Jungkook termenung di balkon kamarnya. Udara malam terasa menusuk tulang. Pandangan matanya menatap kearah langit yang dipenuhi bintang-bintang. Andai ia bisa seperti bintang, yang selalu disukai banyak orang. Andai ia bisa seperti bintang, yang selalu bersinar tanpa batuan cahaya dari orang lain.
Tiba-tiba pikirannya tertuju pada gadis itu. Ya dia Lisa. yang akhir-akhir ini sering mengganggu pikirannya. Tentang air mata dan tatapannya yang penuh luka kesakitan dan kepedihan.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada gadis itu? Beban apakah yang sedang dipikulnya?" batin Jungkook.
"Lo adalah orang pertama yang bisa buat gue kembali, secara gak langsung lo udah bantu gue buat keluar dari dunia kelam gue" kini jungkook mulai beguman.
Jungkook tak tahu apa yang kini dirasakannya. Entah kenapa sejak kehadiran Lisa, dunia yang dulu pernah dimilikinya sedikit demi sedikit kembali. Di satu sisi ia bersyukur, tapi di satu sisi ia masih menaruh rasa dendam.
•••
Hari ini Lisa sudah boleh pulang. Saat ini ia sedang memberesi barang-barangnya. Wajahnya masih terlihat pucat. Tapi entah kenapa gadis itu masih seceria biasanya. Seakan-akan tak ada beban apapun yang dipikul olehnya.
"Ayo Bik kita pulang, Lisa udah selesai nih beres-beresnya" bik Ida yang sedang merapikan ranjang pasien pun menoleh saat mendengar majikan kecilnya berbicara. Dilihatnya Lisa sudah mulai kecapean.
"Yaudah ayo non, tapi non yakin masih kuat jalan sendiri. Soalnya non pucet banget, bibik ambilin kursi roda aja ya non" tawar Bik Ida.
Memang keadaan Lisa saat ini sangat pucat. Apalagi lebam yang ada di tubuhnya masih jelas terlihat, lebam itu karena dampak dari penyakitnya. Tapi Lisa tetap bersikeras untuk jalan sendiri. Ia yakin ia kuat. Ia tak lemah. Lisa mendesah pelan saat Bik Ida masih saja mengkhawatirkannya. Lisa merasa dirinya lemah, tapi Lisa mencoba tersenyum untuk meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.
"Gak usah bik, Lisa baik-baik aja kok" tolak Lisa halus.
Bik Ida hanya mengangguk. Kemudian dibawanya tas berisi pakaian dan digandengnya bersamaan dengan tangan Lisa. Mereka berjalan keluar kamar.
•••
"Kamu pembunuh"
"Kamu pembunuh"
"Kamu bukan anakku!!"
Lisa termenung memandangi foto keluarga. Sebuah keluarga yang sangat bahagia. Ada dua anak perempuan yang sangat cantik. Ya, foto itu adalah foto keluarga Lisa. Kenangan terindah yang masih ia miliki. Bahkan hanya foto inilah harta paling berharga baginya. Memorinya memutar semua kenangan yang dulu dialaminya. Bahagia dan tertawa. Dua hal itu dulu sangat melekat pada dirinya. Tapi sekarang, hanyalah pilu yang menyisakan pedih. Hidupnya sangat berubah.
Seluruh dunia menjauhinya. Dan satu-satunya keyakinan yang membuat ia bertahan sampai sejauh ini adalah mengembalikan semua yang pernah terjadi. Semua dunianya yang telah hilang, semua kebahagiaan yang telah sirna dan tawa yang kini telah pudar. Air matanya perlahan menetes seraya menahan isak.
"Ma, Pa penyakit Lisa makin parah, Lisa takut kalau Lisa gak bisa ngelihat wajah mama sama papa lagi. Apa mama sama papa gak pernah melihat bahwa Lisa ada disini. Lisa disini selalu nungguin mama sama papa kembali" ujar Lisa seraya menatap nanar foto yang ia pegang.
"Pintu rumah ini selalu terbuka buat kalian. Tapi apa yang Lisa harapin ternyata gak terjadi. Mama sama papa gak pernah pulang. Dari Lisa masih dulu, sampai sekarang mama sama papa belum pernah pulang sama sekali. Lisa kangen ma, pa. Lisa iri liat temen lisa yang bahagia punya mama dan papa yang selalu ada buat mereka. Lisa iri liat temen Lisa yang selalu diperhatikan orang tua mereka. Kapan papa sama mama perhatiin Lisa, kapan mama sama papa anggep Lisa ada? Kapan ma, pa? Lisa capek" lirih Lisa menggebu-gebu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sense✔
Teen Fiction[ENDING] "Sense is falling, sense the pain that I get from the person I love... But the love he never once gave to me" Story by devaokta (Indonesian Language) [Start : 06 Januari 2020] [End : 06 Juni 2020]