Kain Gorden yang menutupi jendela sengaja ia biarkan sedikit terbuka karena ia ingin melihat langit malam. Meskipun ia tahu bintang jarang terlihat di kota ini. Gadis itu berbaring dengan miring ke kanan, ia merenung sembari memandangi langit melalui celah jendela. Memiringkan ke kiri, ia melihat Nenek yang tertidur pulas.
Dia belum bisa tidur, padahal tadi ia sengaja berbaring lebih awal supaya ia bisa tertidur lebih awal karena besok pagi sekali ia harus pulang ke Bandung.
"Kenapa gue ngga bisa tidur ya." Gadis itu bermonolog. Ia menggulingkan badannya ke kanan dan kiri. Menarik dan menurunkan selimut. Ia memandangi langit-langit kamar, mata coklat itu menerawang jauh. Irena tersadar, ia tidak bisa tertidur karena ada sesuatu yang mengganjal. Setelah ia berdoa dan menulis catatan kecil di sticky note-nya. Irena bangun dari balik selimut, ia menyadari bahwa dirinya menyukai Bhima. Ia kembali memikirkan cowok itu.
Bhima itu seperti bintang, tanpa sadar hal yang dia perbuat memberikan cahaya bagi banyak orang. Irena menyukai Bhima, entah karena apa. Bhima bukan ketua OSIS yang terkenal di seluruh penjuru sekolah. Bhima juga bukan panglima di gerombolan tawuran. Tetapi Bhima adalah cowok yang dia temui 3 tahun lalu. Bhima tidak mengubah sifat Irena, tetapi berdekatan dengan Bhima secara tidak langsung membuat Irena menyadari kekurangannya dan mengubah dirinya untuk lebih baik.
Notebook berwarna hijau yang selalui ia bawa kemana-mana, ia mengambil benda itu lalu duduk di kursi dekat jendela. Gadis itu hanya menyalakan lampu tidur yang membuat cahaya kamar ini remang-remang. Lembaran pertama buku itu telah dibukanya, sebuah buku yang segaja ia beli 3 tahun yang lalu ketika baru masuk SMA, tujuaan awalnya untuk mencatat hal-hal penting ketika MPLS(Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah). Tetapi setelah ia buka, ternyata malah berisi catatan harian ketika awal masuk SMA.
Ia menceritakan bagaimana hari pertama MPLS, hari itu cuaca sangat panas mereka berbaris di lapangan lalu setelah azan berkumandang adalah waktunya untuk ishoma. Semua peserta berhamburan ke masjid untuk salat. Irena memilih duduk sendirian di pinggir lapangan sambil mengipasi wajahnya. Lalu untuk pertama kalinya ia berjumpa dengan Bhima.
"Kenapa ngga salat? Lagi haid ya?" Gadis itu gelagapan, Irena sedang tidak haid tetapi jika dia jujur, ketahuan dong kalau selama ini Irena selalu bolong-bolong ketika salat 5 waktu bahkan di bulan tertentu dia jarang sekali beribadah.
"Gue..." Ia gelagapan, ia merasa menjadi manusia paling berdosa ketika berbohong sedang haid demi menghindari salat yang notabenya ibadah wajib dalam agamanya.
"Ngga bawa mukena kan?" Bhima menebak.
"Hah?"
"Nih udah gue ambilin buat lo."
"Apa?"
"Iya, dari tadi gue lihat lo diam aja di sini. Lo pasti males ngantri mukena di masjid kan? Makanya tadi gue ngambil ini buat lo." Bhima menyerahkan mukena itu pada Irena.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIGHT
Teen Fiction[COMPLETED] Bagi Irena, Bhima itu cuman cowok brengsek yang kebetulan mampir dalam kehidupannya. Karena memang mereka dipertemukan sebagai teman sekelas. Irena selalu menghindar dengan sikap Bhima yang sok manis. Bukan karena ia sombong, tapi ia ha...