Yoshinori bergidik melihat suasana jalan dihutan yang menyeramkan walaupun masih sore. Kata haruto cuma 1 km saja melaluinya, tapi rasanya lama sekali. Tak ada kendaraan lain selain mobil mereka.
"Buset, rumah nenek lo jauh pelosok bener"
"Hus, jangan ngomong yang negatif"
"K-kenapa?"
"Namanya juga pedesaan, banyak hal yang asing sama kita. Adat istiadat ataupun mitos masih kental dan diyakini"
"Termasuk tadi?"
"Iyaa, nggak sopan. Nanti ada yang ngintilin lo"
Haruto tertawa melihat yoshinori makin mengkeret. Mereka lega melihat tugu pintu masuk desa sudah terlihat. Haruto agak asing juga sebenarnya, dia kesini terakhir kelas 7 smp, delapan tahun lalu.
"Syukurlah"
Yoshi mengangguk, mereka berhenti dihalaman rumah paling luas didesa tersebut. Kakek nenek haruto orang terpandang.
Membawa ransel masing-masing, mereka akan masuk. Haruto merasakan hawa aneh, ia menoleh ke samping kanan melihat sesosok pemuda dengan jubah berkerudung merah tua, tersenyum manis kepadanya.
Saat suara nenek memanggil, sosok itu pergi menjauh.
"Halo nek, saya yoshinori...teman sekolah haruto"
"Wah, kalian tampan sekalu ya. Lama sekali haruto tidak mengunjungi nenek, dia tidak pernah mau diajak orangtuanya"
Haruto meringis dan menggaruk lehernya.
"Mari masuk, kamar kalian sudah nenek siapkan"
Setelah berbasa-basi dan makan. Haruto mengenakan setelan lebih santai membantu kakeknya memasukkan koleksi burung.
"Kek, tadi disamping rumah ada orang seumuran haruto gitu, pake baju merah. Manis banget kek, tetangga? Kenalin dong, hehe"
Pak tua dengan cincin akik itu mengernyit mendengar perkataan cucunya. "Nggak ada nak, semua pemuda sekolah dan kerja ke kota. Adanya anak-anak, ya nggak tau juga kalau ada yang pulang mungkin"
Haruto tertawa melihat yoshinori kesusahan membantu nenek menangkap ayam. Kakinya malah dipatuk terus.
Bukannya membantu, ia malah asik memakan gorengan yang dibawakan kakeknya. Beliau pamit menjenguk tetangga yang sakit.
Haruto dan yoshinori sudah tiga hari tinggal, mereka merasa baik-baik saja. Mungkin akan semingguan, libur semester juga masih lama.
Kakek berlari tergopoh masuk ke pekarangan.
"Har! Kakek pinjem mobil! Pak sanggyun nggak sadarkan diri sekarang, mau pinjem mobil pak rt, beliau sedang pergi"
"Oke kek" haruto langsung mencari ke dalam dan segera menyerahkan ketika ketemu. Saking paniknya, si kakek menyeret lengan yoshinori untuk ikut, mungkin untuk bantuan tambahan.
"Pak sanggyun udah sakit-sakitan dua minggu ini. Tapi dibawa ke rumah sakit nggak mau, semoga lekas sembuh" kata nenek setelah mobil menjauh, haruto mengaminkan dalam hati.
"Nenek mau mandi ya-" wanita tua itu mengernyit dan mengamati sekitar
"Kenapa nek?"
"Nggak papa, nanti kalau sudah surup kamu masuk ke rumah ya, pintunya tutup juga"
Haruto mengangguk, segera ia memasukkan semua burung seperti biasa.
"Halo? Permisi"
"Eh? Iya?"
Setelah penasaran sejak kemarin, akhirnya haruto melihat orang ini lagi. Tapi tidak mengenakan jubahnya.
"Kamu dari kota?"
Haruto mengangguk, tak bisa menyembunyikan senyumnya.
"Aku kim junkyu"
"Watanabe haruto"
Junkyu makin mendekat, mereka mengobrol ringan dengan selingan kekehan.
"Ehm, udah sore. Aku mau pulang tapi takut"
"Takut?"
"Iya, kemarin malam aku mecahin salah satu vas ayah. Pasti aku dimarahin"
Haruto terbius dengan tatapan junkyu. "Mau aku antar?"
"Nggak papa? Rumahku di rt sebelah"
"Iya, ayo"
Mereka bergandengan seolah sudah dekat. Haruto tak menyadari seringai junkyu, juga lupa dengan wejangan neneknya tadi.
.
End