Langkah kakinya terasa begitu lembut dan pelan, seolah-olah insan yang sedang menapakkan kedua kakinya diatas bumi ciptaan sang Maha Kuasa ini enggan untuk cepat-cepat sampai di tujuan yang ia inginkan. Wajar saja karena hari ini cuaca lebih cerah dibandingkan sebelumnya.
Sudah hampir 5 hari semua manusia di kota ini kesulitan untuk melihat dimana matahari berada. Tapi hari ini berbeda, cahaya tampak sangat biru karena sudah berhari-hari dirinya hanya memberikan warna abu-abu atau akan berubah menjadi hitam pekat saja.
Tentu saja bukan hanya insan ini yang memutuskan untuk sedikit menikmati waktu sebelum aktivitas mereka kembali dijalani seperti biasanya.
Langit yang biru, dahan-dahan pepohonan yang terpaksa kehilangan surai-surai nya yang berwarna hijau lembut itu bergerak maju dan mundur karena angin semilir. Burung-burung akhirnya bisa mengepakkan sayap mereka setelah beberapa hari hanya bisa mengeratkan sayap itu erat pada tubuh mereka sendiri.
Hari ini cerah.
Ia tak lupa menarik dan menghembuskan nafasnya beberapa kali dengan matanya yang juga jadi ikut-ikutan terpejam erat.
"Another day.." gumamnya dan tanpa ia sadari langkah kakinya sudah meninggalkan jejak di sebuah gerbang sekolah yang sangat megah kelihatannya.
Tapi buru-buru ia membuang pandangan itu jauh dan menarik kaki kirinya itu, seolah-olah membiarkan bayangannya tertinggal disana adalah sebuah hal tabu.
Ia melirik kearah jam tangannya dan buru-buru ia berlari masuk ke dalam bis yang sudah menunggu dirinya sekitar 40 meter dari tempatnya berdiri. Dan untung saja kakinya cukup panjang, karena kalau dia telat saja sedikit maka otomatis hari ini akan menjadi hari dimana ia mendapat potongan gaji.
"Selamat pagi Pak!"
"Kalau saja aku tak melihatmu! Bagaimana keadaanmu?"
Lelaki tua itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat betapa cepat lelaki muda di depannya berlari demi mendapatkan stasiun bis ini. Mendengar pertanyaan itu entah kenapa memancing tawa kecilnya, "Hehe, aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menungguku!"
"Huh! Cepat duduk!"
"Haha! Baik-baik!"
Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sesaknya bis ini. Tak sedikit orang-orang yang terpaksa berdiri dan sekedar memeluk tubuhnya sendiri supaya tidak jatuh atau menabrak orang lain saat bis ini menarik pedal dan rem nya.
Tentu saja harus berusaha menyelinap dan baru tubuh ini bisa mendapatkan posisi yang benar di dalam bis. Tapi bukan hal yang mudah karena banyak orang yang cuek saja. Lelaki dengan hidung bangil dan alisnya yang berwarna hitam lembut itu menarik nafasnya karena kursi yang ia harapkan bisa kosong ternyata sudau diisi banyak oramg. Tapi mau tak mau ia hanya bisa menyandarkan dirinya pada besi yang menjadi penyangga saja.
Diam-diam ia menyelinapkan telapak tangannya yang hangat kearah perutnya yang rata. Ia tersenyum tipis dan entah kenapa hanya dengan melakukan itu perasaannya kembali menjadi membaik, "Memang keajaiban." Gumamnya kecil sembari menatap kearah keluar jendela.
Berbagai macam kendaraan dengan berbagai macam tipe pula berlalu lalang di jalanan besar ini. Tak ada yang menekan pedal mereka dengan lembut, semuanya seperti terburu-buru dan seperti terkejar oleh sesuatu yang sangat penting. Tentu saja, ini adalah kenyataan yang keras saat umur sudah menunjukkan angka yang tidak boleh ada sedikit pun candaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stand Your Pheromone
FanfictionCOMPLETED. Wang YiBo, Alpha terkuat dan sangat dihormati oleh banyak orang, tetapi ia sudah menikah dengan Omega yang juga bernama baik, tapi ada satu kekurangan hidup YiBo, dia belum dikaruniai keturunan setelah menikah 4 tahun. Xiao Zhan, Omega bi...