Teman lama

5.2K 342 7
                                    

Happy reading buat kalian

Please jangan lupa vote
😭
Biar seneng gua🙂

Dah lah

☁️☁️☁️☁️☁️
☁️☁️☁️☁️
☁️☁️☁️
☁️☁️
☁️
🕊️

Kenzie POV

Saat ini aku sedang menenangkan emosiku. Sungguh aku tidak ingin meninggalkannya seperti tadi. Tapi aku lebih tidak ingin menyakitinya.

Apa sebenarnya mimpi yang ia dapat? Hingga ia terbangun tengah malam begini.
Dan mengapa ia bisa dengan mudah ingin meninggalkanku?
Apakah setidak berharganya diriku?

Arghh...

Ku lempar gelas kaca yang sedari tadi ku genggam. Memikirkan Acelin yang tidak menganggap ku sangat membuat ku emosi.

Aku merenungkan segala sesuatu yang dapat membuat Acelin tetap berada di samping ku. Hingga tanpa sadar hari menjelang pagi. Ku putuskan untuk kembali ke kamar.

Setibanya di kamar, aku melihat gadisku sedang terlelap di atas ranjang dengan jejak air mata yang kentara di pipinya. Ia meringkuk seperti bayi. Sungguh imutnya!

Aku melepas jubah yang menggantung di bahuku. Menyusul Acelin yang masih terlelap membelakangi tempatku. Ku lingkaran tanganku di perutnya. Dan menariknya mendekat ke arahku. Ia hanya bergumam dan kembali terlelap. Aku menyeruak masuk ke sela-sela leher jenjangnya. Menghirup aroma manis Acelin yang sudah menjadi candu ku. Dan ikut menjemput mimpiku.

Kenzie POV end

Tidak berselang lama, saat Kenzie menjemput mimpinya. Acelin terusik karena dekapan Kenzie yang terlalu erat di perutnya serta nafas hangat Kenzie yang berada di tengkuknya.

Eugh

Acelin perlahan membuka matanya, melihat ke arah tangan yang melingkar posesif di perutnya.

"Sejak kapan ia berada di sini?" Tanya batin Acelin sembari membalikkan perlahan tubuhnya hingga berhadapan langsung dengan Kenzie. Perlahan tangan Acelin terulur mengusap wajah Kenzie. Mulai dari Alis tebalnya menelusuri hidung mancung Kenzie hingga tepat berada di bibir Kenzie dan turun ke dagu Kenzie.

"Lihatlah betapa beruntungnya ia mendapat wajah yang sangat sempurna itu." Acelin tersenyum tipis menjauhkan tangannya. Belum juga menjauh, tangannya telah digenggam Kenzie. Acelin tersentak melihat kedua mata Kenzie terbuka menatap tajam dirinya.

Kenzie memutuskan tatapannya terlebih dahulu serta membawa tangannya yang sedari tadi menggenggam tangan Acelin ke bawah pipinya sebagai bantal. Nafas teratur Kenzie membuat Acelin menghela nafas lega. Acelin tidak berani menganggu tidur Kenzie. Ia membiarkan tangannya sembari mengamati wajah Kenzie. Hingga tanpa sadar ia kembali terlelap.

Tidak berselang lama Acelin terlelap. Ia merasakan ada seseorang yang bermain-main dengan jemarinya. Acelin membuka matanya perlahan dan mendapati Kenzie yang tengah asik bermain dengan jemari lentiknya dan duduk bersandar di kepala ranjang.

"Susah bangun." Basa-basi Kenzie menghentikan kegiatannya. Acelin hanya bergumam, ia mendudukkan dirinya sembari menundukkan kepalanya. Kenzie mengambil jubahnya dan memakainya.

"Bersiaplah dan turunlah untuk sarapan aku akan menunggumu di bawah." Ucap Kenzie melepaskan genggamannya dan mengusap kepala Acelin dan berlalu hingga ia harus menghentikan langkahnya saat merasakan ada sesuatu yang menahan jubahnya.

Acelin (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang