Selesai berberes dikamarnya sendiri, junkyu mandi dan makan esbuah sisa dikulkas. Menatapi rumah barunya ini.
"Mamih, junkyu keliling ya"
"Kamu nggak capek sayang?"
"Nonono, papih?"
"Masih di wc sambil konser tuh"
Mereka berdua terbahak lalu junkyu keluar, memakai sendal jepit hijau barunya. Bentuk rumah masih tradisional dan pintu geser buat masuk sendal dilepas biar selalu bersih lantai kayunya.
Melihat sekeliling, sebelah kiri sudah ia sapa tadi. Keluarganya asahi, hanya selisih setahun dari anak lucu itu jadi gampang akrab.
"Sebelah kiri yang punya siapa ya, keknya sepi banget"
Junkyu berjinjit mengintip, apa kosong ya? Rumput dihalamannya juga cukup tinggi-tinggi.
Pintu rumah itu terbuka, sosok pemuda tinggi keluar dari dalam. "Eoh, tetangga baru?"
Junkyu mengangguk antusias, melambaikan tangan.
"Salam kenal, aku haruto"
"Junkyu!"
Pipi gembilnya agak merona, haruto visualnya mematikan sekali. Tinggi tampan, proporsional, matanya tajam.
"Junkyu kesini saja, aku mau berkebun dibelakang"
"Ah-ok"
.
"Darimana sayang? Sore gini baru pulang"
Junkyu meletakkan pot kecil bunga mawar didepan rumah, pemberian haruto. Berlari kecil menghampiri mamihnya.
"Dari rumah sebelah mih, junkyu dikasih bunga~"
"Rumah sebelah? Asahi?"
"Bukan, yang kanan. Tadi anaknya namanya haruto"
"Kyu..."
"Kenapa mih?"
"Kata ibunya asahi, rumah itu udah kosong bertahun-tahun"
"...."
.
End