Bagi junkyu, pacaran tiga tahun dengan haruto bukanlah hal yang mudah. Apalagi pemuda jepang itu merupakan seorang yang cuek dan sedikit galak.
Setelah mobil berhenti, haruto menatap junkyu sekilas. "Nanti malem disuruh dateng kerumah sama mama, makan malem bareng"
"Kamu jemput kan?"
"Iya, udah sana masuk"
Junkyu merengut, selalu seakan mengusir seperti itu. Sebuah ide muncul dikepalanya.
"Haru"
Saat cowok ganteng itu noleh, junkyu langsung mengecup bibir penuh itu dan keluar dari mobil. Meninggalkan haruto yang melamun seperti orang bodoh.
Junkyu cekikikan, baru kali ini dia nekat nyosor. Biasanya yang cium cium haruto, pastinya dengan kaku.
"Haruto sudah lamar kamu?"
Junkyu menatap horor mama watanabe. "L-lamar ma?"
"Iya! Hah, pasti belum. Bocah gemblung itu cupu sekali"
Junkyu meringis, dalam hati menertawakan pacarnya yang dinistakan oleh ibunya sendiri.
"Mungkin nunggu wisuda ma, tinggal satu semester juga"
"Halah, kelamaan. Kalian udah siap banget ini. Mama juga udah makin tua"
"Haru, nikah yuk"
Mendengar ucapan junkyu membuat jantung haruto seakan jatuh ke lambung.
"Apaan sih kak"
"Mama udah nyuruh kamu kan, nggak usah boong!" Junkyu dengan galak menunjuk hidung mancungnya.
"Y-ya aku mau bilang kok kak, tapi belum aja"
"Cupu"
"Heh, kakak kan tau aku gimana orangnya. Nggak ekspresif kaya kakak"
"Iya-iya"
"Yaudah, nanti aku temuin orangtua kakak deh"
Junkyu menatap haruto berbinar, membuatnya memalingkan wajah.
"Beneran???"
"Iya, gak mau?"
Junkyu melompat ke tubuh haruto, untung ditangkap dengan benar.
"Ya mauuuu"
.
End