🐧 Part 23 🐧

100 13 7
                                    

Keesokan harinya Adel datang terlambat ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya Adel datang terlambat ke sekolah. Mau tidak mau ia harus menerima hukuman yang diberikan oleh anggota PKS. Rio meneliti siapa saja yang terlambat, ternyata Adel juga terlambat.

"Semuanya harus lari sepuluh putaran di lapangan."

"Hah? Sepuluh putaran?"

"Kenapa? Gak sanggup? Makanya kalau gak mau dihukum, berangkat lebih pagi," tegas Rio pada Adel.

Sikap Rio sangat berbeda di saat ia sedang tidak tugas dan sedang tugas seperti sekarang. Tatapan mata Rio yang tajam membuat Adel lemah. Bukannya takut, tapi malah membuat jiwanya menjerit. 

Tidak mau mengulur waktu terlalu lama, ia langsung lari sepuluh putaran sesuai peraturan yang sudah tertera.

"Lang, bukannya itu cewek yang kamu-"

"Harus profesional, Vin. Ini, kan sudah peraturannya."

Rio adalah tipikal pria yang profesional. Saat bertugas ia harus bersikap tegas dan mengikuti peraturan yang ada. Ia memang mengenal Adel tapi, bukan berarti karena alasan itu Adel tidak mengikuti hukuman ketika terlambat.

Tak terasa Adel sudah berlari sebanyak tujuh putaran. Sebentar lagi ia akan menyelesaikan hukuman ini. Sebenarnya rasa tidak tega Rio terhadap Adel terlintas dalam pikirannya.

Hosh ....

Hosh ....

Adel sudah menyelesaikan hukumannya. Ia terduduk di bawah pohon besar yang rindang. Ia membuka satu kancing baju atasnya sambil mengipas-ngipaskan wajahnya menggunakan daun besar yang telah jatuh dari pohon tersebut.

"Gila, panas banget. Baju aku jadi bau keringat," gerutu Adel.

"Makanya jangan lambat, Del."

Adel kaget mendengar suara seseorang dari belakang. Ia menoleh ke belakang dan ternyata adalah Rio. Ia tidak tahu sejak kapan Rio ada di belakang pohon itu. Rio duduk lalu menyodorkan sebotol air mineral. Tanpa pikir panjang, Adel langsung menerima minuman itu.

Glek

Glek

Glek

"Pelan-pelan minumnya."

"Udah. Maka-" ucapan Adel terpotong saat tangan Rio meraih baju Adel untuk mengaitkan kancing bajunya.

"Kalau panas gak perlu buka kancing baju segala. Ini di sekolah bukan di rumah, Neng."

"Maaf, Kak."

"Ini udah jam delapan. Kamu mau masuk kelas atau enggak?"

"Kayaknya enggak, Kak. Empat puluh lima menit lagi, kan mau ganti guru."

"Jadi, kamu masuk kalau sudah ganti guru?" Adel mengangguk.

Saat Adel dan Rio sedang berbincang-bincang, Vino datang menghampiri mereka. Ia  tersenyum ramah pada Adel, begitu juga dengan Adel yang membalas senyuman itu dengan ramah.

"Ngapain ke sini, Vin?"

"Tugas udah selesai, Bro."

"Kenapa gak langsung ke kelas?"

"Memangnya kenapa?"

"Dih, nanya balik."

"Mau berduaan sama Adel?"

"Emang apa urusannya?"

Adel menahan tawanya melihat dua orang pria tampan yang sedang perang mulut hanya karena masalah sepele. Satunya terus membalas, satunya lagi tidak mau mengalah.

Rio menarik tangan Adel. "Lebih baik ke perpustakaan dari pada di sini ada orang gak jelas."

Vino yang mendengar hal itu rasanya ia ingin menendang kaki Rio supaya tidak bisa berjalan lagi. Sedangkan Rio dan Adel tidak menghiraukan tingkah Vino di belakang mereka.

🌱🌱

Kini jarum jam sudah menjukkan pukul 08.55 AM. Setelah dari perpustakaan, ia masuk ke kelas pada saat guru tersebut keluar. Carline yang tadinya berpikir jika ia tidak masuk sekolah langsung melontarkan beberapa pertanyaan.

"Del, kenapa kamu baru datang sekarang? Kamu terlambat? Atau jangan-jangan kamu bolos sama Kak Rio? Del, jangan diam aja dong."

Adel memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan yang membuatnya pusing. Ia bingung harus menjawab pertanyaan yang mana dulu.  Sebelum ia menjawab pertanyaan Carline, duduk lalu melepas tasnya yang menempel pada pundaknya.

"Iya aku tadi terlambat."

"Terus?"

"Di suruh lari lapangan sepuluh kali tapi, kamu tau gimana sikap Kak Rio?"

"Gimana?" tanya Carline penasaran.

"Beda banget."

"Beda gimana?"

"Tegas."

"Tapi, setelah itu dia lembut lagi, kan?" sela Dhea.

Adel mengangguk. "Terus selama satu jam kamu ke mana? Ke kantin?"

"Ke perpustakaan."

"Andai temannya peka kalau aku suka sama dia."

"Hah? Siapa, Lin? Kak Vino?"

"Ah, enggak. Serius banget kamu." Adel tersenyum lalu mengeluarkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

🌱🌱

Seperti biasa Rio, Vino, dan Jessica sedang mengerjakan tugas bersama yang diberikan Guru Bahasa Inggris. Sedari tadi Rio mengembangkan garis bibirnya, entah apa yang ia pikirkan. Jessica yang melihat Rio tidak seperti biasanya, ia menegurnya.

"Kamu kenapa, Lang?  Senyum-senyum gak jelas."

"Maklum, Jes. Dia lagi kasmaran hahaha."

"Bener yang dibilang Vino?"

"Eh, tugasnya sudah selesai?" Rio mengalihkan pembicaraan.

"Belum. Sebentar lagi selesai." Rio mengangguk.

Siapa yang berhasil buat Rio seperti ini? Apa jangan-jangan karena adek kelas itu? Awas aja, aku harus lakukan sesuatu, batin Jessica.

TBC ....
Jangan lupa vote ya❤

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang