Their Past

1.9K 190 62
                                    

haaaiiiii apa kabar kalongers di sini? terima kasih sudah setia terutama buat yg komen. calangheee.

Selang sekian jam pasca mendapat pemandangan di serambi kantor, agaknya api-api masih betah meliuk di dada Seohyun. Bagaimana bisa? Saat menghadap ke ruangan presdir, Seohyun dibuat kaget karena Yoona tadi pagi memberikan surat pengunduran diri. Otomatis dia diminta naik jabatan menggantikan Yoona di posisi direktur. Bukan senang mendengar kabar naik jabatan. Sebaliknya, api kecil justru membesar ibarat disiram minyak.

Karena tak sabar mendengar alasan di balik pengunduran diri, Seohyun pergi ke ruangan Yoona. Naas, tampaknya hari tengah memusuhi Seohyun karena ternyata Irene berada di sana. Kedua wanita berhaha-hihi seperti membentuk dunia mereka sendiri.

"Ah, lebih baik aku pergi. Sampai ketemu di lain waktu, Yoong!" pamit Irene bangkit dan mengaitkan tas ke pundak. Tak lupa memberi kecupan di pipi kanan-kiri Yoona dan lagi-lagi tepat di hadapan Seohyun. "Agasshi, sampai jumpa."

"Sampai jumpa!" sahut Seohyun memasang senyum lebar palsu.

Glek!

"Mengapa kau mengundurkan diri?"

"Ohh, presdir Lee sudah memberitahumu. Jadi seperti yang kita tahu bila ada pernikahan sesama pegawai, maka salah satu harus mengundurkan diri. Tapi tidak usah khawatir karena acc masih lama. Beberapa bulan lagi. Selama itu aku sudah mengambil pekerjaan paruh waktu."

"Mengapa kau tidak membicarakan padaku dulu? Apa pendapatku tidak penting?"

"Ya, maaf. Memang seharusnya kita bicarakan lebih dulu." Yoona memeluk pinggang Seohyun sebagai permohonan maaf tapi pelukan justru diacuhkan. "Tapi dibicarakan atau tidak, tetap aku yang lebih baik keluar. Sudah ada relasi dan pekerjaan lain menanti. Kau di sini saja karena kantor tidak jauh dari rumah jadi tidak akan kesusahan."

Cuph! Bibir Yoona mengecup kilas kening Seohyun sembari tangan kanan menyelip di antara helai rambut memijat-mijat kepala calon istri. Cukup untuk sedikit meneduhkan hati Seohyun dan melembutkan tatapan dibumbui amarah.

"Tapi lain kali harus dibicarakan dulu sebelum bertindak. Karena itu berarti kau menghargaiku."

"Ne, pasti. Cuph!"

"Yoong," panggil Seohyun mengusap kerah blazer hitam Yoona. "Siapa wanita tadi?"

"Irene adalah temanku dan kami satu sekolah saat SMA. Kebetulan ada urusan di sini sampai beberapa hari ke depan. Mengapa tadi tiba-tiba pergi?"

Yoona sebenarnya tahu kalau Seohyun pasti cemburu, tapi hampir semua orang tidak suka ketika ditodong, 'Cemburu ya?'. Selain itu, tanpa harus bertanya setiap orang seharusnya sudah tahu bila pasangan sedang cemburu atau tidak. Semua terlukis dari mata dan sikap.

"Tidak apa-apa."

"Tak mau memelukku?" goda Yoona mengusap dagu Seohyun sambil tersenyum tengil.

*

"Tidak!"

"Tidak? Jisoo ah, mengapa kau langsung menolak? Rose kan belum tahu."

Rekan Jisoo terheran saat tawaran untuk Rose langsung ditolak mentah-mentah padahal yang bersangkutan belum tahu sama sekali. Sementara di pemotretan pertama Jisoo cukup mendukung walau agak ragu karena pakaian kala itu terbuka. Rekan itu berpikir apa mungkin setelah pemotretan lalu mereka jadi cekcok? Rose bisa jadi kurang nyaman tapi enggan menolak berujung kesal karena Jisoo tak memahami kondisi?

"Pokoknya tidak. Lisa atau Jihyo saja. Lagi pula, pihak management tidak mengharuskan melainkan sekadar menawar."

"Aneh sekali."

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang