35th Sebuah Ide

33 2 0
                                    

•••  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• 
 

   Di luar hujan sudah sedikit reda, sayangnya kelas masih gabut karena Sang Guru belum datang. Jangan berekspektasi siswa di kelas ini akan belajar sembari menunggu guru datang. Hanya beberapa siswa yang benar-benar rajin, mereka duduk di meja depan sembari mengerjakan soal di buku Express Erlangga Ujian Nasional SMA, siswa pintar yang lain biasanya ngambis secara diam-diam. Sisanya ada yang pacaran, sibuk sama urusan pribadi, hingga para cewek-cewek yang ngegosip di pojokan.

"Megan, lo kreatif banget ya bisa mendaur ulang karung goni jadi cardigan gitu." Celoteh Adit dengan polos.

"Hah? Lo bilang karung goni." Megan tertawa. "Hahahah! Geblek, muka lo yang kayak karung goni!"

Adit menggelengkan kepala. "Ya emang bener kan itu kain goni."

Megan tidak terima, cardigan rajut oversize berwarna coklat itu bisa-bisanya dikatain kain goni. Ya memang sekilas mirip kain goni dari segi warna dan karena ukurannya yang jumbo. Tapi ya masa', Adit itu tidak tahu outfit yang lagi trend di kalangan para cewek.

"Pinjem sebentar." Adit mengambil cardigan yang diletakkan di meja Megan, cewek itu lantas memekik.

"Eh ngapain lo main ngambil barang gue."

Siapa sangka, Adit memakai cardigan Megan. "Woi Adit! Melar baju gue lo pakai!"

Cowok itu tak memedulikan Megan, ia dengan pede memakai cardigan bergaya cute itu. Adit berjalan ke depan dengan gaya seperti model fashion week. Adit berdiri di depan, ia meletakkan telapak tangannya ke depan bibir lalu memberikan kiss bye kepada seluruh penonton.

"AWWWW!"

"Ihhh Aditt!! Jijik gue!" Pekik mereka bersamaan.

"ASSALAMUALAIKUM, SELAMAT PAGI MURID-MURID!"

"ASTAGFIRULLAHALADZIM!" Adit yang terkaget langsung berlari menuju tempat duduk, bahkan ia hampir jatuh tersandung. Pak Mustofa tak menggubris kekonyolan Adit.

"WA'ALAIKUMUSSALAM PAK."

"Loh Irena, kamu kok pakai seragam olahraga?"

Irena hendak menjawab, namun didahului Bhima. "Tadi dia jatuh Pak, bajunya kotor."

"Yasudah kalau gitu." Pak Must meletakkan bukunya di meja guru. "Baik, hari ini kita ada kuis, kalian ngga lupa kan? Mungkin ini akan jadi kuis terakhir buat kalian sebelum melaksanakan semua ujian."

"Iya pak, ingat kok."

"Hadeuh males banget gue kalau kuis sama Pak Must." Sendy berkeluh.

Sebenarnya, males kuis bukan karena tidak ingin mengerjakan ataupun soalnya yang sulit. Tetapi, Pak Must itu kalau bikin soal aneh banget. Kenapa bisa aneh, jadi dalam soal multiple choice satu soal jawabannya bisa dua, kan itu membingungkan. Contoh sederhananya seperti ini.

INSIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang