Acelin mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum manik mata indahnya terlihat. Ia menatap sekelilingnya sembari berusaha mendudukkan dirinya agar bersandar di kepala ranjang. Baru saja tangannya hendak memijit pelipisnya suara dingin seseorang membuatnya membatalkan niatnya.
"Sudah sadar?" tanya suara dingin dari arah jendela besar samping kamarnya menampilkan siluet seorang pria yang membelakangi cahaya dengan jubah tidur yang menjuntai indah sampai mata kakinya.
Perlahan pria tersebut yang tidak lain Kenzie mendekat ke arah Acelin dengan aura pemimpin yang ia keluarkan. Acelin memijit pelipisnya sembari berusaha memfokuskan pandangannya terhadap Kenzie saat dirasa pusing di kepalanya kembali melanda.
"Kenz- arghhh hiks..." baru saja ingin berucap Acelin meringis sembari memegangi surainya yang tiba-tiba ditarik oleh Kenzie. Ia tidak tahu mengapa Kenzie bertingkah seperti awal mereka bertemu. Sakit di kepalanya menjadi-jadi saat tarikan di surainya semakin kencang.
"Sudah sadar hmm" Kenzie berucap tanpa melepaskan tarikannya pada Surai Acelin hingga kepala Acelin mendongak ke atas seakan menyuruhnya untuk menatap si empu yang berdiri di samping ranjangnya.
"Hikss...sa..kit!" Kepala Acelin tertoleh ke samping saat Kenzie melepaskan tarikannya dengan kasar. Acelin bahkan tanpa sadar mencengkram lengan Kenzie erat menyalurkan rasa sakitnya.
"MAU MATI?" tanya Kenzie dengan cepat mencengkram rahang Acelin tanpa bisa Acelin hindari. Bola mata Kenzie yang semula hitam pekat berkilat merah darah dengan tatapan tajam ke arah Acelin yang meringis merasakan rahangnya seperti akan hancur. Baru saja sakit di kepalanya berangsur membaik kini rahangnya menjadi sasaran.
"Hiks..."
"JAWAB!" bentak Kenzie yang hanya bisa membuat Acelin menangis sembari berusaha melepaskan cengkraman Kenzie. Kenzie yang tidak mendengar jawaban dari Acelin semakin murka. Ia dengan cepat menyibak selimut yang menutupi tubuh Acelin setelahnya menarik kasar pergelangan mungil tangan Acelin agar mengikutinya.
Acelin berjalan terseok-seok mengikuti langkah besar Kenzie yang membawanya ke arah kamar mandi.
"Pelan hiks.." lirih Acelin sembari memegangi kepalanya dengan tangan kirinya saat merasakan denyutan menyakitkan di kepalanya. Kenzie tak mengindahkan hal itu, ia dengan kasarnya mendorong tubuh mungil Acelin agar berjongkok di tepi bathub.
Belum juga Acelin sempat melihat Kenzie, kepalanya telah dengan cepat masuk ke dalam bathub yang terisi penuh dengan air dengan tangan besar Kenzie yang menahan kepalanya agar tetap di dalam air. Entahlah sejak kapan bathub tersebut penuh air.
"Uhuk..uhuk Ken........." Lagi, Kenzie memasukkan kepala Acelin kembali ke dalam air dan berulang-ulang hingga tanpa sadar dengan perlahan tubuh Acelin melemah. Tangan Acelin yang semula berpegang pada pinggir bathub dengan perlahan meluruh, kepala Acelin yang tadi memberontak perlahan berhenti membuat Kenzie tersadar dan langsung saja menarik tubuh mungil Acelin yang telah melemah ke dalam dekapan hangatnya.
"Leo... Wanitaku kenapa?" Kenzie mendekap tubuh lemas Acelin sembari sesekali menepuk-nepuk pipi Acelin berharap sang empu membuka mata indahnya. Tetapi nihil tidak ada pergerakan sama sekali. Membuatnya tanpa sadar merasakan penyesalan yang sangat mendalam.
"Auuuuuuu" Leo melolong penuh penyesalan di dalam kepala Kenzie. Serigala besar itu meruntuki dirinya yang termakan akan amarah serta ketakutan yang besar akan Acelin hingga tanpa sadar melukai Acelin yang telah ia janjikan akan melindungi dari bahaya di dunia ini.
"Acelin bangun! Hei sayang bangun!" Kenzie yang tidak juga mendapat jawaban dari Acelin pun dengan cepat mengendong Acelin dan melesat cepat keluar dari kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acelin (Hiatus)
Werewolf"kamu milikku Acelin, tak peduli seberapa cerdik kamu menghindari ku kamu tetap milikku. Hanya aku yang berhak menyakitimu dan hanya aku yang berhak menentukan kapan kamu pergi untuk selamanya." Kenzie Alvaro Xander "Siapa Anda berani mengatur saya...