Happy reading guys 🌫️
-----'''-----
Brakk
Kenzie mendobrak kamar Acelin dan dirinya. Dipojok ranjangnya, Kenzie melihat gadisnya yang menunduk, menyembunyikan kepalanya disela-sela lututnya yang ditekuk.
Kenzie perlahan mendekat, mengabaikan tubuh Acelin yang semakin menegang. Sampai di samping Acelin, Kenzie ikut duduk di tepi kasur tepat di depan Acelin yang masih menyembunyikan wajahnya.
Kenzie menatap tubuh mungil di depannya. Tatapan Kenzie beralih ke tangan kanan Acelin.
"Apakah aku terlalu kejam Le?" mindlink Kenzie menatap dalam tubuh mungil di hadapannya.
"Ck kamu masih bertanya." jawab mindlink Leo.
Kenzie perlahan mendekat menarik tubuh mungil Acelin ke dalam dekapan hangatnya. Mengabaikan dorongan lemah Acelin pada dadanya. Ia mengeratkan dekapannya sembari mengusap surai lembut Acelin. Menumpukan dagunya di pucuk kepala Acelin.
Tidak ada percakapan apapun, hanya keheningan yang menyaksikan kedua sosok itu. Isakan dari Acelin yang perlahan mulai hilang digantikan tarikan nafas teratur dari Acelin.
Kenzie yang mendapati Acelin tertidur segera membenarkan posisi tidur Acelin dan ikut terlelap dengan mendekap Acelin.
....
Acelin POV
Hangat sekali pagi ini. Ku eratkan kembali pelukanku tanpa membuka mataku. Tapi tunggu, sepertinya ada sesuatu yang menimpa perutku.
Ku buka perlahan mataku, mendapati dada bidang tepat di hadapanku. Hah... Apakah aku tidak salah liat. Ku coba mendongak. Sepertinya memang benar mataku bermasalah.
Pagi ini aku mendapati sepasang tangan memelukku, dada bidang tepat di hadapanku dan sekarang aku tertidur dengan seorang laki-laki. Sungguh pagi yang membingungkan.
"Apakah kamu pelupa?" sebuah suara terdengar tepat di samping telingaku ketika aku masih sibuk dengan otakku yang menyelesaikan segala puzzle yang berlarian di kepalaku.
"Sepertinya aku sudah mengingatnya." balasku dengan suara pelan sembari mencoba menekan rasa takutku yang tiba-tiba muncul setelah mendengar suaranya.
"Tidurlah!" suruh suara itu lagi.
" Aku benar-benar takut untuk bicara sekarang." batinku membiarkan sepasang tangan mendekap ku lebih dekat pada pemiliknya. Kurasakan kecupan di pucuk kepalaku. Yang saat ini berani kulakukan adalam mengeratkan genggamanku pada jubahnya.
Ku tatap kedua tanganku yang menggenggam jubahnya. Tunggu! bukankah tangan kananku patah? mengapa sekarang terlihat baik-baik saja? Sungguh aku baru menyadari hal ini pantas saja tidurku nyenyak.
"Tentang tanganmu aku yang menyembuhkannya." ucap suara itu lagi. Apakah orang ini juga penyihir yang bisa mengetahui apa yang seseorang pikirkan.
Beberapa menit berlalu. Masih saja hening kamar ini. Tidak tahukah orang ini jikaulau aku ingin segera pergi. Apakah ia juga tidak berkeinginan bangun dan melakukan aktifitas?
"Apakah kamu tidak ingin tidur lagi?" tanyanya lagi melonggarkan dekapannya menarik daguku agar ia bisa leluasa menatap mataku.
Aku benar-benar malas untuk bicara saat ini. Apalagi dengan orang sombong di depanku ini. Sepertinya jiwa takutku melebur begitu saja saat ini digantikan sifat acuhku.
Dengan keberanian yang telah lama hilang. Ku pindahkan pelan-pelan tangannya dari daguku sehingga aku menunduk kembali.
"Huftt"
Helaan nafasnya terdengar. Membuatku sedikit takut tapi lebih besar rasa malasku. Sepertinya ia sedang berpikir saat ini atau mungkin berbicara dengan serigalanya.
"Apa yang kamu inginkan sekarang hemm? Aku akan mengabulkan semua permintaanmu." ucapnya sembari mengusap suraiku dan merapikannya.
"Benarkah?" tanyaku sembari membalas menatapnya dengan mata berbinar. Dibalas anggukan darinya, kesempatan bagus bukan.
"Aku ingin pu..."
"Kecuali pergi dariku." tambahnya memotong ucapku sembari tersenyum. Mataku yang sebelumnya berbinar menjadi lesu seketika.
"Huh.. baiklah aku hanya ingin keluar dari kamar ini dan melakukan aktifitas yang ku mau tanpa kamu larang, apakah bisa?" jawabku dan bertanya.
"Baiklah. Tapi harus dengan maid kepercayaanku."
"Tap..pi"
"Terserah kamu, jika kamu tak mau tak apa tapi kamu tidak boleh keluar." jelasnya.
Arghhhh apa-apaan ini. Hanya ingin sendiri saja tidak bisa.
"Ya aku mau." jawabku pasrah.
"Maid itu baru besok akan tiba, jadi kamu tidak boleh kemanapun saat ini, dan jangan sesekali membantahku mengerti?" Tanya Kenzie kepada gadis di pelukannya itu. Acelin hanya mengangguk tak ingin membantah.
"Emm bisakah kamu menyingkirkan tanganmu, aku mau mandi." Ucapku.
"Apakah kamu berniat mengajakku?" Tanyanya dengan mengerlingkan matanya menggoda.
"Nggak" Jawabku yang langsung menyingkirkan tangannya dan pergi ke kamar mandi. Meninggalkannya yang masih tertawa.
"Huh.. kemana sifat kejamnya itu." Gerutu ku sembari menulikan pendengaranku dari tawanya itu.
Acelin POV end
"Hahahaha" tawa Kenzie yang belum berhenti ketika berhasil menggoda gadisnya.
"Bisa tertawa juga heh" mindlink Leo menyindir Kenzie yang sangat jarang tertawa bahkan tidak pernah tertawa selain dengan orang tuanya dulu.
"Aku heran mengapa kamu tidak ingin menyerangnya ketika ia sangat mengemaskan tadi. Jika aku jadi kamu sudah aku serang tadi." Mindlink Leo.
"Jika aku tak menahannya tadi mungkin aku sudah membuatnya tambah benci pada kita Le." Jelas Kenzie.
"Wow sungguh hebat sekali kamu Ken." Kagum Leo.
"Yah, andai saja ia tak takut padaku mungkin aku sudah melakukannya." Tambah Kenzie sedikit sombong.
"Ya ya ya terserah kamu Ken. Apakah kamu tidak berniat mendobrak pintu
Kamar mandi Ken?" Tanya Leo melalui mindlink."Ck kamu sungguh mesum Le, lebih baik kita pergi dari sini." Balas Kenzie sembari berlalu keluar kamar.
"Bilang saja kamu juga berniat Ken." Balas mindlink Leo. Kenzie tidak menjawab melanjutkan langkahnya.
"Jack siapkan rapat sekarang." Mindlink Kenzie pada Jack.
"Huh kamu tak seru Ken." Mindlink Leo memanas-manasi Kenzie.
"Kamu masih harus bersabar Le." Balas Kenzie.
" Hmm" mindlink lesu Leo.
🐾🐾🐾
Gimana, bagaimana
Qiqi
Dahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Acelin (Hiatus)
Werewolf"kamu milikku Acelin, tak peduli seberapa cerdik kamu menghindari ku kamu tetap milikku. Hanya aku yang berhak menyakitimu dan hanya aku yang berhak menentukan kapan kamu pergi untuk selamanya." Kenzie Alvaro Xander "Siapa Anda berani mengatur saya...