Sixteen

4.6K 470 45
                                    

PLAK!!!

Sebuah tamparan keras itu mendarat di pipi Lisa. Lisa meringis ketika merasakan sudut bibirnya robek. Ekspresinya menunjukkan keterkejutan tetapi sesaat kemudian ia tersenyum samar. Ia ingin menunjukkan kepada mamanya bahwa ia tak lemah dan mencoba menahan tangisannya cukup dalam hatinya. Luka dibibirnya ini tak seberapa jika dibandingkan dengan luka yang selama ini ia rasakan.

Disekanya darah yang mengalir dari sudut bibirnya dan dari hidungnya. Bau anyir darah begitu mendominasi indra penciuman Lisa. Apalagi ditambah kepalanya yang terasa sangat sakit. Bibirnya muali memucat. Pandangan matanya berkunang-kunang tapi Lisa mencoba untuk menahan semuanya. Karena ia yakin kalau ia kuat. Dikepalkan tangannya kuat-kuat mencoba menguatkan dirinya sendiri.

"Makasi ma, untuk tamparannya semoga mama gak benci sama Lisa lagi" ujar Lisa sendu.

Air matanya semakin mendesak keluar. Membasahi pipinya yang masih terasa panas. Ia merasa hidupnya hancur. Dunia tak mau mengakuinya. Tak mau memperdulikannya. Dan tak ada yang mau menemaninya. Ia benar-benar sendiri dan terasing.

Kini keduanya hanya diam. Baik Lisa maupun mamanya tidak ada yang mau bicara. Tanpa mereka sadari sosok laki-laki paruh baya mulai memasuki rumah dengan memandang tajam Lisa. Dia adalah Jinan Manoban ayah Lisa sedangkan mamanya adalah Sooya Manoban.

Lisa terdiam menatap sosok yang berjalan di depannya. Matanya hanya terfokus pada objek di depannya. Ia masih tak yakin jika di depannya kini adalah papanya. Superheronya. Apa mungkin papanya masih menyimpan dendam dan amarah padanya? Apa papanya akan memperlakukannya sama seperti mama memperlakukannya?

Hening

Hening

Hening

PLAK!!!

Satu tamparan keras kini mendarat di pipi Lisa lagi.

Perih itu yang dirasakan Lisa. Darah mengucur dari sudut bibirnya. Ia meringis berkali-kali menahan sakit dipipinya akibat pukulan yang sama di tempat yang sama. Lisa yakin pipinya pasti sudah lebam sekarang tapi ia tak peduli.

"Kenapa kamu masih menampakkan wajahmu didepanku pembunuh?" gertak papa Lisa seraya menunjuk kerah Lisa.

Lisa hanya terdiam tanpa menjawab sepatah kata pun. Tubuhnya gemetar hebat ia sangat takut bila dibentak. Air matanya terus mengalir dengan derasnya. Perasaannya sungguh sakit. Bagaimana mungkin kedua orang tua tidak mengharapkan kehadirannya? Lalu bagaimana dengan jalan hidupnya?

"Papa ini Lica anak papa. Ini lica putri kecil papa. Apa papa lupa?" tanya Lisa lirih.

Dalam hatinya Lisa menjerit. Ia sangat merindukan sosok papa dalam hidupnya. Sosok pahlawan dalam hidupnya. Dulu, sang papa selalu menjadi tempat berlindung dikala ia ketakutan. Tempat mencari kenyamanan. Tapi itu dulu sekarang semuanya tak sama lagi semua telah berubah. Tapi kenangan itu masih bisa Lisa rasakan.

"Pa, lisa kangen papa. Kenapa papa gak bareng mama kesininya?"

"Aku bukan orang tuamu! Jadi jangan pernah memanggilku papa!"

"Pa, ma Lisa gak tahu kenapa kalian membenci Lisa dan gak mau anggap Lisa anak kalian. Apa salah Lisa? Kapan Lisa bisa disayang kalian lagi?"

"Asal mama sama papa tahu, cuma kalian yang menjadi alasan Lisa buat hidup selama ini"

Lisa menatap kedua orang tuanya dengan tatapan sendu. Wanita cantik dan pria tampan di depannya adalah orang tuanya. Orang yang telah merawatnya dulu. Orang yamg selalu Lisa sebut dalam doanya.

"Kapan terakhir kali lisa bertemu kaliam? Dan kapan lagi lisa bisa ketemu kalian kalo bukan sekarang? Pasti lisa bakal pergi dari kalian" rasa takut menyelimuti hati Lisa. Hati nya terus bergemuruh memikirkan bagaimana nasibnya kelak.

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang