🐧 Part 6 🐧

191 48 37
                                    

Adel melihat Rio bingung. "Kenapa tertawa, Kak? Ada yang lucu?" tanya Adel.

"Iya lucu," jawab Rio.

"Lucu? Kok lucu? Apa yang lucu?" tanya Adel mengerutkan dahinya bingung.

"Jawabannya cuman satu, kamu," ucap Rio.

Adel menunjuk dirinya sendiri. Lalu berkata, "Aku? Kok aku?"

"Hahaha ... seharusnya kamu jujur sama Kakak dari awal kalau kamu lupa gak pakai dasi."

"Ya maaf kak. Sekarang apa hukuman aku?" kata Adel

"Hm ... kamu kakak maafin dan ingat satu hal. Jangan bohong lagi," ucap Rio.

"Iya kak. Adel gak bohong lagi," jawab Adel antusias.

Rio mengusap pucuk kepala Adel lembut.

Kak Rio ngusap kepala aku? Ini mimpi? Dia ... kalau dilihat secara dekat kok ganteng banget sih. Huaaa, gumam Adel.

"Heh, kok malah ngelamun?" tanya Rio memecahkan lamunan Adel.

"Ah."

Rio melirik jam di tanganya. Jarum jamnya sudah menunjukkan pukul 08.45 AM, bahwa sebentar lagi akan istirahat. Rio memiliki rencana untuk makan bersama Adel di kantin.

"Del, kamu lapar gak?"

"Enggak," beberapa detik kemudian "Eh lapar kak?" jawab Adel.

"Mana yang benar?"

"Lapar kak ...."

"Ya udah ke kantin."

Rio berjalan keluar perpustakaan mendahului Adel. Senyuman manis itu terukir pada bibir ranum Adel yang sedari tadi tak pudar.

Adel mengikuti Rio di belakangnya, tapi Adel merasa aneh ketika Rio melambatkan cara berjalannya. Adel mengira jika Rio menunggunya agar jalannya bersebelahan, namun ternyata dugaannya salah. Rio berjalan pelan karena ia sambil memainkan ponselnya, hingga tak terasa bahwa mereka sudah sampai di kantin.

Rio memilih salah satu meja yang berada di kantin itu dan diikuti oleh Adel. Keduanya duduk secara berhadapan. Adel merasa sedikit kesal karena kakak kelas yang berada di depannya itu terus sibuk dengan ponselnya di sepanjang jalan hingga sampai.

"Kak, aku pesanin bakso dulu ya," kata Adel.

Rio tetap saja fokus pada ponselnya tanpa menggunbris Adel dengan kata-kata. Melainkan dengan anggukan.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Adel kembali ke tempat tadi dan ia tetap melihat bahwa Rio masih saja memainkan ponselnya.

"Ini Kak, baksonya," ucap Adel datar sembari meletakkan kedua mangkok di depan Rio.

Rio melirik mangkok itu lalu kembali memainkan ponselnya lagi. Sudah tak tahan, Adel langsung mengambil ponsel Rio. Rio pun menatap Adel bingung dengan tingkahnya barusan.

"Kak, ingat gak? Kemaren Kakak bilang sama aku, kalau lagi makan gak boleh main ponsel," kata Adel yang membuat Rio terkekeh mendengar perkataannya.

"Emang pernah ya, aku bilang gitu?" tanya Rio.

"Pernah. Barusan kemaren masa udah lupa," jawab Adel seraya meletakan ponsel Rio di sebelahnya.

"Ya sudah, sekarang kita makan."

Mereka berdua pun makan. Tanpa disengaja, Adel mulai mencuri-curi pandang Rio ketika makan. Tapi, saat Adel ingin melihat Rio lagi, ia tertangkap basah. "Kamu kenapa?" tanya Rio.

"Eh-em anu kak itu ...."

Rio mengerutkan dahinya dan berkata,"Anu? Anu apa?"

Saat Adel melihat muka Rio, kebetulan sekali ada saus di pinggir bibir Rio. Tangan Adel ingin mengusap saus itu, tapi ia takut. Maka dari itu Adel hanya mengisyaratkan Rio dengan menyentuh bibirnya sendiri.

Rio paham maksud Adel. Jari manis Rio langsung membersihkan saus itu dari bibirnya.

"Udah?" tanya Rio.

Adel pun mengangguk seraya tersenyum.

🌱🌱

Jam sudah menunjukan pukul 11.30 PM, yang berarti sudah waktunya untuk kembali ke aula untuk mengikuti MPLS yang akan dimulai itu.

Setelah makan, Adel pergi mendahului Rio yang masih ingin tetap berada di tempat itu. Tapi, sebelum Adel benar-benar meninggalkan tempat itu, Adel ijin dengan Rio untuk pergi ke aula. Kenapa harus ijin? Mungkin Adel tidak ingin terbilang sebagai adik kelas yang tidak sopan.

Ketika Adel ingin jalan, Rio memanggilnya, "Del ...." Otomatis Adel langsung menoleh ke arah Rio, karena ia merasa dirinya terpanggil.

TBC ....
Jangan lupa vote ya❤

Kira-kira, Rio manggil Adel, ada apa ya? 😮

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang