Hati ke Hati

3.9K 307 57
                                    

heeeiiiyoooooooooo,

yuk, lanjut!

Jisoo bangun cukup pagi karena ingat ada janji jalan-jalan bersama Seohyun. Namun, dia bukan hendak bersiap-siap melainkan berencana membatalkan rencana karena ingin berduaan dengan Rose. Tidak enak pula meninggalkan Rose sendirian apalagi bagian selangkangan wanita itu masih sakit.

"Unnie,"

"Jisoo ah, Unnie baru saja mau menghubungimu. Maafkan Unnie,"

"Maaf?" gumam Jisoo mengerjap heran.

"Ne. Yeri ingin jalan-jalan bersama Yoona. Kau tahu? Yoona malah mengiyakan dan mengajaknya ke Sungai Han. Tidak mungkin juga membiarkan Yeri begitu saja. Eomma pasti  marah kalau aku berleha-leha di rumah sementara orang lain yang mengajak Yeri bersenang-senang."

"Yoona? Direktur yang sering membuatmu kesal?"

"Neee," sahut Seohyun bernada malas seakan tidak ikhlas harus menghabiskan hari libur bersama direktur menyebalkan. Tapi demi menjadi ibu yang baik dia mau tak mau ikut jalan-jalan karena takut Yeri malah menyusahkan. Maklum, anak-anak.

"Sudah, nikmati saja. Jarang-jarang Yeri mau akrab dengan orang lain. Siapa tahu kalian berjodoh. Cinta datang karena terbiasa. Hihihi. Terbiasa berdebat contohnya," tutur Jisoo membalik posisi badan menghadap Rose.

"Enak saja. Sudah ya, Unnie mau menyiapkan sarapan, bekal, dan pakaian ganti. Kau lanjut tidur sana!"

Klik!

Jemari Jisoo berpindah ke wajah Rose antarkan usapan lembut. Terbesit malam pertama mereka yang sama-sama polos dan agak canggung saat awal memulai. Wajar karena malam tadi adalah hal baru bagi dia dan Rose. Di samping itu, mereka adalah 'pemilik utama' satu sama lain. Jisoo mendapatkan kesucian Rose dan Rose adalah orang pertama yang merasakan batang penisnya.

"Mmmpphhhh," geliat Rose terbangun dan menoleh ke sisinya. Jisoo tersenyum kecil sebelum kemudian mengecup pipi lalu menariknya ke pelukan.

Kedua tubuh seusai mandi tadi malam hanya berbalut piyama kimono cukup tipis tanpa pakaian dalam. Alhasil bisa saling merasakan dada kenyal dan puting. Geli. Raut kantuk mereka sontak memerah. Tapi karena wajah Rose menghadap leher Jisoo, maka mereka tak saling menatap hingga mampu mengontrol rasa malu dan kikuk.

"Unnie,"

"Ne?"

"Apa kita akan melakukan seks setiap hari?"

"Mana boleh. Tidak baik bagi tubuh," sahut Jisoo disusul kecupan dan menghirup aroma rambut Rose. Aroma chamomile menyegarkan penciuman menjalar ke dalam tubuh. "Aku juga tak begitu jahat memakaimu setiap saat. Jangan khawatir!"

"Syukurlah! Selangkanganku masih agak perih. Untung juga penis Jisoo unnie tidak terlalu besar atau panjang," batin Rose bisa bernapas lega.

Agaknya Rose merasa langit dan keadaan masih sangat menyayangi dia. Bayangkan jika benar-benar harus menjadi pelacur, tiap saat menjadi bulan-bulanan pria hidung-belang. Bukan tidak mungkin dia akan diminta threesome atau party sex oleh para pria yang bisa mengeluarkan uang berapapun. Menolak? Bisa-bisa dia disiksa kaki-tangan si mucikari agar mau melayani nafsu beringas para bajingan. Dan belum tentu pula bisa keluar aman-aman dari rumah bordil.

*

Yeri berjingkrak senang sambil menggandeng jemari Seohyun dan Yoona. Mereka bertiga bak keluarga kecil yang melakukan piknik. Sepasang istri dan buah hati. Sayangnya, itu hanya dari segi yang terlihat. Karena nyawa Seohyun tidak sepenuhnya ada bersama sang putri dan Yoona. 

Be With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang