Twenty Five

3.8K 419 42
                                    

Follow dulu sebelum baca

×××

Sudah satu minggu lamanya Lisa dirawat intensif di rumah sakit. Selama itu juga Jungkook menghilang begitu saja tanpa ada kabar. Sudah sering Lisa mencoba menelfonnya, dan mengiriminya pesan pun sudah dicoba, namun tak ada satupun yang dibalasnya. Lisa sungguh merasa cemas dan khawatir.

Seperti sore ini, Lisa terlihat melamun sambil menatap nanar pintu ruangannya. Berharap pintu itu akan terbuka dan memperlihatkan sosok yang sudah ia rindukan dan nantikan. Lisa sangat merindukan sosok Jungkook. Jungkook yang selalu membelai kepalanya, Jungkook yang selalu berkata lembut, Jungkook yang selalu membuatnya bahagia, tertawa. Jungkook yang bahkan selalu menemaninya. Lisa rindu suara Jungkook, dan juga tatapannya.

Lisa selalu ingat tawa renyah Jungkook. Tanpa ia sadari, air matanya jatuh satu per satu. Dadanya terasa sesak. Bulir-bulir air mata itu jatuh bersamaan dengan cairan merah pekat yang keluar dari hidung mancungnya. Lisa mengernyitkan dahinya. Kepalanya serasa pusing. Mungkin efek dari terlalu memikirkan Jungkook. Sehingga mempengaruhi kesehatannya.
Lisa segera mengusapnya dengan tissue agar tidak ada yang tahu bahwa penyakitnya kambuh lagi. Kebetulan Lisa sekarang lagi sendiri. Mamanya sedang membeli makanan dan papanya sedang ke kantor karena ada pekerjaan penting. Jadi tak ada yang tahu kalau penyakitnya kambuh. Perlahan rasa sakit di kepalanya hilang.

Pintu ruangannya terbuka, Lisa segera melihat ke arah pintu. Harap-harap cemas melihat siapa yang datang. Dalam hati ia berharap Jungkook lah yang datang. Tapi setelah melihat siapa yang datang, ia mendesah kecewa. Bukan Jungkook, meski begitu, ia tetap menunjukkan senyum manisnya.

"Kamu udah bangun sayang?" tanya sang mama sambil meletakkan beberapa paper bag di atas meja.

"Iya ma. Mama dari mana aja kok lama?" tanya Lisa.

"Habis dari luar nih beli makanan. Tadi mama juga sempet mampir si toko kue yang ada di depan rumah sakit. Mama beliin kamu pie susu" ujar sang mama sambil mengeluarkan satu per satu makanan dari paper bag.

"Makasih ya ma" ujar Lisa tulus.

"Iya sayang. Yaudah ini kamu makan dulu ya"

Lisa menerima satu buah pie susu berukuran sedang dan segera dimakannya. Sang mama yang melihat putrinya makan dengan lahap pun tersenyum.

"Ma" panggil Lisa di sela-sela makannya.

"Ya sayang?"

"Mama pernah liat Jungkook kesini gak? Soalnya udah seminggu Lisa gak ketemu jungkook" ujar Lisa sendu.

"Mama gak pernah liat Jungkook sayang, udah lama dia gak dateng kesini"

"Kamu kenapa sih jung? Kenapa kamu seakan pengen jauh dari aku?" batin Lisa dalam hati.

Lisa segera mengambil handphone nya yang terletak di atas nakas. Jarinya bergerak lincah di atas keyboard. Mengetikkan sebuah pesan untuk seseorang. Siapa lagi kalau bukan Jungkook.

Kookie🐰💙

Udah satu minggu kamu menghilang. Aku pun gak tahu apa yang ngebuat kamu jadi kayak gini jung. Aku merindukanmu, aku mencintaimu kookie💙

Send

Setelah mengirim pesan singkat kepada Jungkook, diletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Dan kembali menghabiskan pie susu nya yang masih tersisa.

•••

Disisi lain

Seorang lelaki sedang berdiri di atas balkon apartemennya. Laki-laki itu adalah Jungkook. Jungkook tampak sangat kacau. Matanya memerah dan agak sembab. Ditambah dengan lingkar hitam di bawag matanya. Menandakan bahwa ia kurang tidur.

Sore ini, jungkook menatap senja menyaksikan sang surya yang perlahan kembali ke peraduan. Jungkook merindukan sosok seorang gadis dalam hidupnya. Jangan ditanya seberapa rindunya ia dengan gadis itu. Ia sangat merindukannya. Namun ia berusaha mati-matian untuk menahan perasaannya itu. Ia masih belum bisa menerima semuanya. Menerima semua yang terjadi belakangan ini. Begitu cepat sebuah kenyataan yang membuat segalanya berubah.

Jungkook merasa separuh jiwanya ada yang hilang. Sama seperti yang dirasakan Lisa. Ia merasa hari-harinya kosong dan hampa. Ia merindukan rengekan manja kekasihnya itu. Rindu akan tawa dan senyum gadisnya.

"Apa gadisnya itu sudah sembuh atau belum?" jungkook sendiripun tak tahu. Itulah yang ia pikirkan selama ini.

Selama satu minggu ia mengurung dirinya di dalam apartemen. Menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

Tanpa sadar getaran yang bersumber pada handpone nya membuat lamunan Jungkook buyar. Segera di ambilnya ponselnya di saku.

My love💙💜

Udah satu minggu kamu menghilang. Aku pun gak tahu apa yang ngebuat kamu jadi kayak gini jung. Aku merindukanmu, aku mencintaimu kookie💙

Pesan itu dari gadisnya. Ingin sekali ia membalas pesan itu. Bahkan ingin sekali ia menelfon gadisnya. Ia ingin sekali mendengar suaranya. Tapi ia tak mampu. Sudah sering ia mendapat pesan dari Lisa. Namun sama sekali tidak ada yang dibalasnya.

"Aku butuh waktu buat ini semua sayang. Maaf kalau aku sering buat kamu menderita" Guman Jungkook dengan suara bergetar. Ia tengah menahan tangis sekarang.

"Aku lebih mencintaimu" gumannya sekali lagi.

•••

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Sebenarnya saya menyesal jika harus mengatakan ini. Namun inilah kenyataannya. Kanker yang bersarang dalam tubuh Lisa sudah menyebar. Bahkan saat ini, ginjalnya pun bermasalah dan mengalami gangguan kinerja. Karena sel-sel darah merah dalam tubuh Lisa sudah rusak. Sebenarnya saya sudah sering menawarkan pada Lisa untuk mengikuti kemoterapi, namun ia terus menolak. Sistem imun Lisa down bu. Jika tidak segera ditangani pencegahan virus kanker ini, maka kanker itu akan terus menyebar. Bukan hanya ginjal. Bahkan jantung pun beresiko juga" ujar dokter Kim memberi penjelasan.

"Lalu apa yang harus saya lakukan dok?" tanya mama Lisa mendesah frustasi.

"Melakukan kemoterapi secara rutin bu, 3 kali dalam satu minggu. Mungkin bisa menghambat pertumbuhan sel kanker"

"Baiklah lakukan itu dok. Lakukan yang terbaik buat anak saya"

"Tapi sebelumnya, saya ingin memberi tahu. Jika setelah melakuan kemoterapi, kondisi tubuh pasien melemah, atau bisa dikatakan tidak kuat, akan terjadi perontokan rambut secara tiba-tiba" jelas dokter Kim lagi yang membuat mama Lisa tercengang.

Separah itukah penyakit putrinya? Separah itukah? Dadanya terasa sesak mendengar penuturan sang dokter. Rasanya ia tak kuat jika harus melihat putrinya menanggung kesakitan itu sendiri.

"Baiklah dok, saya permisi" ujar mama Lisa kemudian berlalu dan keluar.

















Makin lama makin mager ngetik huhuhu

Abis ini chapter ini chapternya bikin kalian kesel, kalian harus sabar ya kan puasa:)

Jangan lupa vote ya sama spam komennya yang banyak biar chap selanjutnya cepet update nya.

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang