Suara ketukan sepatu yang bergesekan dengan lantai menggema di sepanjang koridor kelas.
Lisa berangkat pagi-pagi sekali. Saat Lisa sedang berjalan seraya merapikan bajunya, tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya. Lisa memejamkan matanya saat tau kemungkinan ia akan jatuh. Tunggu dulu, tapi kenapa ia tak jatuh. Perlahan ia membuka matanya.
Kedua mata Lisa langsung beradu dengan mata tajam seseorang yang menangkapnya. Ya dia laki-laki dingin siapa lagi kalo bukan Jungkook. Dan sekarang posisi mereka, Lisa berada di pelukan Jungkook. Atmosfer terasa menipis. Lisa yang mulai sadar mencoba bangkit. Dengan sedikit kikuk ia berterima kasih pada Jungkook.
"Makasih ya, kamu udah nolongin aku" ujar Lisa sembari tersenyum tulus.
"Kalau gue tau itu lo, gue gak bakal sudi buat nolongin orang kayak lo" balas Jungkook ketus.
"Maafin ak... " belum sampai selesai Lisa berkata, Jungkook sudah memotongnya terlebih dahulu.
"Gue pernah bilang sama lo kan, simpan kata maaf lo itu karna gue gak bakal sudi buat maafin lo. Dan jangan pernah buat alasan, karna gue gak butuh alasan basi lo itu. PAHAM!"
Perkataan jungkook dingin dan ketus. Dada Lisa terasa sesak. Lagi dan lagi Jungkook berkata kasar padanya. Air mata sudah menggantung di pelupuk mata.
"Lisa jangan nangis, Lisa Kuat. Ya, Lisa pasti bisa" batin Lisa.
"Iya Lisa tau" balasnya lirih lalu pergi meninggalkan Jungkook yang terdiam menatap kepergian Lisa.
•••
"Mama sama papa tahu gak. Lisa disini sendiri, Lisa takut mah, pah. Lisa takut jika suatu saat Lisa pergi, Lisa gak bakal bisa liat wajah mama sama papa lagi. Lisa pengen saat Lisa pergi nanti mama sama papa ada disamping Lisa" Lisa berguman lirih.
Entah sejak kapan air mata itu membanjiri wajah cantiknya.
"Lisa sekarang cengeng ya? Lisa lemah. Lisa butuh tempat buat ngeringanin beban Lisa. Lisa capek ma, pa. Entah sampai kapan Lisa harus bertahan. Salah satu alasan Lisa buat bertahan cuma mama sama papa, karena Lisa pengen mamah sama papah kembali sama Lisa. Lisa kangen" Lisa terisak perlahan, tangisnya tak dapat ia tahan.
"Kalaupun Lisa masih mempunyai waktu untuk bertemu kalian, tapi lisa tak punya cukup waktu untuk bersama kalian" batin Lisa miris.
"Ya tuhan lisa mohon beri Lisa waktu buat bahagiain mama sama papa"
Air mata itu jatuh lagi, entah sudah berapa kali air mata itu jatuh. Sudah tak dapat terhitung dengan jari tangan. Lisa menghela nafas sejenak lalu menghembuskannya kasar. Haruskah ia hidup dalam keadaan seperti ini?
Mengharapkan apa yang sudah terjadi kembali seperti semula.
Matanya terpejam sesaat.Saat matanya terbuka, ia terkejut mendapati sebuah sapu tangan di depannya. Ia mendongak melihat siapa yang memberinya sapu tangan. Dan semakin ia terkejut melihat siapa pemilik sapu tangan tersebut.
"Hapus air mata lo. Lo jangan ge'er dulu gue gak bisa liat cewek nangis" ucap laki-laki itu datar,
pandangan matanya lurus kedepan tanpa melirik Lisa sedikitpun seraya menyodorkan sapu tangannya."Makasih jung" ucap Lisa tulus. Ya laki-laki itu Jungkook, Jeon Jungkook.
Jungkook hanya menjawabnya dengan deheman. Suasana sangat hening, diantara keduanya tak ada yang membuka untuk berbicara.
"Lo kenapa nangis?" tanya Jungkook masih dengan wajah datarnya.
Lisa menatap Jungkook lekat-lekat.
"Ada apa dengan laki-laki ini" batin Lisa seraya memberanikan diri menatap Jungkook yang berada di sebelahnya.
"Gak papa kok" jawab Lisa dusta.
"Lo masih bisa boong ya setelah lo nangis kejer kayak tadi. Dasar cewek aneh" kata jungkook sakartis.
Kali ini nadanya agak meninggi. Lisa takut. Apalagi kali ini Jungkook menatapnya tajam. Lisa kembali menundukkan kepalanya enggan untuk menatap jungkook.
"Apa kamu butuh alasan kenapa aku menangis? Emang kenapa?" tanya Lisa balik.
"Gue udah bilang kan, kalau gue gak suka liat cewek nangis" Jelas jungkook.
Lisa tiba-tiba tersenyum.
"Makasih ya, kamu orang kedua yang udah peduli sama aku. Bahkan gak aku gak pernah menyangka sebelumnya kalau kamu itu baik" Lisa sungguh bersyukur masih ada orang yang menanyakan kenapa ia menangis.
Dan orang itu jungkook. Lisa sangat bahagia. Berbeda dengan ekspresi Lisa yang berbinar, Jungkook justru menunjukkan ekspresi bingung.
Ia bingung kepada gadis itu kenapa harus berterima kasih karena pertanyaan sederhana itu? Pertanyaan demi pertanyaan bermunculan di benak jungkook. Dan semuanya berhenti ketika gadis itu berbicara lagi. Kali ini dengan nada sendu. Ada kepahitan dan kepedihan disetiap kalimat yang Lisa ucapkan.
"Kamu tahu gak jung, ternyata jari aku masih bisa buat ngitung orang yang peduli sama aku" Lisa menghela nafas sejenak.
"Buat kamu ini emang aneh jung, bahkan mungkin gak penting sama sekali. Tapi buat aku, pertanyaan itu sangat berarti. Sama berartinya seperti nadi dalam tubuh. Kita tak akan hidup tanpa nadi itu. Dan pertanyaanmu itu membuatku bersemangat bertahan untuk hidup jung, nakasih jung secara gak langsung kamu udah memberi aku satu nafas untuk hidup" lanjut Lisa.
Lisa tersenyum kepada jungkook. Lisa bahagia. Entah kenapa saat Lisa tersenyum kepada Jungkook seraya mentapnya tanpa rasa takut.
Ada getaran aneh yang belum pernah dirasakan jungkook sama sekali. Sesaat ia memuji kecantikan gadis itu. Tapi pikiran itu cepat ia hilangkan. Dan satu lagi perkataan dari gadis itu yang membuat pikirannya kalut.
"Kita hidup ditakdirkan untuk memperhatikan sekeliling kita, bukan menghancurkan mereka yang peduli terhadap kita"
***
"Kita hidup ditakdirkan untuk memperhatikan sekeliling kita, bukan menghancurkan mereka yang peduli terhadap kita" perkataan gadis itu masih terngiang jelas di pikiran jungkook.
Entah kenapa perkataan itu seakan-akan tertuju padanya. Apakah selama ini ia sangat keterlaluan kepada semua orang terutama pada mamanya? tapi bukankah ia berhak melakukan itu? Membalas semua yang terjadi kepadanya.
Sungguh perkataan gadis itu membuat hatinya bimbang bukan main. Rasa bimbang itu perlahan berubah menjadi rasa sakit yang teramat sangat ketika melihat seseorang yang berada di sampingnya. Saat ini ia sedang berada di balkon kamarnya, memandangi Bintang yang bersinar dengan indahnya. Dan kedatangan orang itu membuat semuanya hilang. Menurutnya seseorang yang berada disampingnya kini ikut melihat langit malam yang begitu indah.
Jungkook menggeram dalam hati. Orang itulah yang telah merampas satu tempat dalam keluarganya. Ia hadir secara tiba-tiba merubah semuanya.
"Kamu jangan terlalu menyakiti mama kamu jung, dia tidak salah. Kami semua melakukan ini karena sebuah alasan. Alasan yang belum kau ketahui sama sekali. Dan kau akan mengetahuinya suatu saat nanti" kata lelaki itu.
"Kasihan mamamu jika dia harus menerima semua kebencian dari anaknya, kamu harta yang paling berharga baginya jung, kamu boleh marah sama papa oh ya mungkin kamu memanggilku om. Ya, kau boleh marah kepadaku, tapi jangan lemparkan itu semua kepada mamamu karena dia sudah cukup tersakiti. Kamu sudah dewasa, berpikirlah yang bijak nak" kata lelaki itu sambil menepuk pundak jungkook.
Setelah mengucapkan itu, lelaki itu pergi meninggalkan Jungkook. Ya, lelaki itu adalah papah tiri Jungkook. Semuanya terjadi karena peristiwa beberapa tahun lalu yang masih jungkook ingat.
Hay semua:)
Jangan lupa
FOLLOW, VOTE DAN KOMEN YA
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense✔
Teen Fiction[ENDING] "Sense is falling, sense the pain that I get from the person I love... But the love he never once gave to me" Story by devaokta (Indonesian Language) [Start : 06 Januari 2020] [End : 06 Juni 2020]