan, bukan malah tekanan."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIGHT
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Irena, Bhima itu cuman cowok brengsek yang kebetulan mampir dalam kehidupannya. Karena memang mereka dipertemukan sebagai teman sekelas. Irena selalu menghindar dengan sikap Bhima yang sok manis. Bukan karena ia sombong, tapi ia ha...