🐧 Part 25 🐧

92 15 20
                                    

"Del, mau makan bareng gak?" tanya Ray

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Del, mau makan bareng gak?" tanya Ray.

"Enggak. Abang aja duluan," jawab Adel lalu masuk ke kamarnya.

Ray menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tumben di ajak makan bareng gak mau. Biasanya seneng kalau masalah makanan."

Adel membanting tubuhnya di atas ranjang big size-nya yang empuk, rapi dan bersih tentunya. Ia merentangkan tubuhnya, lalu menatap langit-langit atap kamarnya sembari memikirkan perkataan Jessica.

"Jangan berharap kamu bisa dapatin dia. Aku mau kamu jauhin Gilang. Lagian apa, sih yang buat Gilang tertarik sama kamu, hah? Cantikan aku. Lebih populer juga aku. Kamu?"

"Apa hanya dengan kepopuleran bisa membuat Kak Rio tertarik? Aneh banget gak, sih kalau cowok tertarik sama cewek karena lihat dari tingkat kepopulerannya. Ah enggak. Kak Rio bukan tipikal cowok seperti itu," ucap Adel bermonolog.

Kling

Bunyi notifikasi dari ponsel Adel, menarik netranya untuk menoleh. Ia menyalakan ponselnya dan melihat sebuah pesan yang masuk. Ia mengerutkan dahi ketika tahu bahwa pesan itu berisikan ajakan Rio pada Adel untuk pergi jalan bersamanya.

"Hah? Ini gak salah? Kenapa tiba-tiba ngajak jalan?"

Adel yang tadinya badmood karena memikirkan perkataan Jessica, sekarang rasa badmood itu seketika hilang hanya dengan membaca pesan Rio. Hari demi hari tanpa ia sadari, rasa yang ia pendam selama ini semakin dalam.

🌱🌱

Rio tersenyum melihat foto Adel di galerinya. Terlihat jelas senyuman itu terukir sempurna pada bibirnya. Malam ini Rio akan mengajak Adel ke salah satu taman di Bandung, yaitu Taman Vanda. Taman itu sangat bagus. Banyak yang menyukainya terutama anak-anak muda.

"Malam ini aku harus ceritain semua ke Adel, supaya dia gak salah paham. Aku heran, kenapa aku bisa nyaman, sih sama dia? Deket sama dia bawaannya jadi tenang." Rio bermonolog.

Tok!

Tok!

"Buka aja, pintu gak dikunci," teriak Rio dari dalam kamar.

Netta masuk lalu duduk di pinggir ranjang Rio seraya mengelus lembut pipi anaknya dan menatap mata Rio. Ia sangat menyayangi kedua anaknya agar tidak merasa kekurangan kasih sayang setelah Andre, papanya Rio meninggal karena kecelakaan beberapa tahun silam.

"Udah besar kamu, Nak." Keduanya tersenyum. "Gimana sekolah kamu?"

"Baik kok, Ma. Aku, kan sudah janji sama Mama."

"Pacar kamu kenapa gak pernah ke sini lagi?"

"Pacar? Maksud Mama, Vany?" Netta mengangguk.

"Aku sama dia sudah putus lama tapi, sekarang udah ada yang lagi deket."

"Ada fotonya gak? Mama mau lihat. Siapa tau nanti ketemu, kan Mama bisa sapa."

"Ini, Ma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini, Ma. Namanya Adel."

"Adel? Mama tebak kalian beda angkatan, kan?"

"Iya, Ma. Dia masih kelas sepuluh."

"Cantik. Lucu juga. Gemes Mama lihat dia."

"Nanti aku ajak ke rumah supaya Mama bisa ketemu langsung sama dia."

"Tapi, dia cocok jadi adek kamu aja." Netta tertawa kecil.

"Adek-adek'an? Ya udah aku mau mandi dulu, Ma. Nanti aku mau jalan sama dia." Netta mengangguk dan tersenyum melihat anaknya yang semakin hari semakin bertumbuh dengan baik.

🌱🌱

Kini jarum jam sudah menunjukkan pukul 16.20 PM. Ray masuk ke dalam kamar Adel. Ia merasa jika Adel tidak keluar kamar sejak tadi. Makanan yang sudah ia sediakan di meja makan pun tidak berkurang sama sekali. Saat ia masuk ke dalam kamar Adel, ia melihat adik satu-satunya itu sedang tertidur pulas tanpa mengganti baju seragamnya.

"Del, bangun. Del," panggil Ray sambil menggerakkan tangan Adel hingga terbangun.

"Hmm."

"Bangun, udah sore."

"Udah sore? Jam berapa?"

"Setengah lima."

"Astaga. Kenapa gak bangunin dari tadi, Bang? Ya udah aku mau mandi dulu." Ray hanya terkekeh melihat tingkah Adel.

Tak lama kemudian Ray mendengar suara motor masuk ke perkarangan rumahnya. Ia langsung meninggalkan kamar Adel, lalu membuka pintu. Saat mengetahui siapa yang datang, ia pun tersenyum.

"Ooo Rio. Udah tiga kali dia ke rumah hahaha."

Rio menghampiri Ray yang tengah duduk di kursi teras rumahnya. "Gimana kabarnya, Bang?"

"Baik. Mau minum apa?"

"Eh gak usah, Bang."

"Beneran?" Rio mengangguk.

Di sisi lain Adel sedang sibuk memilih pakaian yang cocok ia pakai sore ini. Setelah selesai memilih pakaian, ia pun langsung duduk di depan meja rias. Perlahan-lahan ia memoles sedikit cream wajah agar kulit mulusnya tidak kusam dan tak lupa memakai pelembab bibir.

Beberapa menit kemudian, ia pun keluar dari kamar. Ia berjalan menuju teras depan rumahnya. Rio yang tadinya sedang berbincang dengan Ray, menjadi salah fokus ketika melihat Adel yang begitu cantik.

"Woi! Malah bengong."

"Eh-em adek Abang cantik." Rio menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Hahaha. Abangnya aja ganteng."

"Jadi gak jalannya?" tanya Adel menahan malunya.

"Jadi."

"Ya udah berangkat sana. Hati-hati di jalan. Jam delapan harus pulang."

"Iya, Bang," jawab Rio dan Adel.

Ketika Ray sudah memberi ijin, Rio dan Adel pun langsung jalan menuju Taman Vanda. Sekilas Rio melihat wajah Adel dari spion motornya hingga tanpa ia sadar, ia tersenyum.

Nyaman, gumam Rio.

TBC ....
Jangan lupa vote ya❤

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang