Two

7.7K 623 5
                                    

Lisa turun dari mobil mewahnya. Kakinya mulai berpinjak di teras rumah yang terlihat kosong. Sebagian orang berkata bahwa rumah bagaikan surga, namun tidak bagi Lisa. Ia sangat kesepian jika ia dapat meminta lebih baik kehilangan semuanya dan memilih mendapatkan kasih sayang.

Lisa masuk ke dalam rumah yang terlihat sepi walaupun ada pembantu, tukang kebun, sopir dan satpam di dalamnya. Mereka sudah lisa anggap seperti keluarga sebab mereka semua menyayangi Lisa seperti halnya keluarga berbeda dengan kedua orang tuanya.

"Eh non lisa udah pulang. Gimana non hari pertama di sekolah baru non?" tanya Bik Ida saat Lisa memasuki rumah.

Bik Ida adalah pembantu di rumah Lisa. Bik Ida sangat dekat dengan Lisa. Lisa bahkan sudah menganggap Bik Ida sebagai Ibu keduanya. Selama ini Bik Ida lah yang sudah merawat Lisa. Ia yang selalu menjadi tempat bagi Lisa untuk berkeluh kesah. Tak heran jika semua tentang Lisa ia sangat mengetahuinya.

Lisa tersenyum mendengar pertanyaan Bik Ida.

"Iya bik Lisa udah pulang, hari pertama Lisa di sekolah biasa aja, tapi Lisa sedih bik semua orang gak mau berteman dengan Lisa" lirih Lisa.

Bik Ida menatap iba pada majikan kecilnya. Terlalu berat beban yang ditanggung anak seusianya yang seharusnya bersenang-senang.

"Udah jangan dipikirin ya non, lebih baik sekarang non ganti baju, terus makan deh. Bibik udah siapin loh masakan kesukaan non yang enak-enak" kata Bik Ida mencoba menghibur Lisa. Lisa tersenyum simpul melihat Bik Ida yang selalu buat Lisa lupa dengan kesedihannya.

"Yaudah Lisa ganti baju dulu ya bik, abis itu lisa baru makan masakan bibik yang enak tiada tandingannya" kata Lisa diselingi tawa kecilnya.

"Yaudah atuh non buruan atuh, bibik siapin dulu makanannya"

"Yaudah Lisa ganti baju dulu ya bik" ujar Lisa seraya menaiki anak tangga seraya tersenyum simpul kepada bik Ida sebelum menaiki anak tangganya.

•••

Perasaan yang dialami Lisa, saat ini ia sedang berdiri di balkon kamarnya. Matanya menatap kosong ke depan. Pikirannya mulai berkelana tentang kejadian 9 tahun lalu. Sebuah kejadian yang membuat hidupnya hancur.

"Kamu sudah membuat semuanya hancur. Kamu lihat, sekarang kakak kamu sudah pergi meninggalkan kita. Dan semua itu salahmu. Seharusnya kau tak lahir di dunia ini jika kau akan membunuh Putri kebanggaan keluarga Manoban. Kau bukan anakku. Aku tak pernah mempunyai anak seorang pembunuh"

Perkataan orang tuanya itu masih terekam jelas dalam ingatan Lisa.

Sejak itu, seluruh keluarganya menjauhi dirinya, tak ada tempat bersandar untuk menceritakan apa yang dialaminya hari ini disekolah. Tak ada yang dijadikan tempat untuk berlindung dari segala ketakutannya. Ia sendiri. Air mata Lisa menetes perlahan. Lagi dan lagi. Air mata itu serasa tak ada habisnya. Ia benar-benar rapuh.

Bahkan sudah 9 tahun berlalu, tapi mama sama papanya masih belum memaafkan Lisa. Sebegitu besarkah kesalahan Lisa? Padahal Lisa bukan pembunuh. Lisa gak pernah bunuh kakak. Tapi kenapa harus Lisa yang menanggung semua akibatnya. Lisa harus rela seluruh dunia menjauhinya. Asal mama dan papa tahu, kakak meninggal karena alasan lain, bukan karena Lisa.

"Hiks hiks, Lisa kangen sama mama papa. Kapan Lisa bisa ketemu sama mama papa? Kapan kalian bisa sayang sama Lisa" Lisa terisak perlahan.

Lisa lelah dengan semua ini. Tapi ia tak menyerah, ia kuat. Ya dia kuat.

"Apapun yang udah mama sama papa lakuin selama ini ke Lisa, Lisa tetep sayang mama sama papa"

***

Jungkook baru saja sampai rumah. Setelah ia memakirkan mobilnya di garasi, ia segera masuk kedalam rumah. Saat ia membuka pintu, seseorang yang tak ingin ia lihat saat ini telah duduk di sofa. Jungkook tak mengkiraukannya. Ia langsung berjalan ke kamarnya. Saat baru beberapa langkah, wanita itu memanggil jungkook. Mau tak mau ia berhenti.

"Jung" panggil wanita itu. Jungkook diam. Ia tak ingin menjawabnya.

"Mama mau bicara sama kamu" kata wanita itu yang tak lain mama dari jungkook.

"Apa?" tanya jungkook tanpa menatap sang mama.

"Mau sampai kapan kamu gini jung..." belum selesai mamanya bicara jungkook sudah menyela perkataan mamanya.

"Kalau mama tanya sampai kapan jungkook kayak gini. Jawabannya bakalan sama. Jungkook akan tetep kayak gini. Kalo mama capek karena sikap jungkook. Mama gak usah peduliin jungkook, karena jungkook gak butuh kepedulian dari mama" kata jungkook setengah emosi.

Jungkook berjalan meninggalkan mamanya yang termenung di ruang tamu. Setelah perginya jungkook mamanya menghela nafas panjang. Ia lelah dengan sikap anaknya yang tak pernah mnganggapnya ada. Ada kalanya kita harus memperhatikan apa yang ada di sekeliling kita.














Gimana lanjut gak nih?

Aku mikir alurnya susah jadi,
Mau pendapat kalian buat part ini dong:)

Follow, Vote dan Komen

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang