Twenty Seven

4.1K 426 79
                                    

Follow dulu sebelum baca

×××

Malam ini, Jungkook termenung di balkon kamarnya. Matanya menatap kearah bintang-bintang yang terus bersinar. Nampak begitu bahagia. Pikirannya begelut pada kejadian yang membuatnya tak henti tersenyum.

Flashback on

Suatu malam yang cerah di sebuah bukit ada sepasang kekasih yang tengah bersendau gurau. Terlihat begitu bahagia. Tak jarang tawa tercipta diantara mereka.

"Kalau aku jadi bintang, kamu jadi apa?" tanya Lisa terlihat antusias seraya memandang ke atas lalu beralih pada Jungkook.

"Mmm apa ya?" ujar Jungkook seraya menggoda gadisnya.

"Ihhh kookie aku serius tau" rengek Lisa manja.

Jungkook terkekeh pelan mendengar rengekan gadisnya. Terdengar begitu menggemaskan. Diusapnya kepala Lisa pelan penuh sayang.

"Kalau kamu jadi bintang aku jadi langit aja" ujar Jungkook sambil mengusap lembut pipi Lisa.

"Kok jadi langit?" tanya Lisa penasaran.

"Alasannya itu, kalau aku jadi langit aku bakal terus ada di samping kamu. Kalo bintang bercahaya sedangkan langit gelap. Jadi, kita bisa melengkapi kekurangan kita masing-masing" jelas Jungkook yang membuat Lisa tersipu hingga pipinya terasa memanas.

"Ih kamu gombal" ujar Lisa seraya menutupi pipinya guna menyebunyikan semburat merah di pipinya.

"Ih pipi kamu merah, lalice nya kookie ngeblush" ujar Jungkook seraya mengalihkan tangan Lisa yang menutupi pipinya lalu mencubit pelan pipi gembil Lisa.

Flashback off

Perlahan Jungkook tersenyum. Senyum yang penuh dengan kegetiran. Senyum yang amat begitu rapuh. Pikirannya bergelut kembali tentang kejadian tadi. Tentang tatapan kerinduan Lisa, tatapan kesakitan Lisa, bahkan tangisan Lisa, Jungkook masih bisa merasakan itu. Ia merasa menjadi seperti pengecut.

Menyakiti seorang gadis yang sangat ia cintai. Apalagi membentaknya dan mengusirnya. Perlahan dada Jungkook terasa sesak. Sesak membayangkan air mata kesakitan Lisa. Jungkook bisa melihat, di mata bulatnya yang mulai berair, ada luka yang begitu dalam saat Jungkook membentaknya.

Jungkook meraup wajahnya kasar. Pikirannya masih terngiang tentang kejadian tadi. Seharusnya ia memeluk Lisa tadi, seharusnya ia menenangkan gadisnya, seharusnya ia tak menyakitinya, seharusnya ia berteriak keras bahwa ia juga sangat merindukan gadinya. Namun egonya jauh lebih besar daripada perasaan dihatinya.

Jika ditanya apakah Jungkook menyesal telah membuat Lisa menangis? Tentu jawabannya amat sangat menyesal. Bahkan hatinya masih terus merutuki kebodohannya.

Kemudian ingatannya kembali mengingat pada perkataan Lisa, lebih tepatnya kata-kata terakhir sebelum ia pergi meninggalkan Jungkook.

"...Kamu jaga diri baik-baik ya jung, jangan lupa makan, jaga kesehatan. Bisa jadi ini adalah pertemuan terakhir kita. Aku mau kamu bahagia. Aku mencintaimu kookie"

Jungkook baru menyadari satu kalimat yang membuatnya merasakan nyeri di dadanya. Tepatnya pada kalimat "bisa jadi ini adalah pertemuan terakhir kita" perasaan Jungkook kalut setelah menyadari itu. Jungkook begitu takut kalau gadis nya itu akan pergi meninggalkannya. Ia tak ingin hal itu terjadi. Hatinya terasa bergetar. Antara takut dan marah. Takut karena jika kelak ia akan kehilangan. Marah karena takdir hidupnya seperti ini.

Kepalanya kembali mendongak menatap langit malam yang bertaburan bintang. Itu yang dilihanya. Namun kenyataannya, hatinya terasa hampa.

"Aku merindukanmu. Sungguh, maaf kalau aku berlaku kasar tadi, aku hanya butuh waktu untuk semua ini lalice"

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang