🐧 Part 26 🐧

75 15 5
                                    

Kini mereka sudah tiba di Taman Vanda. Dari kejauhan Taman itu terlihat sangat ramai. Rio menggandeng tangan Adel menuju Taman tersebut dan mencari tempat duduk.

"Rame juga ya," ucap Adel tersenyum.

"Kamu suka?"

"Suka, sih tapi lebih suka ke Alun-Alun."

"Mau ke sana lagi?"

"Hm, gak usah, Kak. Kan, aku cuman bilang aja. Tempat ini  aku juga suka."

"Oh, iya sebenarnya aku ajak kamu ke sini karena aku mau kasih tau kamu sesuatu."

"Sesuatu? Apa, Kak?"

"Kamu tau Vany?"

Adel mengalihkan pandangannya ke arah jalan raya ketika mendengar nama Vany. Ia teringat kejadian di gramedia beberapa hari yang lalu. Waktu di gramedia, sebenarnya ia mengikuti Rio dan Vany.

Ia mendengar semua apa yang mereka bicarakan hingga ia pun melihat pemandangan yang membuat hatinya memanas. Rahangnya terlihat menegang dan matanya menatap mereka dengan penuh kekesalan, karena Rio dan Vany tengah berciuman.

"Ta ... tau, Kak," jawab Adel gugup.

"Dia itu mantan aku. Dulu dia selingkuh sama temen aku. Aku kira dia cewek baik-baik ternyata dia main sama cowok lain di belakang aku."

"Kak Rio sayang sama dia?"

"Dulu sayang banget. Kalau sekarang kayaknya enggak."

Kayaknya? Apa mungkin rasa sayang itu akan balik lagi? batin Adel.

"Gini, Del. Dulu aku emang sayang banget sama dia tapi, setelah aku dikecewain, aku gak akan balik lagi ke orang itu."

Perkataan Rio seakan-akan menjawab semua pertanyaannya yang sedang ia pikirkan tadi. Adel tersenyum. "Kalau Kak Jessica? Siapa?"

"Jessica itu temen aku. Dia sepupunya Vino. Berhubung Vino termasuk temen lama aku, makanya Jessica juga kenal dekat sama aku."

"Tapi kayaknya Kak Jess suka sama Kak Rio."

"Tahu dari mana emang, hm? Dia bukan tipe cewek yang aku suka." Adel tersenyum mendengar ucapan Rio.

"Ya, intinya aku cerita ini semua ke kamu supaya gak ada salah paham."

"Iya, Kak."

"Cari makan yuk. Kayaknya deket sini ada tempat makan."

Lagi-lagi Rio menggandeng tangannya untuk pergi ke tempat makan yang tidak jauh dari Taman Vanda. Sampai pada saat ini sikap Rio masih sama seperti pertama kali ia bertemu. Hangat dan penuh dengan perhatian tapi, semua itu selalu membuatnya bingung sehingga ia tidak berani mengungkapkan perasaannya.

Kini mereka berdua sudah tiba di Resto Viona. Suasana Resto Viona pada saat itu tidak begitu ramai seperti biasanya. Hanya ada beberapa pengunjung yang datang ke Resto tersebut.

"Kamu mau makan?"

"Enggak, Kak. Aku mau minum aja."

"Mau minum apa?"

"Matcha latte." Rio mengangguk. "Minumnya matcha latte dan mocha latte satu."

"Oke, kalau begitu ditunggu ya, Mas."

Sembari menunggu pesanan mereka datang, keduanya sama-sama sibuk dengan ponselnya masing-masing. Tidak ingin menjadi canggung, Rio memutuskan untuk membuka pembicaraan mengenai pelajaran Adel.

"Del, gimana soal kemaren? Udah bisa?"

"Udah, Kak. Kemaren nama aku dipanggil pertama untuk mengerjakan soal itu."

"Mantap, Del."

"Siapa dulu dong yang ngajarin hahaha."

"Siapa?"

"Kak Rio."

"Lucu banget jadi orang." Rio mencubit gemas pipi Adel.

🌱🌱

Hari sudah semakin malam, Rio harus mengantarkan Adel pulang. Ia tidak mau Ray marah padanya karena mengantar Adel larut malam. Malam ini Rio dapat merasakan kenyamanan dari Adel yang tidak pernah ia dapat dari wanita lain.

Saat mereka sudah sampai di rumah Adel, Rio melihat rumah Adel yang sepertinya sedang kedatangan tamu.

"Del, ada tamu?"

"Tamu? Bukan, kayaknya itu Papa sama Mama pulang."

"Oh, gitu. Ya udah aku pulang ya."

"Eh, gak masuk dulu, Kak? Masuk dulu bentar."

"Ya udah iya."

Rio merasa tidak enak jika menolaknya. Di sisi lain ia juga tidak enak karena ia tahu pasti kedua orang tua Adel lelah dan harus beristirahat. Tetapi apa boleh buat kalau Adel menyuruhnya mampir terlebih dahulu.

"Mama, aku kangen." Adel memeluk Ema erat.

"Iya, Nak. Mama juga kangen sama kamu."

"Kamu siapa?" tanya Papa Adel.

TBC ....
Jangan lupa vote ya ❤

Menyimpan Rasa [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang