Andai

1.7K 194 45
                                    

haaaaaalo kalongers yang masih di sini di sisiku di setiap cerita *alah kampret!*

udah masuk pertengahan januari. semangat selalu dan tinggalkan kalimat keluh-kesah prahara di kolom komentar. *bacot!*

*

"Yoong Eomma," panggil Yeri mengayunkan gandengan Yoona sambil menunjuk ke salah satu penjual gulali.

"Yeri mau gulali? Mau warna apa?"

"Warna kuning. Tapi beli yang kecil saja. Kalau besar nanti Eomma marah."

Yoona terperingis mendengar kepolosan putrinya. Ok, Yoona dan Seohyun belum menikah dan sangat baru memulai hubungan. Namun, karena Seohyun sudah memberi restu atas gelar 'eomma', maka cukup wajar jika Yeri dianggap anak sendiri. Well, cepat atau lambat Yeri juga pasti memanggil 'eomma'.

"Yang penting minum air putih banyak. Arraseo? Kalau eomma lihat, bilang saja Yoong Eomma yang membelikan."

"Arrayo."

Yoona menggandeng Yeri membeli gulali warna kuning berbentuk bunga matahari. Setelahnya mereka baru kembali ke kantor tapi memutar jalan lewat belakang agar tidak melewati ruangan Seohyun. Memang kebohongan sudah disiapkan, tapi akan lebih baik jika tidak ketahuan. Itu berarti tidak usah berbohong. Beres.

"Sayang, Eomma keluar sebentar. Nanti teman Eomma sepertinya akan kemari. Tidak usah takut."

"Yeri bukan anak penakut," sahut Yeri melepas sepatu serta kaos kaki dan menatap Yoona sesaat.

"Pintar."

Glek!

Selepas kepergian Yoona, Yeri duduk manis seperti biasa dan tenggelam dalam dunianya bersama kembang gula. Setiap beberapa suap diselingi minum air putih untuk menetralisir tenggorokan. Jika ada noda di mulut maka langsung diusap agar tidak meninggalkan jejak di pakaian. Sambil makan sambil berharap sang ibunda tidak datang. 

Masih pada prinsip yang ditanamkan Yoona. Sedikit melanggar tidak apa. Prinsip yang berlaku untuk semua larangan Seohyun. Makanan, perilaku, kejujuran, semuanya. Ibarat Seohyun adalah sebuah penjara emas, maka Yoona adalah kunci berkarat. Karatan tapi paling tidak ada kebebasan.

Glek!

"Yoo-" Panggilan terpotong karena pemilik ruangan tidak ada. Sebaliknya, si pengunjung agak kaget melihat keberadaan anak kecil. "Ha-hai, heheheheh."

"Annyeonghaseyo,"

"Annyeong," sapa wanita yang adalah Irene sambil tersenyum lebar dan mengangkat alis. Persis orang-orang kebanyakan yang gemas terhadap anak kecil, dia sontak mengusap kepala Yeri. "Siapa namamu? Waahh, sedang makan gulali."

"Yeri."

"Salam kenal. Namaku Irene."

"Irene Ahjumma."

Senyum Irene membeku bercampur kaget ketika disapa 'ahjumma'. "Apa aku setua itu? "

"Bukan nama Korea," oceh Yeri tiba-tiba.

"Ehm? Hehehehe, bukan. Nama hangul ku Bae Joohyun."

"Bae Joohyun?"

Alis Yeri mengernyit mendengar nama yang persis dengan nama ibunda, Seo Joohyun. Tapi karena terlalu sibuk menyantap gulali, dia tak berminat menanyakan kesamaan nama tersebut. Sementara Irene duduk di sanding Yeri sambil terus memperhatikan pipi gemul bergoyang mengikuti deretan gigi dan lidah mengunyah kembang gula.

"Siapa dia? Mengapa ada di sini? Keponakan Yoona kah?" pikir Irene terus menyaksikan bibir kecil Yeri.

Glek!

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang