Happy reading beb
-----'''-----
Sepasang mata Kenzie mengamati pergerakan kecil seorang gadis dalam dekapannya. Ketika dirasa apa yang ditunggu telah datang, ia sedikit menegakkan kepalanya sembari menatap pergerakan kecil di kedua mata gadis di dekapannya yang perlahan terbuka.
Kedua pasang mata itu menatap saling menyelam memperlihatkan keindahan dari masing-masing bola mata mereka. Seakan keduanya tersesat tanpa memikirkan apapun yang berada di sekitarnya.
"Indah dan menyenangkan. Hanya dengan menatap matanya saja membuatku sesenang ini. Mata itu seakan membawa kenyamanan bagiku. Ingin sekali mata itu hanya tertuju padaku. Bagaimana jika seluruh tubuhnya, perhatiannya bahkan hidupnya menjadi milikku? Bukankah aku akan menjadi orang yang sangat bahagia." Batin Kenzie menatap takjub mata Acelin.
"Apakah ada yang sakit?" tanya Kenzie menyadarkan tatapan Acelin yang terlihat bingung dan juga kagum secara bersamaan.
Acelin tidak menjawab, ia menunduk memutuskan tatapannya. Seakan tersadar dari apa yang sebenarnya terjadi, tubuh Acelin perlahan bergetar takut dalam dekapan Kenzie.
"Hikss..hikss.." isakan kecil lolos dari bibir mungil Acelin menyadarkan Kenzie bahwa gadisnya menangis mungkin takut padanya setelah apa yang telah ia lakukan.
Kenzie mengeratkan dekapannya tanpa menyakiti Acelin. Ia memberi kecupan manis bertubi-tubi sembari membisikkan kata maaf.
Acelin yang berada di dekapan Kenzie hanya bisa menangis, mau memberontak pun ketakutan lebih menguasainya. Acelin benci pada dirinya yang hanya bisa menangis ketakutan. Ia sedikit bingung dengan dirinya kenapa ia bisa merasakan ketakutan seperti ini pada King di depannya ini. Acelin itu pemberani namun kenapa sekarang ia serasa menciut di hadapan Kenzie.
Beberapa menit berlalu, akhirnya tangisan Acelin berhenti. Mereka terdiam dengan tubuh keduanya yang saling menghangatkan. Saling meresapi kenyamanan yang datang tanpa mereka sadari.
Kruukkk
"Hahaha!!, apakah kamu lapar hem?" tanya Kenzie mendengar suara perut Acelin. Acelin hanya bisa mengangguk sembari menyembunyikan pipinya yang bersemu merah.
"Dasar perut! Tidak tau tempat sekali kamu ini hiks." batin Acelin malu.
"Ternyata bisa ketawa lepas juga. Kukira hanya bisa ketawa kejam. Tapi, kenapa jadi berdetak cepat gini nih jantung?" Batin Acelin yang masih menyembunyikan wajahnya.
"Hahahaha, baiklah ayo kita turun" ajak Kenzie yang langsung menggendong Acelin seperti koala.
"Tung..gu!"
"Ada apa? Apakah ada yang sakit?" tanya Kenzie sembari melihat Acelin yang menyembunyikan kepalanya di pundak Kenzie.
"Ma..lu, aku bisa berjalan sendiri. Turunkan aku." ucap Acelin sembari mengangkat kepalanya dan menatap mata Kenzie.
"Lebih baik kamu menurut lah atau perlu ku patahkan kakimu juga Hem." ucap Kenzie sedikit ingin bermain dengan gadisnya itu. Tapi bagaimana itu bisa disebut bermain jika ekspresi wajah yang dikeluarkan Kenzie sangatlah datar.
Acelin yang mendengar jawaban Kenzie langsung menyembunyikan kepalanya di pundak Kenzie sembari mengeratkan tangan kirinya memeluk leher Kenzie.
Kenzie melesat sembari menggendong Acelin. Sampai di ruang makan para maid sudah menyambutnya.
"Makan malam telah siap King." ucap kepala maid sambil menunduk.
"Pergilah!" suruh Kenzie.
Setelah para maid meninggalkan ruang makan, Kenzie meletakkan Acelin di tempat duduknya sedangkan ia mengambil kursi mendekat ke Acelin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acelin (Hiatus)
Werewolf"kamu milikku Acelin, tak peduli seberapa cerdik kamu menghindari ku kamu tetap milikku. Hanya aku yang berhak menyakitimu dan hanya aku yang berhak menentukan kapan kamu pergi untuk selamanya." Kenzie Alvaro Xander "Siapa Anda berani mengatur saya...