His Scent - 1

10.8K 1.1K 135
                                    

"Wang YiBo?"

"Mn."

"Jam berapa kamu pulang?"

"Malam."

"Oh.. mm.. sekitaran jam berapa?"

"Jangan tunggu aku."

"....Tapi aku mau mengajakmu makan malam."

'Blam!'

"Sejak kapan kau berpikir mengajakku makan malam? 4 tahun kita menikah dan baru kali ini kau mengajakku."

Lelaki itu merapikan dasi yang baru ia kenakan, dengan telaten ia mengeratkan dan memposisikan dasi itu supaya berada di posisi yang cocok, penampilannya saat ini begitu rapi dengan coat sepaha berwarna hitam yang dipadukan dengan kemeja berwarna abu-abu gelap dan dasi hitamnya. Sukses membuat siapapun yang melihat meneguk lidah sebentar sebelum mengedipkan mata lagi.

Surai hitam yang diwarnai dengan coklat tua membuat wajahnya terlihat memancarkan cahaya yang dingin tetapi begitu mempesona. Tapi ekspresi wajahnya yang dingin dan selalu datar membuat banyak orang yang segan untuk sekedar berbasa-basi dengannya. Tapi tak sedikir orang yang mau mengejar pria ini dalam segi bisnis maupun non-bisnis.

Pundak tegapnya yang mewakili marga Wang di darahnya dan juga pundak lebar itu memikul beban sebagai CEO YB Group yang bergerak di bagian konstruksi, arsitektur, dan pembangunan eksterior-interior bangunan-bangunan mewah nan menjulang tinggi di berbagai kota besar, di dalam Eropa maupun diluar Eropa.

Dirinya terlalu sempurna. Dimulai dari fisik, kepintaran, keuangan, posisi, kekuatan, lelaki ini sungguh tak punya celah.

Tapi manusia itu pasti ada celah karena manusia itu bukan Tuhan.

Kelemahannya apa? Hanya 1, dan itu berhasil membuat semua orang memandang dirinya sebelah mata. Tapi mempertimbangkan betapa berkuasa posisi pria berdarah Wang ini, kelemahan itu akhirnya hanya jadi nomor 2.

Ia selesai menata penampilannya menjadi yang terbaik sekali lagi, wajahnya terlihat dingin sekali lagi pagi ini. Seorang lelaki dengan wajah mungil dan kedua matanya yang sangat mirip dengan mata rusa itu menatapnya dengan lembut, tapi disana kepingan beningnya sangat ketakutan, "Maaf."

Lelaki yang menerima kalimat maaf itu menghela nafas panjang, ia menatap kearah koper di belakang tubuh lelaki mungil di depannya dan kembali menatap wajah putih pucat itu, "Pulang karena kehabisan uang? Lain kali aku akan buatkan kau casino sendiri, main terus dan kalah terus supaya uangnya kembali lagi padaku."

Lelaki itu mencengkram lembut kemeja putihnya yang kebesaran, penampilannya memang acak-acakkan seolah-olah dia seperti habis dirampok. Kopernya terlihat begitu penuh dan begitu berat, sepatunya tidak terikat dengan baik, celananya tidak terlihat bersih lagi, dan mata siapapun bisa melihat bahwa wajahnya habis tidak tidur berapa malam.

"Berapa?"

"...aku tak apa, aku hanya mau-."

"Sebutkan nominalnya, aku akan membayar lagi, tapi jangan bawa barangmu kesini. Kau tau sendiri kita memang tak tinggal bersama lagi kan?" Ia berjalan meleati lelaki mungil itu, tapi memang seolah-olah bagaikan magnet lelaki mungil itu juga berjalan mengikutinya dengan suara langkah kaki seredam mungkin.

Mereka terus berjalan bahkan beberapa kali lelaki itu mengucapkan kata maaf, tak perlu, YiBo sama sekali tidak mau menghentikan langkah kakinya untuk pantatnya berhenti di kursi ruang makannya.

Lelaki itu tidak duduk, ia bahkan sekarang sedang berlutut. Berlutut.

"Maafkan aku.. aku hanya tak tau lagi harus kemana.. maaf.. dan.. aku juga terus terkena heat. Maaf.. semua orang mencoba menyerangku.. jadi aku lari kesini."

Can't Stand Your PheromoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang