Part 12 Tekad

504 36 3
                                    

" Hanya butuh satu keyakinan, satu doa untuk satu nama, maka biarkan menjadi urusan tuhan mu kemudian."

- Naa -

Happy Reading 😍

.
.
.

Dua minggu berlalu, Lollyta sudah bisa pulang dari rumah sakit sejak dua minggu yang lalu. Seminggu mengikuti ujian akhir semester tiga dengan kursi roda. Mau tidak mau dia kuatkan untuk bisa ikut ujian. Akhirnya libur telah tiba. Para mahasiswa termasuk Senja berbahagia. Setelah shock dan menangis karena merasa bersalah atas ketidaktahuan bahwa sahabatnya kecelakaan karena Ameera anaknya yang juga sakit.

Hari ini Lollyta akan pulang, dan memutuskan mengikuti terapi lanjutan di RS yang ada di kota tempat tinggalnya saja. Sekaligus melakukan penelitian di sana untuk menyusun thesisnya. Meski dalam kondisi masih belum pulih benar. Tapi Lyta berharap bisa menyelesaikan pelan - pelan.

Mendapat surat rujukan dari dokter agar bisa melakukan pengechekan berkala tentang kondisinya dan juga bisa fisioterapi lanjutkan di RSUD yang ada di kota tempat tinggalnya, agar bisa banyak berkumpul dengan keluarganya. Rasanya bahagia sekali setelah menempuh 4 jam lebih perjalanan akhirnya selamat datang di kamar tercinta. Rasanya kangen sekali dengan kamar yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup nya dari kecil hingga sekarang.

No Place Like Home. Sometimes home will be like apartemen, like hotel, like penthouse. Home is everything. Gak peduli sederhana apapun tempat nya, rumah akan selalu terasa hangat, dijamin cuma perantau yang bisa tahu pasti rasanya.

" Selamat datang di rumah Nak, gimana kondisi Kamu? Apa ada yang terasa sakit setelah perjalanan jauh Nak. Mau ibu pijit punggungnya?" Tanya Rusmiati sang ibu

" Ndak usah bu, Lyta baik - baik saja."

" Nih mbak buatkan kamu susu coklat hangat, biar capeknya hilang."

" Makasih lho mbak Lisa baik banget sih."
Lyta menatap susu coklat dengan binar bahagia. Sang kakak memang selalu bisa tahu keinginan sang adik

" Hayo bu, biarkan Lyta tidur dulu, kita keluar dulu bu." Rusmiati hanya tersenyum dan mengikuti Lisa keluar ruangan.

" Kalau perlu bantuan, panggil ibu atau kakak mu yah." Rusmiati kembali mengingatkan sang anak.

" Iya bu. Makasih yah bu,"

Ibu. Selalu masih sama. Biar anaknya sudah bukan anak kecil lagi, tapi bagi sang Ibu akan tetap terlihat kecil. Kasih sayang tidak pernah berubah. Selalu adil dan banyak yang dipikirkan, semua soal kebahagiaan anaknya.

" Gimana kesehatanmu Nak?" sang Ayah pun tiba di kamar Lyta

" Alhamdulillah Baik kok pak. Sudah bisa jalan tanpa bantuan tongkat, tapi masih harus pelan. Dan sedikit pincang pak."

" Ndak apa-apa nanti juga biasa bisa jalan lagi dengan benar seperti sedia kala. Dulu Pak de mu juga pernah begitu, tapi lihat sekarang baik - baik saja. Yang penting kamu tetap rajin terapi biar cepat sembuh."
Dan hanya di balas anggukan kepala oleh Lyta

" Soal nak Rian atau Nak Dipta, kamu jangan terlalu dipikirkan. Bapak trauma sama kasus kakak kamu itu, jadi bapak nggak mau kamu terburu - buru menikah hanya karena terdesak sama keinginan bapak dan ibu. Bapak serahkan sama kamu dan takdir Allah."

" Iya pak, Lyta mau fokus sama kesembuhan Lyta dulu."

" Bapak sama ibu cuma bisa membantu mendoakan, semoga kedua anak kami, kamu dan kakak kamu bisa bahagia dunia dan akhirat, Selamat dan sehat. Itu saja. Soal jodoh, mati dan rezeki bukan urusan manusia nak, biar jadi urusan Allah saja."

Lollyta ( Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang