Beberapa hari telah berlalu setelah kejadian Acelin yang ditandai oleh Kenzie. Mereka melalui hari-hari seperti biasa. Kenzie seringkali meninggalkan Acelin karena kesibukannya dengan urusan pack yang beberapa hari ditinggalnya untuk berduaan dengan Acelin. Acelin pun menjadi sering berinteraksi dengan Ara selagi Kenzie dan Leo sibuk. Entah itu berganti shift, maupun saling menggoda satu sama lain.
Berbeda dengan hari ini Acelin terlihat sangat bosan karena Kenzie telah pergi selama dua hari untuk meninjau sisi tenggara pack yang terkena serangan rogue. Acelin menyesal menolak tawaran Kenzie untuk ikut dengannya karena masih kesal dengan sikap Kenzie yang protektif terhadapnya.
"Andaikan kemaren aku ikut Kenzie." Ucap Acelin dalam lamunanya.
"Makanannya jangan sok-sok an marah. Nyesel kan." Mindlink Ara membuat Acelin bertambah kesal.
"Siapa dulu yang mencium bibir ku telat dihadapan banyak warrior kan aku malu Ara." Ucap Acelin sembari menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya.
"Kamu juga suka, buktinya aku merasakan wajahmu merah."
"Heiii, ini..cuma....panas ya panas cuaca hari ini panas." Kilah Acelin sembari tanpa sadar menunjuk ke luar jendela yang menampilkan awan mendung yang seketika membuat Acelin ingin menenggelamkan hidup-hidup dirinya sekarang juga.
"Ya benar awan mendung seperti itu kau bilang panas. Astaga Acelin kau bodoh juga ya." Ejek Ara yang membuat Acelin seketika mematikan mindlinknya dan menenggelamkan wajahnya di bantalnya.
"Oh iya apa kabar ya Yoanka? Apa ia juga sudah ditandai atau mungkin sudah merasakan penyatuan? Sudahlah untung saja Kenzie hanya menandaiku." Ucap Acelin sembari mengangkat wajahnya.
Acelin memutuskan untuk berkeliling keluar kamar. Beberapa saat setelah ia berkeliling ia mendapati sebuah ruangan yang belum pernah ia masuki. Ruangan itu seperti tidak ada yang pernah memasukinya bahkan omega pun tidak pernah membersihkan. Alhasil karena Acelin sangat penasaran ia perlahan mendekat ke arah ruangan tersebut. Tepat saat berada di depan pintu ia bingung bagaimana caranya membuka ruangan tersebut karena terlihat tidak ada kunci bahkan knop pintu sekalipun. Hingga tiba-tiba ia teringat tentang ucapan Kenzie yang mengatakan bahwa milik Kenzie adalah miliknya, otomatis semua hal yang berkaitan erat dengan Kenzie juga berkaitan erat dengannya.
Acelin perlahan mengulurkan tangannya, menyentuh pintu ruangan tersebut. Hingga nampak lah cahaya hitam yang menyerap dirinya hingga ia menutup matanya takut. Sudah beberapa saat ia tidak merasakan apa-apa akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka mata.
Hal pertama yang dilihat Acelin adalah ruangan yang menyeramkan dengan beberapa senjata serta barang-barang yang terlihat berharga berada di sana. Ia juga melihat di sana terdapat singgasana dan juga banyak sekali foto-foto pasangan mate yang ditafsir adalah seorang yang berkuasa. Mata Acelin terus saja menelisik hingga ia terpaku terhadap satu foto yang di dalamnya terdapat sepasang mate serta seorang anak perempuan. Ia kenal betul dengan pasangan mate tersebut yang tidak lain adalah ibu dan ayahnya, Pasangan yang ia temui dalam mimpinya.
Di foto tersebut terdapat tulisan yang ia yakini adalah tulisan tangan Kenzie. Ia mulai membaca tulisan tersebut hingga tanpa sadar ia membelakkan mata tidak percaya, bahkan tubuhnya lirih seketika. Acelin menangis sembari menurunkan bingkai foto tersebut yang kini ia peluk erat. Ia masih tidak percaya dengan kenyataan yang ia ketahui.
"Kalian pantas mati karena melahirkan seorang putri yang membuatku menjadikannya kelemahan ku. Kalian pantas mati karena menjauhkannya dari diriku."
Tulisan tersebut yang tertera di sana. Tulisan yang sarat akan amarah serta keinginan yang dalam untuk membunuh. Acelin membekap mulutnya sesaat pikirannya berasumsi bahwa Kenzie lah yang membunuh kedua orangtuanya. Kenzie lah yang membuatnya hidup tanpa tahu siapa orang tuanya serta Kenzie lah yang membuatnya tanpa tahu apa-apa tentang dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acelin (Hiatus)
Manusia Serigala"kamu milikku Acelin, tak peduli seberapa cerdik kamu menghindari ku kamu tetap milikku. Hanya aku yang berhak menyakitimu dan hanya aku yang berhak menentukan kapan kamu pergi untuk selamanya." Kenzie Alvaro Xander "Siapa Anda berani mengatur saya...