Ten

4.7K 493 46
                                    

Lisa termenung di balkon kamarnya. Perkataan jungkook tadi sangat menyayat hatinya. Rasanya sakit hatinya seperti teriris pisau yang tajam sampai sekarang air matanya masih saja membanjiri wajah cantiknya.

"Tuhan, sebegitu tak berartikah aku bagi mereka? Kenapa mereka menganggapku seakan-akan aku yang harus dibersihkan. Apakah aku tak pantas hidup Tuhan? Aku lelah dengan hidupku sendiri" lirih Lisa.

Tiba-tiba saja cairan merah kental itu keluar lagi dari hidung Lisa. Lisa menyekanya perlahan. Pandangannya mulai berkunang-kunang. Ia berjalan masuk ke dalam kamar mengambil obatnya.

Tangannya menggenggam butiran obat yang siap diminumnya. Diteguknya obat itu bersamaan dengan segelas air putih yang telah terletak di atas nakas.

Disekanya darah yang masih mengucur deras dari hidungnya. Bau anyir  begitu menyeruak di indra penciumannya. Ia menangis. Lagi dan lagi. Entah sudah keberapa kali ia menangis hari ini. Seakan-akan air mata itu tak ada habisnya.

•••

Derap langkah kaki itu terdengar menuruni tangga satu persatu. Laki-laki itu sudah sangat tampan mengenakan seragam sekolahnya.

Langkah kakinya berhenti ketika di ruang makan. Disana sudah ada mama dan papa tirinya yang sedang sarapan. Tiba-tiba saja niatnya untuk sarapan hilang seketika setelah melihat siapa yang berada di ruang makan. Dilangkahkan kakinya kembali keluar rumah. Sepertinya ia tak akan sarapan hari ini.

"Jung..." panggil sang mama.

Jungkook yang sedang berjalan pun menghentikan langkahnya ketika mendengar seseorang memanggilnya, tetapi ia masih enggan berbalik.

"Apa?" jawab jungkook singkat.

"Kamu gak sarapan dulu sayang?" tanya sang mama.

"Gak nafsu"

Setelah berkata demikian, Jungkook bergegas meninggalkan keduanya. Ia segera menaiki motornya dan segera menuju sekolah.

•••

Jungkook memakirkan motor milikya di parkiran sekolah. Suasana sekolah masih sepi sekali. Maklum jam masih menunjukkan pukul 06.05, tentunya tak banyak dari mereka siswa siswi disini yang sudah berangkat. Kebanyakan dari mereka yang berangkat pagi adalah yang sedang piket hari ini dan anak yang rajin.

Dilangkahkannya kakinya menuju kelas. Tatapan tajam matanya itu begitu terlihat memikat, tetapi jika ada yang mencoba menyelami kedalam iris mata yang hitam legam itu, banyak kesedihan disana.

Jungkook sudah sampai di depan kelasnya, pintu kelasnya terlihat terbuka.

"Mungkin ada yang sudah berangkat, tapi siapa?" batin Jungkook.

Untuk menghilangkan rasa penasarannya, jungkook segera masuk kedalam kelas. Dilihatnya seorang gadis tengah duduk sambil membaca buku.

LISA

Gadis itu Lisa. Sepertinya gadis itu belum menyadari kedatangan Jungkook.

"Ehem" Jungkook mencoba berdehem untuk mengalihkan perhatian gadis itu.

Dan benar, Lisa langsung mendongak. Dan seketika ekspresi mukanya berubah menjadi sebuah keterkejutan. Dengan takut-takut ia menjawab deheman jungkook.

"Iya jung a-ada apa?" tanya Lisa gugup.

Bukannya menjawab, Jungkook justru langsung duduk di sampingnya.

Jungkook masih diam tanpa berniat sedikitpun berbicara pada Lisa, sedangkan Lisa juga terdiam. Lisa terlalu takut untuk mengajak Jungkook bicara. Apalagi peristiwa kemarin masih teringat jelas dibenaknya.

Hening

Yang terdengar hanya deru nafas masing-masing.

"Maaf" ujar Jungkook secara tiba-tiba.

Lisa mengernyitkan dahinya bingung. Maaf? Untuk apa Jungkook mengatakan itu?

"Maaf? Buat apa?" tanya Lisa yang masih setia menunduk kembali.

Jungkook terdiam sejenak. Ia terlihat menghela nafas perlahan. Sebelum akhirnya menjawab.

"Buat kemarin gue udah ngebentak lo dan ngebuat lo terlibat dalam masalah gue" ujar jungkook dengan nada datar.

Lisa tersenyum tipis. Memang ia sedikit terluka dengan perkataan jungkook. Tapi itu tak ada pengaruhnya bagi hidupnya.

"Gak papa kok aku udah maafin kamu" ujar Lisa sembari tersenyum pada Jungkook.

Jungkook menatap Lisa.

"Kenapa gadis ini tak terlihat terluka? Masih aja bisa senyum" batin jungkook.

"Tapi aku gak bisa maafin kamu kalo kamu masih marah sama mama kamu jung" ujar Lisa mencoba memberi pengertian pada Jungkook.

Sedangkan Jungkook tersenyum kecut. Untuk apa harus berbaik pada mamanya? Untuk apa? Sedangkan itu satu-satunya cara untuk membahagiakan dirinya sendiri? Melukai hati semua orang. Kenapa tidak?

"Lo gak berhak ngelarang apa yang mau gue lakuin. Gue punya cara sendiri buat ngatur hidup gue. Dan lo gak perlu ikut campur" ujar jungkook dingin bahkan lebih dingin dari biasanya.

"Tapi cara kamu terlalu menyakiti banyak orang jung, terutama mama kamu. Apa kamu gak peduli sama orang lain jung? Dia itu mama kamu orang yang ngelahirin kamu"

"Kenapa gue mesti ngehargain perasaan orang KALAU MEREKA GAK PERNAH NGERTIIN PERASAAN GUE?" ujar Jungkook sambil sedikit berteriak.

Ditatapnya Lisa dengan mata yang menyala-nyala. Emosinya sedang memuncak saat ini. Dikepalkannya tangannya kuat-kuat mencoba meredam kemarahannya. Hingga buku-buku jarinya terlihat jelas.

Lisa terdiam ketakutan. Ia sangat tak bisa jika dibentak. Matanya sudah berkaca-kaca. Bahkan dengan sekali kedipan matanya, air mata itu akan jatuh. Ditariknya nafas kuat-kuat untuk menguatkan perasaannya saat ini.

"Aku emang bukan apa-apa bagi kamu jung, mungkin bagimu aku ini hanyalah debu yang tak selayaknya ada"

Lisa menarik nafasnya perlahan kemudian melanjutkan perkataannya.

"Setidaknya kamu masih punya orang tua jung, coba kamu lihat diluar sana, ada orang yang tidak seberuntung kamu. Mereka kehilangan keluarganya. Tetapi mereka tetap semangat menjalani kehidupan mereka. Tapi kenapa kamu yang masih punya orang tua justru menyakiti mereka? Orang tua kamu gak salah jung, mereka pasti punya alasan buat semua ini"

Jungkook masih bergeming ditempatnya. Kata-kata Lisa begitu tepat sasaran seperti meluluhkan benteng yang selama ini jungkook bangun susah payah untuk menutup dirinya dan menyakiti semua orang.

Jungkook mengacak rambutnya frustasi. Apa yang dikatakan Lisa memang benar. Setidaknya ia masih mempunyai orangtua yang masih bersamanya. Tetapi lagi-lagi bayangan itu terlintas di pikirannya. Marah, dendam dan benci menjadi satu. Bayangan masa lalu yang pilu membuat dadanya terasa begitu sesak.

"Tapi lo gak tahu apa-apa tentang hidup gue. Dan lo, gak perlu tahu" ujar jungkook sengit.

Setelah mengatakan itu, Jungkook segera keluar kelas meninggalkan Lisa. Sedangkan Lisa kembali beruraian air mata. Dadanya begitu sesak mendengar perkataan Jungkook.

"Tapi lo gak tahu apa-apa tentang hidup gue. Dan lo, gak perlu tahu"

Kata-kata itu begitu terngiang jelas dipendengaran Lisa.

"Kamu bukan siapa-siapa lis, jadi kamu gak berhak tahu tentang jungkook" batinnya dalam hati.







Jungkook labil ya cem abg, kesel gak ni sama si jungkook?

Bakal up kalo vote lebih dari 50 dari part Cast-Ten ya, ditunggu.

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang