Hazy - 40

2.2K 320 72
                                    

"Xiao Laoshi!" Seorang anak kecil menahan pakaiannya seraya ia mengadahkan pandangannya untuk bisa melihat wajah pria yang jauh lebih tinggi daripadanya itu.

Xiao Zhan yang merasa kedua kakinya tertahan ia menghentikan langkah kakinya dan menatap kebawah dan betapa ia terkejutnya karena itu adalah anak perempuan yang bertanya kepadanya. Xiao Zhan memberikan payung kepada gadis kecil itu sedangkan ia membiarkan punggungnya dibasahi oleh tetesan air hujan yang dingin, "Halo Tuan Putri, ada yang bisa guri ini bantu?"

Gadis kecil itu menangkup kedua pipi Xiao Zhan dan mengusap-ngusapnya. Mendapat perlakuan ini sukses membuat Xiao Zhan mengernyitkan keningnya tetapi kemudian ia paham bahwa gadis ini hanya memberikan kehangatan kepadanya. Ia tersenyum dan melingkarkan tangannya pada pundak kecil gadis ini, "Bukankah sudah seharusnya kau pulang Tuan Putri? Malam begini bukan waktunya Tuan Putri bermain kan?"

Xiao Zhan meraih kedua tangan kecil itu dan mengenggamnya, "Bagaimana kalau laoshi mengantarmu pulang?"

Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya kuat dan tersenyum menampakkan deretan gigi kecilnya, "Mei-mei khawatir kalau Xiao Laoshi kesepian, jadi Mei-mei memberikan jurus cinta dan kehangatan yang sering mama dan papa lakukan!" Tak berhenti disana, ia meraih wajah Xiao Zhan dan mengecup pipi kiri lalu pipi kanan sang guru. Setelah ia melakukan hal yang membuat sang laoshi termenung kaget di posisi berjongkoknya Mei-mei berlari masuk lagi ke dalam seraya memberikan gestur 'bye-bye' dari jauh.

Xiao Zhan tertawa kecil dan membalas lambaian tangan itu.

Malam hari ini sudah dihiasi dengan hujan yang terasa sangat dingin, maklum karena kalau hujan sudah membasahi pedesaan seperi ini maka tidak mengenal musim hawa dingin dari hujan akan membuat badan menggigil.

Untung saja Xiao Zhan ditahan sebelum ia pulang dengan pakaian setipis itu, ditahan oleh Ibu-ibu yang menjemput anak mereka dengan diberikan syal, jaket, sarung tangan, dan beberapa helai coat untuk melindungi tubuhnya agar tidak kedinginan selama perjalanan pulang. Kalau saja Xiao Zhan kecepatan pulang maka dia besok pasti tidak akan mengajar anak-anak.

Jalanan bebatuan yang licin dan basah, dibarengi dengan lampu jalanan berasal dari lentera di setiap rumah yang mempunyai bentuk dan kekuatan cahaya yang berbeda-beda, suara hujan yang mengetuk-ngetuk payungnya, suara langkah kakinya yang bertabrakan dengan genangan air. Semua itu sudah menjadi pengiring suara dan lagu kesukaan Xiao Zhan selama dia ada disini, jauh dari kebisingan dan selalu dihadapkan dengan ketenangan. Terkadang Xiao Zhan bertanya apakah dia sudah di surga?

Semakin ia berjalan menjauhi permukiman warga jalanan bebatuan ini membawanya untuk masuk ke daerah pusat desa yang mulai sepi dan tidak lagi dipadati manusia-manusia. Melihat pemandangan indah di depannya yang dipenuhi dengan warna emas hangat sampai ke warna merah dan cokelat lembut disana membuat kedua langkah kaki Xiao Zhan memasuki arah ke pusat desa tanpa berpikir dua kali.

Ia melihat kearah kiri dan kanannya, sudah banyak toko yang tutup karena malam sudah semakin tinggi tetapi juga masih ada beberapa toko yang buka begitu pula gerobak-gerobak kecil yang masih berjualan di tepi jalan kecil ini. Tidak ada yang memanggil Xiao Zhan untuk bersinggah karena suara hujan yang menganggu suara percakapan, justru seperti ini adalah idealisme dari Xiao Zhan sendiri karena ia benci dengan kebisingan tidak bermakna.

Saat matanya dimanjakan dengan semua barang-barang dan indera penciumannya dimanjakan dengan aroma makanan, Xiao Zhan memutuskan untuk sekedar melewati dan tidak membuang uangnya untuk kesenangan belakanya saja. Dia sendiri masih harus memikirkan uang bulanan dan keperluan bulanannya.

 Dia sendiri masih harus memikirkan uang bulanan dan keperluan bulanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Can't Stand Your PheromoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang