"Will you be my girlfriend?" ujar Jungkook serius terlihat dengan nada bicaranya yang penuh tekanan.
"Kamu serius?" tanya Lisa ragu.
Jungkook terlihat menarik nafas dalam-dalam. Sesaat matanya terpejam dan kemudian terbuka kembali, tangannya mulai terulur menggenggam tangan Lisa mencoba meyakinkan Lisa.
"Aku gak tahu kenapa aku bisa ngomong begini sama kamu yang jelas, aku selalu nyaman kalau ada di dekat kamu" ujar Jungkook.
"Awalnya aku mencoba menepis rasa itu tapi sekarang aku tahu aku sayang kamu Lis aku cinta sama kamu" lanjut Jungkook sambil menatap Lisa dalam.
Lisa menatap mata Jungkook mencoba mencari kebohongan disana. Yang ada hanya tatapan penuh cinta dan ketulusan. Ditariknya kedua tangannya yang masih berada di genggaman Jungkook.
Jungkook tampak bingung ketika Lisa menarik tangannya.
Apa itu tandanya Lisa tak menerima cintanya? Berbagai macam pertanyaan muncul di benak Jungkook. Jungkook takut jika kemungkinan Lisa menolaknya tapi beberapa detik kemudian ia dibuat terkejut ketika tangan halus milik Lisa memegang tangannya dan sesekali mengelusnya pelan. Ditatapnya mata bulat itu yang kini juga tengah menatapnya begitu teduh dan damai.
"Jujur, aku gak tahu kenapa kamu bisa sayang bahkan cinta sama aku" ujar Lisa.
"Aku gak mau lihat kamu sedih lagi, aku cinta sama kamu Lis" Lisa memandang Jungkook yang kini serius menatapnya.
"Aku gak mau kamu salah ngasih cinta itu sama orang yang salah jung, walaupun orang itu adalah aku. Aku takut kamu akan menyesal karena suatu saat nanti, aku yakin kamu bakal menyesal udah kasih cinta kamu sama aku" jelas Lisa.
Jungkook menggelengkan kepalanya pertanda ia tak setuju dengan ucapan Lisa. Ia tak akan menyesal, tak akan pernah. Perasaannya memang hanya untuk Lisa.
"Kamu salah Lisa, kamu salah kalo kamu berpikiran jika aku menyesal kasih cinta aku ke kamu, karena aku cinta kamu Lisa. Please be my girlfriend" ujar Jungkook.
Lisa terdiam sesaat. Apakah benar jungkook mencintainya?Apa mungkin jika Jungkook menaruh hatinya padanya? Lisa pun tak tahu. Lisa terlalu takut jika Jungkook sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi padanya. Pasti jungkook akan meninggalkannya. Lisa tak mau itu terjadi. Tapi disisi lain, hatinya menerima pernyataan Jungkook akan cintanya karena ia juga mencintai Jungkook. Tapi Lisa sering menepis rasa itu dan menganggapnya hanya sebuah kekaguman. Tapi sekarang, ia tak bisa mengelaknya lagi. Bahwa ia benar-benar mencintai lelaki itu.
"Aku gak peduli kamu cupu atau apapun itu" ujar Jungkook meyakinkan.
"Yes l will jung" ujar Lisa seraya menundukkan kepalanya malu.
"Jangan nunduk aja lalice sayang kalo cantiknya di tutupin" ujar Jungkook seraya memegang dagu Lisa supaya Lisa menatap dirinya. Jungkook ikut tersenyum melihat Lisa tersenyum malu padanya.
•••
Jungkook berdiri di balkon kamarnya. Memandang bintang yang tersebar indah di langit malam ini sesekali angin malam bertiup kencang sehingga membuanya merasakan kedinginan. Tapi tidak dengan hatinya entah kenapa hatinya saat ini terasa menghangat.
Ada perasaan bahagia tersendiri. Bahagia karena beberapa jam yang lalu Lisa menerima cintanya. Jungkook sepertinya masih bingung kenapa dia bisa merasakan cinta ini kembali.
•••
Lisa tersenyum mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Pipinya bersemu merah ketika mengingat hubungannya dengan Jungkook. Entah kenapa ia masih tidak percaya akan hal yang terjadi tadi sungguh diluar dugaannya.
Bagaimana mungkin jungkook mencintainya?Membayangkan Jungkook menyukainya saja mustahil, apalagi mencintainya. sungguh sangat mustahil. Namun Lisa sangat bahagia tapi bagaimana jika suatu saat nanti Jungkook tahu apa yang terjadi pada dirinya? Bagaimana jika Jungkook tahu tentang penyakit yang di deritanya? Apa Jungkook akan pergi meninggalkannya?Sungguh Lisa tak ingin hal itu terjadi.
Lisa sudah berada di depan rumahnya. Tangannya memutar knop pintu. Begitu pintu terbuka, nampaklah seorang wanita paruh baya duduk di sofa sambil membaca majalah. Siapa lagi kalau bukan mamanya Lisa.
Wanita itu tampak serius membaca hingga tak tahu kedatangan Lisa. Lisa segera melangkahkan kakinya menuju mamanya, tapi sepertinya wanita itu juga belum menyadarinya juga. Lisa mencoba memanggil mamanya agar sang mama mengetahuinya.
"Mama" panggil Lisa.
Benar saja, wanita itu langsung saja mendongakkan kepalanya. Lisa tersenyum senang sedangkan sang mama hanya membalasnya dengan tatapan tajam. Tatapan yang tak pernah berubah sejak 14 tahun yang lalu. Tatapan yang penuh kebencian. Seketika hati Lisa terasa nyeri ketika mendapatkan tatapan tajam dari mamanya semdiri.
Sampai kapan lisa bisa liat kasih sayang dimata mama? Apa ia harus menunggu lagi? Tanpa pernah tahu kapan hasilnya akan terjadi. Lisa sungguh lelah bahkan setengah hidupnya ia gunakan untuk menunggu.
Tes
Tiba-tiba setetes cairan berwarna merah pekat itu jatuh dari hidung mancung milik Lisa. Darah itu jatuh mengenai kaki maamanya yang sudah berada dihafapannya. Sesaat mamanya mengernyit heran kenapa bisa ada darah di kakinya. Seketika matanya mendongak melihat gadis di depannya. Dalam hati ia terkejut melihat Lisa mimisan. Ini pertama kali dan baru baginya dilihatnya Lisa dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Sejenak Lisa mengernyit heran kenapa mamanya menatapnya seperti itu. Karena memang ia belum menyadari bahwa ia mimisan.
"Darah?" ujar sang mama sambil melihat Lisa.
Lisa terkejut kemudian ia dengan segera menghapus darah yang masih mengalir dari hidungnya. Lisa merutuki kebodohannya sendiri. Bagaimana mungkin ia sampai lupa minum obat sehingga membuat penyakitnya kambuh? Lalu kenapa ia tak tahu kalau penyakitnya kambuh?Apalagi di depan mamanya.
Lisa tidak mau jika mamanya tahu tentang penyakitnya. Ia takut mamanya semakin tak mau menganggapnya anak. Lisa tersenyum tipis kepada mamanya.
"Sakit?" tanya sang mama.
Mendengar pertanyaan dari sang mama, Lisa hanya mampu menyunggingkan senyum di bibir pucatnya. Ia bingung harus menjawab apa. Tapi perlahan senyum itu memudar ketika mendengar perkataan sang mama.
"Paling cuman akting. Ya kan? Itu semua kamu lakuin agar aku memaafkanmu. Jangan mimpi. Memangnya kau siapa? Kau bukan anakku"
Lisa menggeleng kuat. Ia tidak setuju dengan yang dikatakan mamanya. Bagaimana mungkin ini semua akal-akalannya saja untuk menarik perhatian. Tidak. Lisa tak sepicik itu.
Tes...tes...
Kali ini tidak hanya darah saja yang menetes, tetapi air matanya juga sudah menetes. Entah sejak kapan. Lisa mencoba menggigit bibir bawahnya kuat untuk meredam tangisnya. Tapi gagal, tangis itu semakin kuat. Ia terlalu sakit jika harus menerima cemoohan lagi.
"Mama salah, Lisa gak seburuk itu dipikiran mama. Lisa memang merindukan kasih sayang mama sama papa, tapi Lisa gak akan kayak gitu ma" ujar Lisa dengan sesenggukan.
Tanpa Lisa ketahui, seseorang di balik pintu terlihat marah mendengar perkataannya.
PLAK!!!
Yeyeye up
Komen buat part ini ya
Doakan aku juga supaya keterima lewat jalur snmptn ya gaes, nanti pengumuman jam 13.00. Doakan aku:)
Makasii semua
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense✔
Teen Fiction[ENDING] "Sense is falling, sense the pain that I get from the person I love... But the love he never once gave to me" Story by devaokta (Indonesian Language) [Start : 06 Januari 2020] [End : 06 Juni 2020]