🐧 Part 8 🐧

167 47 38
                                    

Pagi-pagi sekali Adel berangkat ke sekolah, karena hari ini adalah pembagian kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Adel berangkat ke sekolah, karena hari ini adalah pembagian kelas. Jika ia datang lambat, maka ia tidak tahu di mana kelasnya. Saat Adel memasuki area sekolahnya, ia hanya melihat beberapa orang yang datang, termasuk petugas kebersihan di sekolahnya.

Kaki Adel melangkah ke arah perpustakaan yang sudah di buka. Ia masuk ke dalam perpustakaan, lalu duduk di tempat yang kamarin ia duduki bersama Rio.

"Kira-kira aku bakalan dapat di kelas mana ya?" ucapnya pelan.

DUARR!!!

Spontan Adel langsung menoleh ke belakang sambil mengelus pelan dadanya karena terkejut. Orang yang mengejutkan dirinya tadi ialah Rio. Hari ini, Rio memang datang lebih awal dari biasanya karena ia bertugas.

"KAK RIO!"

Rio tertawa melihat wajah Adel yang merah seperti kepiting rebus. Wajah cantiknya ia tekuk karena masih kesal dengan ulah Rio tadi. Sebenarnya ia tidak benar-benar kesal tapi ia tersipu malu saat Rio menatapnya.

"Senyum, dong."

Adel menatap Rio sinis. Lalu pura-pura membaca buku yang ada di depannya. Padahal itu hanya untuk menutupi kekesalannya saja. Lucu sekali ketika Rio menyadari jika buku yang di baca Adel itu terbalik.

"Baru tau, ada orang baca buku tapi kebalik. Emang bisa ya bacanya?" kata Rio menyindir Adel.

Mendengar perkataan Rio, Adel segera memutarbalikan bukunya. Kini telapak tangannya dingin secara tiba-tiba, disertai dengan rasa gugup dan canggung. Please. Gak usah gugup. Dia adalah manusia yang sangat menjengkelkan, batinnya.

Sekarang jarum jam sudah menunjukan pukul 06.30 AM. Sudah saatnya para murid baru diwajibkan kumpul di lapangan untuk pembagian kelas. Sekian lama Adel menunggu namanya dipanggil, ternyata Adel masuk di kelas MIPA 4. Kelas MIPA yang sangat ia harap-harapkan sejak lama itu akhirnya tercapai.

Adel langsung berjalan ke arah kelasnya. Namun, dipertengahan jalan, ia bertemu dengan Tata. Seorang teman yang pertama ia kenal di aula pada saat acara berakhir.

"Hai, Ta. Kamu dapat kelas apa?" tanya Adel tersenyum.

"Aku dapat kelas Bahasa, Del. Jujur, aku senang banget bisa dapat kelas yang aku mau," jawab Tata seraya loncat sambil megang kedua tangan Adel.

Adel tersenyum ikut senang ketika teman pertamanya itu merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan. Kebetulan antara kelas Bahasa dan MIPA tidak begitu jauh. Jadi mereka berdua berjalan bersama ke kelas mereka masing-masing.

Kini Adel dan Tata sudah berada di kelas mereka masing-masing. Rasa asing itu hadir kembali ketika Adel masuk ke dalam kelasnya. Adel duduk di bangku nomor dua dari depan supaya tulisan di papan tulis terlihat dengan terjangkau karena ia menyadari kalau matanya minus.

Kenapa ia tidak pakai kacamata? Kacamatanya pecah saat ia lulus dari SMP beberapa minggu lalu karena tidak sengaja kacamatanya terlepas dari tangannya.

Guru itu masuk ke kelasnya lalu menaruhkan tasnya di atas meja. "Selamat pagi. Wah, ini wajah-wajah yang penuh dengan semangat baru, ya? Perkenalkan nama saya Mawar Riantie. Di sini saya sebagai wali kelas kalian. Jadi, saya harap kalian bisa menjadi anak murid saya yang bisa dicontoh dengan murid-murid lain. Apa ada yang ditanyakan?"

Pria yang duduk di sebelah Adel mengangkat tangannya. "Ibu ngajar mata pelajaran apa?"

Mawar tersenyum dan menjawab, "Saya mengajar mata pelajaran Matematika."

"What?" bisik teman Adel yang duduk di belakangnya.

"Apa ada yang ditanyakan lagi?" tanya Mawar, "oke. Sepertinya tidak ada. Untuk saat ini kita perkenalan saja dulu."

🌱🌱

Kini jarum jam sudah menunjukan pukul 09.45 AM. Sudah saatnya untuk istirahat. Seluruh siswa berbondong-bondong pergi ke kantin. Awalnya Adel lebih memilih di kelas daripada ke kantin tapi, dua orang yang duduk di depan Adel itu mengajak Adel ke kantin bersama.

"Kantin bareng, yuk!" Adel mengangguk.

"Nama kamu siapa?" tanya Adel pada temannya yang memiliki kulit sawo matang.

"Nama aku Carline Suputri."

"Oh, aku Adel. Kalau kamu siapa?" tanya Adel pada temannya yang agak tinggi darinya.

"Aku Dhea Natalia."

Tak terasa, jika sekarang mereka sudah tiba di kantin. Saat di kantin Adel melihat Rio sedang makan bertiga dengan temannya. Satunya pria dan satunya lagi wanita. Wanita yang cantik, berambut lurus dan tinggi yang ideal.

Itu pacarnya kak Rio? Cantik, sih hehehe ..., gumamnya dalam hati.

TBC ....
Jangan lupa vote ya❤

Pacar Rio? Ah, yang benar aja. Masa, sih?

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang