Four

5.8K 556 10
                                    

"Ashh.. aww sakit" rintih
Lisa sambil memegang kepalanya.

Kepalanya terasa sakit. Bahkan tanpa disadari ada cairan kental berwarna merah yang menetes dari hidungnya. Darah.

Sesuatu yang sudah biasa bagi Lisa. Ia divonis mengidap penyakit leukemia. Dirabanya meja kecil di samping tempat tidurnya. Tangannya sibuk mencari benda berbentuk tabung kecil. Sementara kepalanya terasa makin sakit. Tangannya masih sibuk mencari obatnya, hingga semuanya gelap.

•••

"Non Lisa, sa.." kata Bik Ida menggantung saat mendapati Lisa tergeletak tak berdaya dengan darah segar yang keluar dari hidungnya.

Bik Ida terlihat sangat panik. Apalagi ia sudah menganggap Lisa sebagai anaknya sendiri.

"Non bangun non bangun" bik Ida mencoba menggoncangkan tubuh Lisa tapi tak ada reaksi sama sekali. Air mata yang entah sudah sejak kapan membanjiri pipi bik Ida kini bertambah deras. Segera dibawanya Lisa ke rumah sakit.

•••

"Dok bagaimana dengan keadaan non Lisa dok?" tanya bik ida saat melihat dokter keluar dari ruangan Lisa. Raut wajahnya terlihat cemas.

"Apa anda keluarganya?" tanya sang dokter.

"Saya pembantunya dok, kebetulan orang tuanya sedang tidak ada di rumah" jelas Bik Ida, dokter itu terlihat mengangguk.

"Baiklah mari ikut ke ruangan saya" kata sang Dokter berlalu meninggalkan Bik Ida. Sedangkan bik Ida mengikuti dokter itu ke ruangannya. Hatinya harap-harap cemas terhadap keadaan majikannya saat ini. Ia takut bila sampai terjadi sesuatu yang berbahaya menyangkut penyakit majikannya. Dibukanya pintu ruangan itu. Nampaklah dokter yang memeriksa Majikannya tadi.

"Silahkan duduk buk" perintah dokter pada Bik Ida, bik Ida hanya mengangguk.

"Jadi bagaimana keadaan majikan saya dok?" tanya Bik Ida tak sabar menanti perkataan sang dokter.

Dokter itu tampak menghela nafas sejenak sebelum akhirnya berbicara.

"Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah benar pasien menderita leukemia?" tanya dokter memastikan.

Bik Ida tampak mengangguk lesu.

"Ya dok, sudah 2 tahun yang lalu" jelas Bik Ida.

"Sudah saya duga. Jadi begini buk, kanker yang bersarang di tubuh pasien berkembang sangat pesat bahkan kanker itu sudah memasuki stadium akhir. Dan sebelumnya maaf saya harus mengatakan ini, kemungkinan ia bertahan hidup paling lama 6 Bulan. Tapi kita berdo'a saja pada yang maha kuasa semoga penyakitnya dapat disembuhkan. Pasien juga harus rutin minum obat supaya mengurangi rasa sakit" perkataan sang dokter bagaikan tamparan keras bagi Bik Ida.

Bik Ida sampai membekap mulutnya sendiri. Ia tak kuat mendengar semua ini, air matanya satu persatu menetes.

"A-apa ada cara untuk menyembuhkan kanker itu dok. Saya mohon lakukan yang terbaik dok"

Bik Ida kalut dengan pikirannya, bagaimana mungkin nona Lisa bisa menanggung semua ini sendiri? Ia seperti perahu yang terombang-ambing oleh ombak.

"Salah satu cara menghambat pertumbuhan sel kanker adalah dengan melakukan kemoterapi, tapi kemungkinnya hanya 10% untuk sembuh"

"Baiklah dok, terima kasih. Saya permisi dulu" pamit Bik Ida pada sang dokter.

***

Jungkook menatap kosong meja di sampingnya. Kosong. Tak ada rupa gadis itu. Kemana ia? Biasanya gadis itulah yang ia maki. Gelisah? Itulah yang dirasakan Jungkook sekarang.

Sense✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang